Skip to content

Al-Qur'an Surat Asy-Syu'ara' Ayat 4

Asy-Syu'ara' Ayat ke-4 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اِنْ نَّشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ اٰيَةً فَظَلَّتْ اَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِيْنَ ( الشعراۤء : ٤)

in
إِن
If
jika
nasha
نَّشَأْ
We will
Kami menghendaki
nunazzil
نُنَزِّلْ
We can send down
Kami turunkan
ʿalayhim
عَلَيْهِم
to them
atas mereka
mina
مِّنَ
from
dari
l-samāi
ٱلسَّمَآءِ
the sky
langit
āyatan
ءَايَةً
a Sign
mukjizat
faẓallat
فَظَلَّتْ
so would bend
maka senantiasa
aʿnāquhum
أَعْنَٰقُهُمْ
their necks
kuduk-kuduk mereka
lahā
لَهَا
to it
kepadanya
khāḍiʿīna
خَٰضِعِينَ
(in) humility
tunduk

Transliterasi Latin:

In nasya` nunazzil 'alaihim minas-samā`i āyatan fa ẓallat a'nāquhum lahā khāḍi'īn (QS. 26:4)

English Sahih:

If We willed, We could send down to them from the sky a sign for which their necks would remain humbled. (QS. [26]Ash-Shu'ara verse 4)

Arti / Terjemahan:

Jika kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya. (QS. Asy-Syu'ara' ayat 4)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Jika Kami menghendaki agar mereka beriman kepadamu, niscaya Kami turunkan kepada mereka suatu kejadiaan yang luar biasa, yaitu berupa mukjizat dari langit yang turun kepada mereka yang akan memaksa mereka dan membuat tengkuk mereka tunduk dengan rendah hati kepadanya. Akan tetapi, Kami tidak menghendaki cara pemaksaan seperti itu. Kami ingin mereka beriman dengan suka rela, tanpa ada satu paksaan apa pun kepada mereka. Iman dengan sukarela akan membuahkan hasil yang baik dan berkelanjutan. Sebaliknya keimanan dengan secara terpaksa, akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik pula.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Pada ayat ini diterangkan bahwa jika Allah hendak memaksa mereka supaya beriman, hal itu amat mudah bagi-Nya. Namun demikian, Allah hendak memberlakukan sunah-Nya kepada kaum Quraisy bahwa beriman itu bukanlah dengan paksaan dan kekerasan, tetapi dengan kesadaran dan kemauan sendiri. Memaksa orang agar beriman bertentangan dengan ayat Al-Qur'an (al-Baqarah/2: 256) dan sunah Allah. Hal itu tidak boleh dilakukan oleh para rasul sesuai dengan firman Allah:
Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman? (Yunus/10: 99).

Oleh karena itu, Allah dengan hikmat dan ketetapan-Nya mengutus para rasul yang akan menyeru umat kepada kebenaran dan tauhid yang murni, serta menuntun mereka kepada jalan yang lurus, dan syariat yang membawa mereka menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Demikianlah Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Muhammad sebagai mukjizat. Kemukjizatan Al-Qur'an akan tetap berlaku sepanjang masa sampai hari Kiamat sesuai dengan risalah yang dibawa Muhammad untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan tempat. Mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para nabi sebelum Muhammad hanya berlaku untuk masa dan tempat di mana nabi itu menyebarkan risalahnya. Sesudah itu, mukjizat-mukjizat itu hanya menjadi berita yang ditulis di dalam sejarah dan tidak dapat disaksikan lagi oleh generasi yang datang kemudian. Berbeda dengan Al-Qur'an, sampai saat ini dengan semakin bertambahnya pengetahuan manusia, dan semakin maju teknologi mereka, akan semakin bertambah jelas kebenaran Al-Qur'an. Isyarat-isyarat ilmiah yang disebutkan di dalam Al-Qur'an secara ringkas, yang mungkin belum dapat dipahami pada masa-masa sebelumnya, semakin terungkap, sehingga umat Islam bertambah yakin akan kebenaran Al-Qur'an. Berkaitan dengan itu, bertambah banyak pula orang-orang yang sadar dengan sendirinya bahwa Al-Qur'an itu memang kitab yang diturunkan Allah untuk menuntun manusia ke jalan yang benar, sehingga mereka beriman dan menganut agama Islam.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Jika Kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka akan senantiasa) lafal Fazhallat dalam bentuknya yang Madhi ini bermakna Mudhari', artinya: maka akan terus-menerus (kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya) yakni mereka beriman kepadanya. Karena lafal Al A'naaq disifati dengan lafal Al Khudhu'. Sifat tersebut merupakan ciri khas makhluk yang berakal, maka sifat Al A'naaq dijamakkan ke dalam bentuk sebagaimana makhluk yang berakal.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Maksudnya, sekiranya Kami kehendaki, tentulah Kami akan menurunkan suatu mukjizat yang memaksa mereka untuk beriman secara paksa. Tetapi Kami tidak akan melakukan hal itu karena Kami tidak menghendaki seseorang beriman melainkan berdasarkan kesadaran dirinya. Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak.) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? (Yunus:99)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu. (Huud:118)

Takdir Allah telah berlangsung, hikmah-Nya berjalan, serta hujah-Nya (alasan-Nya) telah ditegakkan terhadap makhluk-Nya, yaitu dengan mengutus para rasul kepada mereka dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Sesungguhnya Kami Mahakuasa untuk mendatangkan kepada mereka suatu mukjizat yang dapat memaksa mereka untuk beriman, sehingga--sebagaimana yang kamu harapkan--mereka semua menjadi patuh dan tunduk kepada-Ku. Tetapi Kami tidak akan melakukan hal seperti itu, karena sudah menjadi ketetapan hukum Kami (sunnatullâh) untuk menyuruh mereka beriman tanpa paksaan. Dengan demikian, perintah dan larangan yang akan menghasilkan pahala atau siksa itu tidak kehilangan maknanya.