Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-An'am Ayat 23

Al-An'am Ayat ke-23 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ اِلَّآ اَنْ قَالُوْا وَاللّٰهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِيْنَ ( الانعام : ٢٣)

thumma
ثُمَّ
Then
kemudian
lam
لَمْ
not
tidak
takun
تَكُن
will be
ada
fit'natuhum
فِتْنَتُهُمْ
(for) them a plea
fitnah mereka
illā
إِلَّآ
except
kecuali
an
أَن
that
bahwa
qālū
قَالُوا۟
they say
mereka mengatakan
wal-lahi
وَٱللَّهِ
"By Allah
demi Allah
rabbinā
رَبِّنَا
our Lord
Tuhan kami
مَا
not
tidak ada
kunnā
كُنَّا
we were
kami menjadi
mush'rikīna
مُشْرِكِينَ
those who associated others (with Allah)"
orang-orang musyrik

Transliterasi Latin:

ṡumma lam takun fitnatuhum illā ang qālụ wallāhi rabbinā mā kunnā musyrikīn (QS. 6:23)

English Sahih:

Then there will be no [excuse upon] examination except they will say, "By Allah, our Lord, we were not those who associated." (QS. [6]Al-An'am verse 23)

Arti / Terjemahan:

Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah". (QS. Al-An'am ayat 23)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Sikap orang-orang kafir dan musyrik di akhirat itu berbeda dengan sikap mereka di dunia. Ketika di akhirat kemudian tidaklah ada jawaban bohong mereka, karena mengikuti suara hati dan akal sehat, kecuali mengatakan, "Demi Allah, mereka bersumpah dengan nama Allah, ya Tuhan kami, kini di akhirat, tidaklah kami mempersekutukan Engkau dengan suatu apa pun."

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Kemudian Allah menerangkan dalam ayat ini bahwa ketika mereka tidak dapat memberikan jawaban untuk mempertanggungjawabkan kemusyrikan mereka sewaktu di dunia, mereka lalu menjawab dengan sumpah bahwa mereka bukanlah orang-orang yang mempersekutukan Allah. Demikianlah akhir dari segala kekafiran dan kemusyrikan mereka. Sewaktu di dunia mereka telah menganut agama nenek moyang mereka. Untuk sembahan-sembahan dan pujaan-pujaan itu, mereka rela mati terbunuh dalam peperangan. Tetapi pada akhirnya, mereka membersihkan diri dari kemusyrikan dan kekafiran itu. Seraya bersumpah, bahwa mereka mengingkari sembahan-sembahan mereka sendiri. Mereka mengira bahwa pernyataan mereka demikian itu ada manfaatnya bagi mereka, tetapi sebaliknya justeru hal itu menambah dosa baru bagi mereka.
Tindakan dan perbuatan mereka menjadi saksi atas kemusyrikan mereka. Kaki dan tangan mereka akan menceritakan semua dosa mereka. Oleh sebab itu, pada akhirnya mereka akan mengakui kekafiran mereka.
Firman Allah:
"Ya Tuhan kami, mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami sembah selain Engkau." (an-Nahl/16: 86)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Kemudian tiadalah) Takun dapat dibaca yakun (fitnah mereka) dapat dibaca fitnatuhum dan fitnatahum; artinya alasan mereka (kecuali mengatakan) selain ucapan mereka ("Demi Allah, Tuhan kami) dibaca dengan jar sebagai sifat, dan dibaca nashab sebagai seruan (kami bukanlah orang-orang yang musyrik terhadap Allah").

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.: :

Kemudian tiadalah fitnah mereka.

yakni alasan mereka.

Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.”

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al An'am:23) Yakni hujjah mereka. Dan menurut Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas disebutkan alasan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan jawaban mereka.

Ata Al-Khurrasani mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.”

Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa tiadalah jawaban mereka ketika Kami menguji mereka, yakni alasan yang mereka kemukakan tentang kemusyrikan yang pernah mereka lakukan itu. Kemudian tiadalah fitnah mereka. Yakni cobaan mereka ketika mereka diuji. Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.”

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya Ar-Razi’ dari Amr ibnu Abu Qais, dari Mutarrif, dari Al-Minhal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ia pernah kedatangan seorang lelaki yang langsung bertanya kepadanya mengenai makna firman-Nya:

Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.

Ibnu Abbas menjawab, adapun mengenai firman-Nya:

Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.
Maka sesungguhnya mereka ketika melihat bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang salat, maka mereka mengatakan, Marilah kita ingkari." Ketika mereka hendak mengingkarinya, maka Allah mengunci mulut mereka sehingga tidak dapat berbicara, dan tangan serta kaki merekalah yang bersaksi, mereka tidak dapat menyembunyikan suatu peristiwa pun dari Allah. Maka apakah di dalam kalbumu sekarang masih terdapat sesuatu? Sesungguhnya tiada sesuatu pun dari Al-Qur'an melainkan diturunkan suatu keterangan mengenainya, tetapi kalian tidak mengerti takwilnya.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini berkenaan dengan orang-orang munafik. Tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan, mengingat ayat ini Makkiyyah, sedangkan orang-orang munafik baru ada dalam periode Madaniyyah, dan ayat yang diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik adalah dalam surat Al-Mujadilah, yaitu firman-Nya:

(Ingatlah) hari (ketika) mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik). (Al Mujaadalah:18), hingga akhir ayat.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Kemudian bencana berat yang menimpa mereka pada keadaan yang seperti itu membuat mereka berusaha melepaskan diri dari kesyirikan yang lampau dengan kepura-puraan. Dengan bohong, mereka mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, kami tidak pernah menyekutukan-Mu dalam beribadah."