Al-Qur'an Surat At-Tariq Ayat 10
At-Tariq Ayat ke-10 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
فَمَا لَهٗ مِنْ قُوَّةٍ وَّلَا نَاصِرٍۗ ( الطارق : ١٠)
- famā
- فَمَا
- Then not
- maka tidak
- lahu
- لَهُۥ
- (is) for him
- baginya
- min
- مِن
- any
- dari
- quwwatin
- قُوَّةٍ
- power
- kekuatan
- walā
- وَلَا
- and not
- dan tidak
- nāṣirin
- نَاصِرٍ
- any helper
- seorang penolong
Transliterasi Latin:
Fa mā lahụ ming quwwatiw wa lā nāṣir(QS. 86:10)
English Sahih:
Then he [i.e., man] will have no power or any helper. (QS. [86]At-Tariq verse 10)
Arti / Terjemahan:
Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatanpun dan tidak (pula) seorang penolong. (QS. At-Tariq ayat 10)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Ketika semua persoalan terkuak di hadapan Allah maka manusia tidak lagi mempunyai suatu kekuatan dalam dirinya sendiri dan tidak pula ada penolong dari luar dirinya yang mengelakkan nya dari balasan Allah. Allah-lah penguasa tunggal pada hari itu.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Dalam ayat-ayat ini diterangkan bahwa Allah akan membangkitkan manusia kembali pada hari yang ditampakkan segala rahasia, yaitu hari Kiamat. Ketika itu, tidak seorang pun dapat luput dari apa yang sudah ditentukan sebagai balasan atas perbuatannya, yaitu surga bagi yang beramal saleh dan neraka bagi yang durhaka dan melanggar perintah Allah.
Ketika di akhirat, semua manusia akan memperoleh balasan sesuai dengan perbuatan masing-masing. Jadi, setiap orang akan memperoleh sebagaimana amal yang telah dilakukan di dunia. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mengubahnya dan tidak ada penolong yang dapat membantunya kecuali kekuasaan Allah semata, sebagaimana firman-Nya:
Dan tidak ada (lagi) baginya segolongan pun yang dapat menolongnya selain Allah; dan dia pun tidak akan dapat membela dirinya. (al-Kahf/18: 43)
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu) yaitu bagi orang yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit (suatu kekuatan pun) yang dapat melindunginya dari azab (dan tidak pula seorang penolong pun) yang dapat menolak azab Allah.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah Swt. bersumpah dengan menyebut nama langit dan semua bintang yang bersinar terang yang menghiasinya. Untuk itu, maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ}
Demi langit dan yang datang pada malam hari. (Ath-Thariq: 1)
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ}
tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (Ath-Thariq: 2)
Lalu ditafsirkan oleh firman Allah Swt.:
{النَّجْمُ الثَّاقِبُ}
(yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3)
Qatadah dan lain-Lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya bintang dinamakan Ath-Thariq tiada lain karena ia hanya dapat dilihat di malam hari, sedangkan siang hari tidak kelihatan. Hal ini diperkuat dengan apa yang disebutkan di dalam hadis sahih yang mengatakan:
نَهَى أَنْ يَطْرُقَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ طُرُوقًا
Beliau Saw. melarang seseorang mendatangi keluarganya di malam hari yang sudah larut.
Yakni dia pulang ke rumahnya dengan mengejutkan di malam hari. Di dalam hadis lain yang mengandung doa telah disebutkan:
"إِلَّا طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ"
kecuali orang yang datang di tengah malam dengan membawa kebaikan, ya Tuhan Yang Maha Pemurah.
Mengenai firman Allah Swt.:
{الثَّاقِبُ}
yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang. As-Saddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang menembus setan-setan apabila dilemparkan kepadanya. Ikrimah mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang lagi membakar setan-setan.
