Skip to content

Al-Qur'an Surat Sad Ayat 3

Sad Ayat ke-3 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

كَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنْ قَرْنٍ فَنَادَوْا وَّلَاتَ حِيْنَ مَنَاصٍ ( ص : ٣)

kam
كَمْ
How many
berapa banyak
ahlaknā
أَهْلَكْنَا
We destroyed
Kami telah binasakan
min
مِن
before them
dari
qablihim
قَبْلِهِم
before them
sebelum mereka
min
مِّن
of
dari
qarnin
قَرْنٍ
a generation
kurun
fanādaw
فَنَادَوا۟
then they called out
lalu mereka menyeru/meminta
walāta
وَّلَاتَ
when there (was) no longer
pertolongan
ḥīna
حِينَ
time
waktu
manāṣin
مَنَاصٍ
(for) escape
kelepasan (melepaskan diri)

Transliterasi Latin:

Kam ahlaknā ming qablihim ming qarnin fa nādaw wa lāta ḥīna manāṣ (QS. 38:3)

English Sahih:

How many a generation have We destroyed before them, and they [then] called out; but it was not a time for escape. (QS. [38]Sad verse 3)

Arti / Terjemahan:

Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (QS. Sad ayat 3)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Kami telah mengingatkan melalui Nabi Muhammad betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan akibat kesombongan dan keingkaran terhadap utusan Allah, lalu mereka meminta tolong pada saat azab itu datang, padahal waktu itu bukanlah saat yang tepat untuk meminta pertolongan dan mereka tidak bisa lari melepaskan diri dari siksa itu (Lihat pula: Surah Gàfir/40: 84).

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah mengecam kesombongan dan permusuhan mereka dengan menjelaskan bahwa betapa banyak umat sebelum mereka, yang menghina dan mengingkari rasul-rasul Allah, dibinasakan-Nya. Ketika azab itu ditimpakan, mereka meminta pertolongan kepada Allah. Namun permintaan itu tidak berguna lagi, dan mereka tidak akan dapat melepaskan diri dari siksa yang membinasakan.
Allah berfirman:

Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah." (al-Mu'min/40: 84)

Dan firman-Nya:

Maka ketika mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari (negerinya) itu. Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada kesenangan hidupmu dan tempat-tempat kediamanmu (yang baik), agar kamu dapat ditanya. (al-Anbiya'/21: 12-13)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Berapa banyak) sudah berapa banyak (umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan) yaitu dari kalangan umat-umat yang terdahulu, (lalu mereka meminta tolong) sewaktu azab menimpa mereka (padahal waktu itu bukanlah saat untuk lari melepaskan diri) artinya, untuk melarikan diri dari azab, karena segalanya sudah terlambat. Huruf Ta pada lafal Laata merupakan huruf Zaidah, dan jumlah kalimat ayat ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari Fa'ilnya lafal Naadau. Maksudnya, mereka meminta tolong padahal sudah tidak ada lagi jalan untuk melarikan diri, dan pula tidak ada lagi jalan untuk selamat dari azab. Akan tetapi penduduk Mekah yang kafir tidaklah mengambil pelajaran dari mereka yang telah dibinasakan itu.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Kemudian Allah Swt. mempertakuti mereka dengan apa yang telah Dia lakukan terhadap umat-umat terdahulu sebelum mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya. Allah telah membinasakan mereka disebabkan mereka menentang para rasul dan mendustakan kitab-kitab yang diturunkan dari langit. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan (Shaad:3)

Maksudnya, umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya.

lalu mereka meminta tolong (Shaad:3)

Yaitu pada saat azab datang menimpa mereka, mereka meminta tolong dan menyeru kepada Allah Swt. Tetapi hal itu tidak memberi faedah apa pun bagi mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka lari tergesa-gesa darinya. (Al Anbiyaa:12)

Yakni melarikan diri dari azab itu.

Janganlah kamu lari tergesa-gesa, kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya (Al Anbiyaa:13)

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari At-Tamimi yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas r.a. tentang makna firman-Nya: lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shaad:3) Yakni bukan saatnya berseru meminta tolong, bukan pula saatnya melarikan diri dari azab.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah bukan saatnya meminta tolong.

Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa mereka berseru meminta tolong di saat tiada gunanya lagi meminta tolong, lalu ia mengutip ucapan penyair, "Laila ingat di saat tiada lagi gunanya mengingat."

Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shaad:3) Mereka menyerukan kalimah tauhid saat dunia berpaling dari mereka dan bertekad untuk bertobat saat dunia berpaling dari mereka.

Qatadah mengatakan bahwa ketika mereka menyaksikan datangnya azab, tergeraklah mereka untuk bertobat, tetapi bukan pada saatnya untuk berseru meminta pertolongan.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shaad:3) Yaitu bukan saatnya, untuk melarikan diri, bukan pula saatnya tobat diperkenankan.

Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam, Al-Hasan, dan Qatadah.

Telah diriwayatkan pula dari Malik, dari Zaid ibnu Aslam tentang makna firman-Nya: padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melarikan diri. (§ad:3) Yakni meminta pertolongan di saat bukan waktunya meminta tolong.

Lafaz lata ini terdiri dari la nafi, lalu ditambahkan huruf ta, sebagaimana huruf ta, ditambahkan pada lafaz summa. Mereka mengatakan summata, dan ditambahkan pula pada rubba sehinggga menjadi rubbata: huruf ta ini bukan dari asalnya, dan boleh dilakukan waqaf terhadapnya. Di antara mereka ada yang meriwayatkan dari Mushaf Al-Imam (yakni Mushaf Usmani) menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir, bahwa huruf ta ini bersatu dengan hina, sehingga tulisannya menjadi seperti berikut:

padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melepaskan diri (Shaad:3)

Tetapi pendapat yang terkenal adalah yang pertama. Kemudian jumhur "ulama membaca nasab pada lafaz hina, yang arti panjangnya adalah "padahal saat itu bukanlah saat untuk melepaskan diri".

Di antara mereka ada yang membolehkan nasab berdasarkan dalil syair yang mengatakan:

Engkau teringat akan cinta Laila, padahal bukan saatnya untuk bercinta, dan uban (usia tua) telah menjadi pemutus hubungan.

Di antara mereka ada yang membolehkannya dibaca jar berdasarkan dalil syair yang mengatakan:

Mereka meminta perdamaian dengan kami, padahal sudah bukan masanya lagi perdamaian. Maka kami jawab, bahwa tiada waktu lagi untuk melestarikan perdamaian.

Sebagian ulama mengatakan, "Padahal sudah bukan saatnya bagi penyesalan" (nasi telah menjadi bubur), dengan men-jar-kan lafaz As­ sa'ah. Ahli bahasa mengatakan An-Naus artinya terlambat, dan Al-bus maju. Disebutkan oleh firman-Nya:

padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shaad:3)

Yakni waktu itu bukanlah lagi saatnya melarikan diri dari azab.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Betapa banyak umat pendusta terdahulu yang Kami binasakan. Mereka meminta pertolongan ketika siksaan datang kepada mereka, padahal saat itu bukanlah waktu untuk meyelamatkan diri.