Al-Qur'an Surat Al-Ahqaf Ayat 11
Al-Ahqaf Ayat ke-11 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَّا سَبَقُوْنَآ اِلَيْهِۗ وَاِذْ لَمْ يَهْتَدُوْا بِهٖ فَسَيَقُوْلُوْنَ هٰذَآ اِفْكٌ قَدِيْمٌ ( الاحقاف : ١١)
- waqāla
- وَقَالَ
- And say
- dan berkata
- alladhīna
- ٱلَّذِينَ
- those who
- orang-orang yang
- kafarū
- كَفَرُوا۟
- disbelieve
- kafir/ingkar
- lilladhīna
- لِلَّذِينَ
- of those who
- kepada orang-orang yang
- āmanū
- ءَامَنُوا۟
- believe
- beriman
- law
- لَوْ
- "If
- jika ia
- kāna
- كَانَ
- it had been
- adalah
- khayran
- خَيْرًا
- good
- baik
- mā
- مَّا
- not
- tidak
- sabaqūnā
- سَبَقُونَآ
- they (would) have preceded us
- mereka mendahului kami
- ilayhi
- إِلَيْهِۚ
- to it"
- kepadanya
- wa-idh
- وَإِذْ
- And when
- dan karena
- lam
- لَمْ
- not
- tidak
- yahtadū
- يَهْتَدُوا۟
- they (are) guided
- mereka mendapat petunjuk
- bihi
- بِهِۦ
- by it
- dengannya
- fasayaqūlūna
- فَسَيَقُولُونَ
- they say
- maka mereka akan mengatakan
- hādhā
- هَٰذَآ
- "This
- ini
- if'kun
- إِفْكٌ
- (is) a lie
- kedustaan
- qadīmun
- قَدِيمٌ
- ancient"
- lama
Transliterasi Latin:
Wa qālallażīna kafarụ lillażīna āmanụ lau kāna khairam mā sabaqụnā ilaīh, wa iż lam yahtadụ bihī fa sayaqụlụna hāżā ifkung qadīm(QS. 46:11)
English Sahih:
And those who disbelieve say of those who believe, "If it had [truly] been good, they would not have preceded us to it." And when they are not guided by it, they will say, "This is an ancient falsehood." (QS. [46]Al-Ahqaf verse 11)
Arti / Terjemahan:
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: "Kalau sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama". (QS. Al-Ahqaf ayat 11)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Dan orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya berkata kepada orang-orang yang beriman, “Sekiranya keimanan kepada Al-Qur’an itu sesuatu yang baik, lebih baik dari tradisi yang kami dapati dari nenek moyang kami tentu mereka orang-orang yang beriman yang miskin dan rendah kedudukan sosialnya tidak pantas mendahului kami, orang-orang yang kaya lagi tinggi kedudukan sosialnya beriman kepadanya, yakni kepada Al-Qur’an.” Tetapi disebabkan oleh karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata, Ini adalah dusta yang lama.” Mereka mengingkari Al-Qur’an dan mengatakan bahwa apa yang tertulis di dalamnya hanyalah dongeng masa lalu yang berisi kebohongan.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Ayat ini menerangkan bahwa perkataan orang-orang musyrik Mekah tentang Al-Qur'an dan orang-orang yang beriman tidak benar. Perkataan itu mereka ucapkan karena beberapa orang yang mereka anggap miskin, bodoh, dan rendah derajatnya seperti 'Ammar, Suhaib, Ibnu Mas'ud, Bilal, Khabbab, dan lain-lain telah masuk Islam. Menurut mereka, sesuatu yang benar dan datang dari Tuhan itu harus diakui kebenarannya oleh para bangsawan, orang kaya, orang terpandang dan para pembesar. Itulah ukuran kebenaran menurut mereka. Apabila kebenaran itu hanya diakui oleh orang-orang yang rendah derajatnya, miskin, dan rakyat jelata saja, maka kebenaran itu palsu.
Perkataan orang-orang musyrik Mekah itu ialah, "Sekiranya Al-Qur'an yang diturunkan kepada Muhammad saw mengandung kebajikan, tentulah kita orang-orang terpandang, bangsawan, dan orang-orang terkemuka ini lebih dahulu beriman kepadanya karena lebih mengetahui dan lebih dahulu mengerjakan kebaikan daripada orang-orang yang rendah derajatnya itu. Sekarang, merekalah yang lebih dahulu beriman daripada kita. Hal ini dapat kita jadikan bukti bahwa Al-Qur'an itu tidak ada nilainya dan tidak mengandung kebajikan sedikit pun."
Qatadah berkata, "Orang-orang musyrik menyatakan, kami lebih perkasa. Kalau ada suatu kebaikan, tentulah kami yang lebih mengetahuinya. Karena kami yang lebih mengetahui, tentulah kami yang menentukannya. Tidak seorang pun yang dapat mendahului kami dalam hal ini. Sehubungan dengan perkataan mereka itu, turunlah ayat ini."
