Skip to content

Al-Qur'an Surat 'Abasa Ayat 2

'Abasa Ayat ke-2 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اَنْ جَاۤءَهُ الْاَعْمٰىۗ ( عبس : ٢)

an
أَن
Because
sesungguhnya
jāahu
جَآءَهُ
came to him
datang kepadanya
l-aʿmā
ٱلْأَعْمَىٰ
the blind man
seorang buta

Transliterasi Latin:

An jā`ahul-a'mā (QS. 80:2)

English Sahih:

Because there came to him the blind man, [interrupting]. (QS. [80]'Abasa verse 2)

Arti / Terjemahan:

Karena telah datang seorang buta kepadanya. (QS. 'Abasa ayat 2)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Nabi kurang berkenan sehingga bermuka masam karena seorang buta telah datang kepadanya, yaitu ‘Abdullàh bin Ummi Maktùm. Allah menegur Nabi karena lebih mementingkan bertemu dengan pemuka Quraisy untuk mengajak mereka masuk Islam. Dalam pandangan Allah, semestinya Nabi lebih mementingkan siapa pun yang betul-betul ingin mengamalkan ajaran Islam, tidak peduli ia dari kalangan fakir miskin bahkan cacat. ‘Abdullàh terus memanggil-manggil Nabi, sedang dia karena kebutaannya tidak tahu bahwa beliau sedang bersama para pemuka Quraisy (Lihat: Surah al-An‘àm/6: 52; al-Kahf/18: 28).

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Pada permulaan Surah 'Abasa ini, Allah menegur Nabi Muhammad yang bermuka masam dan berpaling dari 'Abdullah bin Ummi Maktum yang buta, ketika sahabat ini menyela pembicaraan Nabi dengan beberapa tokoh Quraisy. Saat itu 'Abdullah bin Ummi Maktum bertanya dan meminta Nabi saw untuk membacakan dan mengajarkan beberapa wahyu yang telah diterima Nabi. Permintaan itu diulanginya beberapa kali karena ia tidak tahu Nabi sedang sibuk menghadapi beberapa pembesar Quraisy.
Sebetulnya Nabi saw sesuai dengan skala prioritas sedang menghadapi tokoh-tokoh penting yang diharapkan dapat masuk Islam karena hal ini akan mempunyai pengaruh besar pada perkembangan dakwah selanjutnya. Maka adalah manusiawi jika Nabi saw tidak memperhatikan pertanyaan 'Abdullah bin Ummi Maktum, apalagi telah ada porsi waktu yang telah disediakan untuk pembicaraan Nabi dengan para sahabat.
Tetapi Nabi Muhammad sebagai manusia terbaik dan contoh teladan utama bagi setiap orang mukmin (uswah hasanah), maka Nabi tidak boleh membeda-bedakan derajat manusia. Dalam menetapkan skala prioritas juga harus lebih memberi perhatian kepada orang kecil apalagi memiliki kelemahan seperti 'Abdullah bin Ummi Maktum yang buta dan tidak dapat melihat. Maka seharusnya Nabi lebih mendahulukan pembicaraan dengan 'Abdullah bin Ummi Maktum daripada dengan para tokoh Quraisy.
Dalam peristiwa ini Nabi saw tidak mengatakan sepatah katapun kepada 'Abdullah bin Ummi Maktum yang menyebabkan hatinya terluka, tetapi Allah melihat raut muka Nabi Muhammad saw yang masam itu dan tidak mengindahakan Ummi Maktum yang menyebabkan dia tersinggung.
Hikmah adanya teguran Allah kepada Nabi Muhammad juga memberi bukti bahwa Al-Qur'an bukanlah karangan Nabi, tetapi betul-betul firman Allah. Teguran yang sangat keras ini tidak mungkin dikarang sendiri oleh Nabi.
'Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang yang bersih dan cerdas. Apabila mendengarkan hikmah, ia dapat memeliharanya dan membersihkan diri dari kebusukan kemusyrikan. Adapun para pembesar Quraisy itu sebagian besar adalah orang-orang yang kaya dan angkuh sehingga tidak sepatutnya Nabi terlalu serius menghadapi mereka untuk diislamkan. Tugas Nabi hanya sekadar menyampaikan risalah dan persoalan hidayah semata-mata berada di bawah kekuasaan Allah. Kekuatan manusia itu harus dipandang dari segi kecerdasan pikiran dan keteguhan hatinya serta kesediaan untuk menerima dan melaksanakan kebenaran. Adapun harta, kedudukan, dan pengaruh kepemimpinan bersifat tidak tetap, suatu ketika ada dan pada saat yang lain hilang sehingga tidak bisa diandalkan.
Nabi sendiri setelah ayat ini turun selalu menghormati 'Abdullah bin Ummi Maktum dan sering memuliakannya melalui sabda beliau, "Selamat datang kepada orang yang menyebabkan aku ditegur oleh Allah. Apakah engkau mempunyai keperluan?"

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(telah datang seorang buta kepadanya) yaitu Abdullah bin Umi Maktum. Nabi saw. tidak melayaninya karena pada saat itu ia sedang sibuk menghadapi orang-orang yang diharapkan untuk dapat masuk Islam, mereka terdiri dari orang-orang terhormat kabilah Quraisy, dan ia sangat menginginkan mereka masuk Islam. Sedangkan orang yang buta itu atau Abdullah bin Umi Maktum tidak mengetahui kesibukan Nabi saw. pada waktu itu, karena ia buta. Maka Abdullah bin Umi Maktum langsung menghadap dan berseru, "Ajarkanlah kepadaku apa-apa yang telah Allah ajarkan kepadamu." Akan tetapi Nabi saw. pergi berpaling darinya menuju ke rumah, maka turunlah wahyu yang menegur sikapnya itu, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam surat ini. Nabi saw. setelah itu, apabila datang Abdullah bin Umi Maktum berkunjung kepadanya, beliau selalu mengatakan, "Selamat datang orang yang menyebabkan Rabbku menegurku karenanya," lalu beliau menghamparkan kain serbannya sebagai tempat duduk Abdullah bin Umi Maktum.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Lihat tafsir ayat 1

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

pada saat seorang tunanetra datang kepadanya menanyakan persoalan agama.