Skip to content

Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 133

Ali 'Imran Ayat ke-133 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ ( اٰل عمران : ١٣٣)

wasāriʿū
وَسَارِعُوٓا۟
And hasten
dan bersegeralah kamu
ilā
إِلَىٰ
to
kepada
maghfiratin
مَغْفِرَةٍ
forgiveness
ampunan
min
مِّن
from
dari
rabbikum
رَّبِّكُمْ
your Lord
Tuhan kalian
wajannatin
وَجَنَّةٍ
and a Garden -
dan surga
ʿarḍuhā
عَرْضُهَا
its width
luasnya
l-samāwātu
ٱلسَّمَٰوَٰتُ
(is like that of) the heavens
langit(jamak)
wal-arḍu
وَٱلْأَرْضُ
and the earth
dan bumi
uʿiddat
أُعِدَّتْ
prepared
disediakan
lil'muttaqīna
لِلْمُتَّقِينَ
for the pious
bagi orang-orang yang bertakwa

Transliterasi Latin:

Wa sāri'ū ilā magfiratim mir rabbikum wa jannatin 'arḍuhas-samāwātu wal-arḍu u'iddat lil-muttaqīn (QS. 3:133)

English Sahih:

And hasten to forgiveness from your Lord and a garden [i.e., Paradise] as wide as the heavens and earth, prepared for the righteous (QS. [3]Ali 'Imran verse 133)

Arti / Terjemahan:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (QS. Ali 'Imran ayat 133)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Setelah diperintahkan taat kepada Allah dan Nabi Muhammad, umat Islam diperintahkan juga untuk berlomba meningkatkan kualitas ketakwaan. Dan bersegeralah kamu dengan saling mendahului untuk mencari ampunan dari Tuhanmu dengan menyadari kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan mengerjakan amalan-amalan yang diridai Allah untuk mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yang taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah menyuruh agar kaum Muslimin bersegera meminta ampun kepada-Nya bila sewaktu-waktu berbuat dosa dan maksiat, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang Muslim tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang, tetapi kadang-kadang karena kuatnya godaan dan tipu daya setan dia terjerumus ke dalam jurang maksiat, kemudian ketika sadar akan kesalahannya dan menyesal atas perbuatan itu dia lalu bertobat dan mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Bila seorang Muslim selalu menaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan segera bertobat bila jatuh ke jurang dosa
dan maksiat, maka Allah akan mengampuni dosanya dan akan memasukkannya nanti di akhirat ke dalam surga yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di dunia yaitu surga yang disediakan-Nya untuk orang yang bertakwa.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan bersegeralah kamu) dengan atau tanpa wau (kepada keampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi) artinya seluas langit dan bumi bila keduanya disambung; sedangkan '`ardh' artinya ialah luas (yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa) kepada Allah dengan mengerjakan taat dan meninggalkan maksiat.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. menganjurkan mereka agar bersegera mengerjakan kebajikan dan berlomba untuk memperoleh derajat taqarrub. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.

Seperti halnya neraka, disediakan untuk orang-orang yang kafir.

Menurut suatu pendapat, makna firman-Nya "Yang luasnya seluas langit dan bumi" untuk mengingatkan luas panjangnya seperti yang disebutkan dalam ayat lain yang menggambarkan tentang hamparan surga (permadaninya), yaitu melalui firman-Nya:

di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutra. (Ar Rahmaan:54)

Dengan kata lain, dapat Anda bayangkan bagaimana keindahan bagian luarnya?

Menurut pendapat lain, lebar surga itu sama dengan panjangnya, mengingat bentuk surga seperti kubah yang terletak di bawah Arasy. Sedangkan sesuatu yang berbentuk seperti kubah, yakni bulat, ukuran panjang dan lebarnya sama. Pendapat ini diperkuat oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:

Apabila kalian memohon kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah bagian yang paling tinggi dari surga dan sekaligus pertengahannya. Darinya mengalir sungai-sungai surga, dan atap surga adalah Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah.

