Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Jumu'ah Ayat 1

Al-Jumu'ah Ayat ke-1 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ ( الجمعة : ١)

yusabbiḥu
يُسَبِّحُ
Glorifies
bertasbih
lillahi
لِلَّهِ
Allah
kepada Allah
مَا
whatever
apa
فِى
(is) in
pada
l-samāwāti
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
the heavens
langit(jamak)
wamā
وَمَا
and whatever
dan apa
فِى
(is) in
pada
l-arḍi
ٱلْأَرْضِ
the earth
bumi
l-maliki
ٱلْمَلِكِ
the Sovereign
Raja
l-qudūsi
ٱلْقُدُّوسِ
the Holy
Maha Suci
l-ʿazīzi
ٱلْعَزِيزِ
the All-Mighty
Maha Perkasa
l-ḥakīmi
ٱلْحَكِيمِ
the All-Wise
Maha Bijaksana

Transliterasi Latin:

Yusabbiḥu lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍil-malikil-quddụsil-'azīzil-ḥakīm (QS. 62:1)

English Sahih:

Whatever is in the heavens and whatever is on the earth is exalting Allah, the Sovereign, the Pure, the Exalted in Might, the Wise. (QS. [62]Al-Jumu'ah verse 1)

Arti / Terjemahan:

Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Jumu'ah ayat 1)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Apa yang ada di langit, bintang, bulan, matahari dan seluruh planet; dan apa yang ada di bumi, hewan dan tetumbuhan bertasbih kepada Allah, mengakui dan menyatakan kemahasucian Allah yang berbeda dengan seluruh makhluk ciptaan-Nya; Dia adalah Maharaja yang kekuasaan-Nya mutlak; Yang Mahasuci dari segala yang diduga manusia; dan Dialah Yang Mahaperkasa menciptakan dan menghancurkan jagat raya sekejap mata; Mahabijaksana, tidak terburu menggunakan kekuasaan-Nya yang tiada terbatas untuk menghancurkan jagat raya atau menghukum manusia yang berdosa.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi baik yang bernyawa maupun tidak, benda keras ataupun cair, pepohonan, dan sebagainya, bertasbih kepada Allah, menyucikan-Nya dari hal-hal yang tidak wajar, seperti sifat-sifat kekurangan dan sebagainya. Setiap kita melihat dan memandang kepada apa yang ada di bumi dan di langit, semuanya itu menunjukkan kepada kita atas keesaan penciptanya yaitu Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya. Ini sejalan dengan firman Allah:

Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (al-Isra'/17: 44)

Ayat pertama ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah itu merajai segala apa yang ada di bumi dan di langit, bertasbih kepada-Nya dengan kehendak-Nya berdasarkan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya, suci dari segala yang tidak layak dan tidak sesuai dengan ketinggian dan kesempurnaan-Nya. Tuhan Yang Mahaperkasa, menundukkan segala makhluk-Nya dengan kekuasaan-Nya. Mahabijaksana dalam mengatur hal ihwal mereka. Dialah yang lebih mengetahui kemaslahatan mereka, yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Telah bertasbih kepada Allah) telah memahasucikan-Nya; huruf lam yang terdapat pada lafal lillaahi adalah huruf zaidah (apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) pemakaian lafal maa di sini karena memprioritaskan yang mayoritas (Raja, Yang Maha Suci) yakni Maha Suci dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya (Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) di dalam kerajaan dan dalam perbuatan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. memberitahukan bahwa bertasbih kepada-Nya semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi, yakni semua makhluk yang ada pada keduanya, baik yang berakal maupun yang tidak berakal. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (Al-Isra: 44)

Kemudian Allah Swt. berfirman:

Raja, Mahasuci. (Al-Jumu'ah: 1)

Dia adalah Yang memiliki langit dan bumi dan Yang Mengatur keduanya dengan hukum-Nya, dan Dia Mahasuci dari semua kekurangan lagi menyandang semua sifat yang sempurna.

Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Jumu'ah: 1)

Kedua lafaz ini telah sering ditafsirkan sebelumnya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka. (Al-Jumu'ah: 2)

Yang dimaksud dengan kaum yang buta huruf adalah bangsa Arab di masa itu, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman Allah Swt. yang menyebutkan:

Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 20)

Penyebutan kaum yang ummi secara khusus bukan berarti menafikan selain mereka, tetapi anugerah ini terasa oleh mereka lebih menyentuh dan lebih banyak berkahnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain:

Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan (yang besar) bagimu dan bagi kaummu. (Az-Zukhruf: 44)

Artinya, Al-Qur'an pun merupakan peringatan bagi selain mereka yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi mereka. Demikian pula yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lainnya:

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara:214)

Ayat ini dan lain-lainnya yang semakna tidaklah bertentangan dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.”(Al-A'raf: 158)

supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19)

Dan firman Allah Swt. menceritakan tentang Al-Qur'an, yaitu:

Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)

Masih banyak ayat lainnya yang menunjukkan keumuman misi risalah Rasulullah Saw. yang mencakup semua makhluk dengan berbagai macam warna kulit dan bangsanya. Kami telah membahas tafsir hal ini dalam tafsir surat Al-An'am berikut ayat-ayat dan hadis-hadis sahih yang menguatkannya.

Ayat ini merupakan ijabah dari Allah terhadap kekasihnya (Ibrahim) ketika dia berdoa untuk penduduk Mekah, bahwa semoga Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya dan menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Hikmah. Maka Allah mengutus­nya kepada mereka di masa kesenjangan tiada rasul dan padamnya cahaya hidayah, sehingga masa tersebut sangat membutuhkan adanya seorang rasul. Allah Swt. saat itu murka terhadap semua penduduk bumi, baik yang Arab maupun yang non Arab, kecuali sisa-sisa dari kaum Ahli Kitab, yang jumlah mereka sedikit sekali, mereka dari kalangan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa yang dibawa oleh Isa putra Maryam a.s. Karena itulah maka Allah Swt. menyebutkan dalam firman-Nya:

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesalan yang nyata. (Al-Jumu'ah: 2)

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

[[62 ~ AL-JUMU'AH (HARI JUMAT) Pendahuluan: Madaniyyah, 11 ayat ~ Surat ini diawali dengan berita bahwa semua sesuatu yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah Swt. Dia telah memberikan nikmat besar kepada bangsa Arab yang tidak tahu baca- tulis berupa kedatangan seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang menyucikan mereka dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka. Nikmat tersebut adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dalam surat ini, Allah mengecam sikap orang-orang Yahudi yang tidak mengamalkan Tawrât padahal mereka mengetahui isinya. Allah membantah pernyataan bahwa hanya merekalah, bukan yang lain, yang menjadi penolong-penolong Allah. Allah menantang mereka untuk mengharapkan kematian jika memang mereka benar. Surat in ditutup dengan perintah kepada orang-orang Mukmin agar bersegera melakukan salat Jumat apabila telah mendengar azan. Dijelaskan, hendaknya saat itu mereka juga tidak melakukan jual beli. Apabila telah selesai salat, mereka boleh menyebar di muka bumi dan mencari karunia Allah. Allah menolak sikap mereka yang disibukkan oleh urusan dagang dan permainan sehingga tidak mendengar khutbah. Pada again akhir dijelaskan bahwa Allah akan menjamin rezeki mereka. Sebab, Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.]] Segala yang di langit dan di bumi selalu bertasbih dan mensucikan Allah dari hal-hal yang tidak pantas bagi-Nya, Tuhan pemilik segala sesuatu yang melakukan apa saja tanpa pesaing, Yang benar-benar tersucikan dari segala kekurangan, Yang Maha Perkasa atas segala sesuatu lagi Mahabijaksana.