Al-Qur'an Surat Al-Ma'arij Ayat 10
Al-Ma'arij Ayat ke-10 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
وَلَا يَسْـَٔلُ حَمِيْمٌ حَمِيْمًاۚ ( المعارج : ١٠)
- walā
- وَلَا
- And not
- dan tidak
- yasalu
- يَسْـَٔلُ
- will ask
- menanyakan
- ḥamīmun
- حَمِيمٌ
- a friend
- teman akrab
- ḥamīman
- حَمِيمًا
- (of) a friend
- teman akrab
Transliterasi Latin:
Wa lā yas`alu ḥamīmun ḥamīmā(QS. 70:10)
English Sahih:
And no friend will ask [anything of] a friend, (QS. [70]Al-Ma'arij verse 10)
Arti / Terjemahan:
Dan tidak ada seorang teman akrabpun menanyakan temannya, (QS. Al-Ma'arij ayat 10)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Dan ketika itu tidak ada seorang teman karib pun menanyakan keadaan temannya, karena mencekamnya situasi dan kesibukan masing-masing dengan urusannya.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Dalam ayat ini, Allah menerangkan saat-saat kedatangan azab serta keadaan manusia waktu itu. Azab datang kepada orang kafir pada waktu langit hancur luluh, seperti perak yang mencair karena dipanaskan, dan pada saat gunung-gunung hancur bertaburan, seakan-akan bulu-bulu burung yang sedang beterbangan karena hembusan angin. Kebingungan dan penderitaan dihadapi manusia pada waktu itu. Masing-masing tidak dapat menolong orang lain, tidak seorang pun teman akrab yang menanyakan temannya, sedangkan mereka melihat dan mengetahui penderitaan temannya itu.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya) tiada karib kerabat yang menanyakan kerabatnya, karena pada hari itu masing-masing orang disibukkan oleh keadaannya sendiri.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah Swt. berfirman bahwa azab itu pasti akan menimpa orang-orang kafir.
Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak (Al-Ma'arij: 8)
Ibnu Abbas, Mujahid, Ata, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa langit menjadi seperti minyak yang mendidih.
Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan). (Al-Ma'arij: 9)
Yakni seperti bulu yang beterbangan karena tertiup angin kencang. Demikianlah menurut Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi. Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. yang menyebutkan:
dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Al-Qari'ah: 5)
Adapun firman Allah Swt.:
Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedangkan mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11)
Maksudnya, tiada seorang pun yang menanyai kerabatnya tentang keadaannya, padahal dia melihatnya dalam keadaan yang paling buruk karena dia sendiri disibukkan dengan keadaan dirinya yang tak kalah buruknya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, pada mulanya sebagian dari mereka mengenal sebagian yang lainnya, lalu mereka berkenalan di antara sesama mereka, sesudah itu masing-masing menyelamatkan dirinya sendiri. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. ('Abasa: 37)
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. (Luqman: 33)
Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fathir: 18)
Semakna pula dengan firman-Nya:
Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Mu’minun: 101)
Dan sama dengan firman-Nya:
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya, Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. ('Abasa: 34-37)
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Pada saat langit seperti perak yang meleleh dan gunung-gunung seperti bulu yang beterbangan, tidak ada seorang teman dekat pun yang menanyakan temannya, "Bagaimana kabarmu?" Semuanya sibuk dengan dirinya sendiri.