Makna yang dikandung ayat ini sama dengan ayat lain yang ada di dalam surat Al-Hadid, yaitu firman-Nya:

Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Al Hadiid:21), hingga akhir ayat.

Telah diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, bahwa Heraklius pernah menulis surat kepada Nabi Saw. yang isinya menyatakan, "Sesungguhnya engkau telah mengajakku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau demikian, di mana neraka?" Maka Nabi Saw. menjawab dengan balik bertanya:

Subhanallah (Mahasuci Allah), di manakah malam bila siang hari tiba?

Ibnu Jarir meriwayatkannya. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Abu Khaisamah, dari Sa'id ibnu Abu Rasyid, dari Ya'la ibnu Murrah yang menceritakan bahwa ia pernah bersua dengan At-Tanukhi yang pernah menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah Saw. di Himsa, dia telah berusia lanjut dan lemah sekali. Ia berkata bahwa ia datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dengan membawa surat Heraklius. Lalu surat itu diterima oleh seorang lelaki yang ada di sebelah kiri beliau. At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, lalu ia berkata, "Siapakah teman kalian yang akan membaca surat ini?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Mu'awiyah." Ternyata isi surat Heraklius mengatakan, "Sesungguhnya engkau telah berkirim surat kepadaku, yang isinya engkau menyeruku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau begitu, di manakah nerakanya?" At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. menjawab dengan balik bertanya: Mahasuci Allah, di manakah malam hari bila siang hari datang?

Al-A'masy, Sufyan As-Sauri, dan Syu'bah meriwayatkan dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang menceritakan bahwa segolongan orang-orang Yahudi pernah bertanya kepada Khalifah Umar ibnul Khattab tentang surga yang luasnya seluas langit dan bumi, lalu di manakah neraka? Maka Umar menjawab mereka, "Bagaimanakah pendapat kalian bila siang hari datang, di manakah malam hari? Bilamana malam hari datang, di manakah siang hari?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau telah memetik hal yang semisal dari kitab Taurat." Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui tiga jalur.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Barqan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Asam, bahwa seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab mengatakan, "Mereka mengatakan bahwa surga itu luasnya seluas langit dan bumi, maka di manakah neraka?" Maka Ibnu Abbas r.a. menjawab, "Di manakah malam hari bila siang hari tiba? Di manakah siang hari bila malam hari tiba?"

Hal ini diriwayatkan pula secara marfu’. Untuk itu Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Salamah Abu Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnul Asam, dari pamannya (yaitu Yazid ibnul Asam), dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu mengatakan, "Bagaimanakah pendapatmu mengenai firman-Nya:

'dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi’

Maka di manakah neraka?" Nabi Saw. menjawab:

"Bagaimanakah menurutmu apabila malam tiba menyelimuti segala sesuatu, di manakah siang harinya?" Lelaki itu menjawab, "Di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah." Maka Nabi Saw. bersabda, "Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Swt."

Hadis ini mempunyai dua makna, yaitu:

Pertama, yang dimaksud ialah bahwa ketidakmampuan kita menyaksikan malam hari bila siang hari tiba bukan berarti malam itu tidak ada di suatu tempat, sekalipun kita tidak mengetahuinya. Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Swt. Pengertian ini lebih jelas, seperti yang dikemukakan oleh hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar tadi.

Kedua, mengartikah bahwa siang hari apabila menyinari alam dari belahan ini, maka malam hari berada di belahan lainnya. Demikian pula halnya surga, ia berada di tempat yang paling atas di atas langit di bawah Arasy, yang luasnya adalah seperti yang diungkapkan di dalam firman-Nya:

seluas langit dan bumi. (Al Hadiid:21)

Sedangkan neraka berada di tempat yang paling bawah. Dengan demikian, berarti tidaklah bertentangan antara pengertian luasnya surga yang seluas langit dan bumi dengan keberadaan neraka.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Lalu bergegaslah untuk melaksanakan amal saleh, agar kalian mendapatkan ampunan yang besar dari Allah atas dosa-dosa kalian! Juga, agar kalian mendapatkan surga yang amat luas, seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan untuk orang-orang yang takut kepada Allah dan siksa-Nya.