Firman Allah Swt.:
{إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ}
tidak ada suatu jiwa (diri) pun melainkan ada penjaganya. (Ath-Thariq: 4)
Yaitu sesungguhnya pada tiap diri terdapat malaikat yang menjaganya ditugaskan oleh Allah Swt. agar melindunginya dari berbagai bencana dan penyakit. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
لَهُ مُعَقِّباتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ}
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (Ath-Thariq: 5)
Ini mengingatkan manusia akan betapa lemahnya asal kejadiannya, sekaligus membimbingnya untuk mengakui adanya hari kemudian. yaitu hari berbangkit. Karena sesungguhnya Tuhan yang mampu menciptakannya dari semula mampu pula untuk mengembalikannya seperti keadaan semula, bahkan lebih mudah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
Dan Dialah Yang Menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)
Firman Allah Swt.:
{خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ}
Dia diciptakan dari air yang terpancar. (Ath-Thariq: 6)
Yaitu air mani yang dipancarkan oleh laki-laki dan bertemu dengan indung telur wanita, maka terjadilah anak dari percampuran keduanya dengan seizin Allah Swt. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikut-nya:
{يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ}
yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7)
Yakni dari sulbi laki-laki dan dari tulang dada wanita.
Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yaitu sulbi laki-laki dan tara-ibul mar-ah (tulang dada wanita) yang warna air maninya kuning lagi agak encer, kejadian anak dari air mani keduanya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Mis'ar, bahwa ia pernah mendengar Al-Hakam menceritakan pendapat Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Lalu Ibnu Abbas mengatakan, "Inilah tara-ib," seraya meletakkan tangannya ke dadanya. Ad-Dahhak dan Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa taribatul mar-ah artinya tempat kalung (liontin)nya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah dan Sa'id ibnu Jubair.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tara-ib artinya di antara susunya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa tara-ib ialah antara'kedua pundak sampai dada. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa tara-ib berada di bawah kerongkongan. Diriwayatkan dari Ad-Dahhak bahwa tara-ib terletak di antara kedua susu, kedua kaki, dan kedua mata.
Al-Lais ibnu Sa'd telah meriwayatkan dari Ma'mar ibnu Abu Habibah Al-Madani, bahwa Al-Lais telah mendapat berita darinya sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7)
Bahwa yang dimaksud ialah tetesan hati, dari sanalah asal mula terjadinya anak. Diriwayatkan pula dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni di antara tulang sulbi dan bagian bawah kerongkongannya.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ}
Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah matinya). (Ath-Thariq: 8)
Sehubungan dengan makna ayat ini ada dua pendapat.
Pertama, mengatakan bahwa Allah berkuasa mengembalikan air mani yang telah terpancarkan ini ke tempat asalnya keluar. Hal ini dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, dan selain keduanya.
Pendapat yang kedua mengatakan, sesungguhnya Allah berkuasa menghidupkan kembali manusia yang diciptakan dari air mani ini sesudah matinya, lalu dibangkitkan untuk menuju negeri akhirat. Karena sesungguhnya Tuhan yang menciptakan dari semula mampu mengembalikan (menghidupkan) ciptaan-Nya seperti semula. Allah Swt. telah menyebutkan dalil yang menunjukkan hal ini di dalam Al-Qur'an di berbagai tempat. Pendapat ini dikatakan oleh Ad-Dahhak dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}
Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9)
Pada hari kiamat semua rahasia ditampakkan sehingga menjadi jelas dan terang, dan tiada lagi rahasia karena semuanya menjadi tampak kelihatan dan semua yang tadinya tersembunyi di hari itu menjadi kelihatan.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Ibnu Ulnar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"يُرْفَعُ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ عِنْدَ اسْتِهِ يُقَالُ: هَذِهِ غَدْرَةُ فُلَانِ بْنِ فُلَانٍ"
Bagi tiap orang yang khianat dinaikkan (dipasang) bendera pada pantatnya, lalu dikatakan bahwa ini adalah pengkhianatan si Fulan bin Fulan.
Firman Allah Swt.:
{فَمَا لَهُ}
maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu. (Ath-Thariq: 10)
Yakni bagi manusia kelak di hari kiamat.
{مِنْ قُوَّةٍ}
satu kekuatan pun. (Ath-Thariq: 10)
Maksudnya, kekuatan dalam dirinya.
{وَلا نَاصِرٍ}
dan tidak (pula) seorang penolong. (Ath-Thariq: 10)
Yaitu dari luar dirinya. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah dan tiada pula seorang pun yang dapat menolong orang lain dari azab Allah.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Pada hari itu, manusia tidak memiliki kekuatan dan penolong yang akan membela dirinya.