Menurut satu riwayat, ketika kabilah-kabilah Juhainah, Muzainah, Aslam, dan Gifar memeluk agama Islam, Banu 'Amir, Bani Gatafan, dan Banu Asad berkata, "Seandainya agama Islam itu suatu kebenaran, tentulah kita tidak didahului oleh penggembala-penggembala hewan itu."
Karena orang-orang musyrik itu telah terkunci hati, pendengaran, dan penglihatannya oleh kedengkian dan hawa nafsu, maka mereka tidak dapat lagi mengambil petunjuk Al-Qur'an, dan menuduh bahwa Al-Qur'an itu adalah kabar bohong, dongeng orang dahulu, sihir, diada-adakan oleh Muhammad, dan tidak ada artinya sama sekali. Tuduhan orang-orang musyrik itu diterangkan pula dalam firman Allah:
Dan orang-orang kafir berkata,"(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang- orang lain," Sungguh, mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang." (al-Furqan/25: 4-5)
Menurut ajaran Islam, beriman dan bertakwanya seseorang tidak berhubungan dengan status orang itu apakah ia kaya atau miskin, bangsawan atau budak, penguasa atau rakyat jelata, dan berilmu atau tidak berilmu. Setiap orang, apa pun jenis bangsa, warna kulit, dan tingkatannya dalam masyarakat dapat menjadi seorang muslim yang beriman dan bertakwa karena pokok iman dan takwa itu adalah kebersihan hati, keinginan mencari kebenaran yang hakiki, dan kemampuan mengendalikan hawa nafsu. Dalam sebuah hadis disebutkan:
Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah. Apabila baik, baik pula seluruh tubuh, dan apabila rusak, rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari an-Nu'man bin Basyir)
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman) sehubungan dengan perihal orang-orang yang beriman, ("Kalau sekiranya beriman) kepada Alquran itu (adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami beriman kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk) yaitu orang-orang yang mengatakan demikian (dengannya) tidak mendapat petunjuk dari Alquran (maka mereka akan berkata, 'Ini) Alquran ini (adalah dusta) maksudnya, kebohongan (yang lama.'")
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya.” (Al-Ahqaf: 11)
Yakni mereka mengatakan tentang orang-orang yang beriman kepada Al-Qur'an bahwa sekiranya Al-Qur'an itu baik, tentulah mereka tidak akan mendahului kami dalam beriman kepadanya. Yang mereka maksudkan adalah Bilal, Ammar, Suhaib, dan Khabbab serta orang-orang mukmin lainnya yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang mukmin yang lemah dan masih menjadi budak.
Tidaklah mereka berpendapat demikian, melainkan mereka mempunyai keyakinan bahwa diri mereka mempunyai kedudukan di mata Allah dan diperhatikan oleh-Nya. Mereka berpandangan keliru dalam hal ini dan jelas parah kekeliruannya, karena disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian lain (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Al-An'am: 53)
Yakni mereka merasa heran mengapa orang-orang seperti itu mendapat petunjuk, sedangkan diri mereka tidak. Karena itulah disebutkan oleh firman berikutnya:
Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. (Al-Ahqaf: 11)
Adapun golongan ahli sunnah wal jamaah mengatakan tentang semua perbuatan dan ucapan yang tidak terbukti bersumber dari para sahabat berarti hal itu adalah bid'ah. Karena sesungguhnya seandainya hal itu baik, tentulah mereka mendahului kita beriman kepadanya, karena sesungguhnya tiada suatu perkara kebaikan pun yang mereka biarkan melainkan mereka (para sahabat) bersegera mengerjakannya
Firman Allah Swt.:
Dan Karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka mereka akan berkata, 'Ini adalah dusta yang lama." (Al-Ahqaf. 11)
Yakni apa yang terkandung di dalam Al-Qur'an itu adalah dusta yang lama. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Al-Quran itu dikutip dan orang-orang dahulu. Mereka mendiskreditkan Al-Qur'an dan orang-orang yang beriman kepadanya. Hal inilah yang dinamakan sifat takabur yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. melalui sabdanya yang mengatakan:
Menentang perkara yang hak (benar) dan meremehkan orang.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Orang-orang kafir--dengan mengejek dan menyombongkan diri--berkata mengomentari keadaan orang-orang yang beriman, "Kalau sekiranya al-Qur'ân yang dibawa Muhammad itu baik, orang-orang itu tentu tidak akan mendahului kami untuk beriman kepadanya, karena kami adalah orang-orang yang terhormat dan mempunyai akal yang cemerlang." Dan ketika mereka tidak memperoleh petunjuk al-Qur'ân, mereka mengumpat dan mengatakan, "Ini adalah kebohongan lama dari legenda nenek moyang."