Skip to content

Al-Qur'an Surat Asy-Syu'ara' Ayat 123

Asy-Syu'ara' Ayat ke-123 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

كَذَّبَتْ عَادُ ِۨالْمُرْسَلِيْنَ ۖ ( الشعراۤء : ١٢٣)

kadhabat
كَذَّبَتْ
Denied
telah mendustakan
ʿādun
عَادٌ
(the people) of Aad
kaum 'Ad
l-mur'salīna
ٱلْمُرْسَلِينَ
the Messengers
para Rasul

Transliterasi Latin:

Każżabat 'ādunil-mursalīn (QS. 26:123)

English Sahih:

Aad denied the messengers. (QS. [26]Ash-Shu'ara verse 123)

Arti / Terjemahan:

Kaum 'Aad telah mendustakan para rasul. (QS. Asy-Syu'ara' ayat 123)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Kaum ‘Ad yang mendiami tanah Yaman telah mendustakan para rasul. Mendustakan satu rasul, sama saja dengan mendustakan seluruh rasul, karena mereka adalah satu kesatuan, yaitu sebagai utusan Allah.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Ayat ini menerangkan bahwa Allah mengutus Nabi Hud a.s. kepada kaum 'Ad tetapi mereka mendustakan dan mengingkari seruannya. 'Ad adalah nama suatu kaum, yang diambil dari nama nenek moyang mereka yang bernama 'ad. 'ad adalah salah seorang keturunan Sam bin Nuh. Nabi Hud sendiri termasuk salah seorang keturunan 'ad, yaitu Hud bin Abdullah bin Rabah bin Khulud bin 'ad. Itulah sebabnya di dalam ayat ini Nabi Hud disebut saudara dari kaum 'ad, yang maksudnya Nabi Hud termasuk salah seorang warga kaum 'ad.
Kaum 'ad bertempat tinggal di al-Ahqaf, yang sekarang dikenal dengan nama Sahara al-Ahqaf. Sekarang daerah ini termasuk salah satu bagian dari kerajaan Arab Saudi bagian selatan. Al-Ahqaf terletak di sebelah utara Hadramaut, sebelah timur laut Yaman, sebelah selatan Nejed dan sebelah barat Oman. Sekarang tempat itu dinamai juga ar-Rab' al-Khali artinya "tempat yang kosong" karena memang tempat itu telah kosong, tidak didiami orang. Dalam peta biasanya ditulis Rub' al-Khali, itu salah, yang betul Rab' bukan Rub'.
Kaum 'ad pada mulanya beragama tauhid, agama yang dianut nenek moyang mereka dan sesuai pula dengan fitrah manusia. Akan tetapi, setelah kerajaan mereka meluas dan membesar akibat penaklukan bangsa-bangsa lain di sekitarnya, mereka menjadi sombong dan menyembah patung-patung. Patung-patung yang disembah itu adalah patung-patung pemimpin mereka, yang pada mulanya dibuat hanya untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa mereka. Namun demikian, lama-kelamaan patung itu mereka sembah. Ada tiga buah patung yang mereka sembah, yaitu Saba', Samud, dan Haba. Untuk mengembalikan mereka kepada agama yang benar, Allah mengutus seorang rasul kepada mereka, yaitu Nabi Hud, yang termasuk salah seorang dari warga mereka juga.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Kaum Ad telah mendustakan para Rasul).

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Ini cerita dari Allah Swt. tentang hamba dan rasul-Nya Hud a.s. Sesungguhnya dia menyeru kaumnya, yaitu kabilah Ad. Kaumnya tinggal di bukit-bukit pasir, yakni bukit yang berpasir di dekat Hadramaut, letaknya bersebelahan dengan negeri Yaman; masa mereka sesudah masa kaum Nabi Nuh, seperti yang disebutkan di dalam surat Al-A'raf melalui firman-Nya:

Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kalian (daripada kaum Nuh itu). (Al-A'raf: 69)

Demikian itu karena mereka memiliki kekuatan yang hebat, tubuh yang besar serta sangat tinggi dan rezeki yang berlimpah, harta benda yang banyak, kebun-kebun, sungai-sungai, tanam-tanaman, buah-buahan, juga mempunyai anak yang banyak. Tetapi sekalipun demikian, mereka menyembah selain Allah di samping menyembah Allah, maka Allah mengutus Nabi Hud kepada mereka. Hud adalah seorang lelaki dari kalangan mereka, diangkat oleh Allah sebagai rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dia menyeru mereka untuk mengesakan Allah dan memperingatkan mereka terhadap pembalasan dan azab-Nya jika mereka menentang-Nya. Maka dia berkata kepada mereka, seperti apa yang dikatakan oleh Nuh kepada kaumnya, hingga sampai pada firman-Nya:

Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main. (Asy-Syu'ara': 128)

Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna الرِّيعِ (ar-ri)', yang kesimpulan pendapat mereka mengatakan bahwa ia adalah daerah yang tinggi di pinggir jalan-jalan yang terkenal (yang banyak dilalui manusia). Mereka membangun di tempat tersebut bangunan yang kokoh, besar, lagi megah. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan. (Asy-Syu'ara': 128) Yakni bangunan yang menjadi tanda lagi terkenal.

untuk bermain-main. (Asy-Syu'ara': 128)

Yaitu sesungguhnya mereka membuat bangunan tersebut hanyalah untuk bermain-main, bukan untuk tujuan yang diperlukan, melainkan hanya sekadar bermain-main, bersenang-senang, dan unjuk kekuatan. Karena itulah maka nabi mereka mengingkari perbuatan mereka yang demikian itu, mengingat perbuatan mereka itu sama dengan menyia-nyiakan waktu, memayahkan diri tanpa ada faedahnya, serta menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:

dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia). (Asy-Syu'ara': 129)

Mujahid mengatakan bahwa masani' artinya tower-tower yang dibangun dengan kokoh dan benteng-benteng yang kuat lagi mantap. Menurut riwayat lain bersumber dari Mujahid, disebutkan tower-tower air. Qatadah mengatakan tempat pengambilan air (gudang air). Qatadah mengatakan bahwa sebagian ulama kufah ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

dan kalian membuat benteng-benteng seakan-akan kalian hidup kekal.

Menurut qiraat yang terkenal disebutkan seperti berikut:

dan kalian membangun benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal.

Yakni agar kalian tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya. Demikian itu tidak akan terjadi bagi kalian, bahkan bangunan-bangunan itu pasti lenyap dari kalian sebagaimana telah lenyap dari orang-orang dahulu sebelum kalian.

Ibnu Abu Hatim rahimahullah telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ajian, telah menceritakan kepadaku Aun ibnu Abdullah ibnu Atabah, bahwa Abu Darda r.a. ketika menyaksikan pembaharuan yang dilakukan oleh kaum muslim di Al-Gautah terhadap bangunan-bangunan mereka dan penanaman pepohonan. Maka ia berdiri di masjid mereka, lalu berseru, "Hai penduduk kota Dimasyq." Maka mereka berkumpul kepadanya, dan ia memuji serta menyanjung Allah Swt., sesudah itu ia mengatakan, "Tidakkah kalian malu, tidakkah kalian malu, kalian mengumpulkan apa yang tidak kalian makan, dan kalian membangun apa yang tidak kalian huni, dan kalian mengangan-angankan hal yang tidak dapat kalian raih. Sesungguhnya telah terjadi di masa sebelum kalian banyak generasi yang menghimpunkan (keduniawian) sebanyak-banyaknya, mereka membangun bangunan-bangunan yang kokoh, dan mereka berangan-angan yang menyebabkan mereka tenggelam di dalamnya, pada akhirnya mereka teperdaya oleh angan-angan mereka, apa yang telah mereka kumpulkan semuanya musnah, dan rumah-rumah mereka menjadi kuburan-kuburan (mereka). Ingatlah, sesungguhnya kaum Ad memiliki kuda dan hewan kendaraan yang memenuhi antara kawasan Ad dan Yaman. Maka siapakah yang mau membeli harta peninggalan kaum Ad dengan harga dua dirham (yakni tiada artinya lagi)?"

Firman Allah Swt.:

Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. (Asy-Syu'ara': 130)

Yakni mereka mempunyai ciri khas kuat, kasar, dan sewenang-wenang.

Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara': 131)

Maksudnya, sembahlah Tuhan kalian dan taatlah kepada rasul kalian.

Selanjutnya Nabi Hud mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka:

Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada kalian apa yang kalian ketahui. Dia telah menganugerahkan kepada kalian binatang-binatang ternak dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 132-135)

Yaitu jika kalian mendustakan dan menentang-Nya. Nabi Hud menyeru mereka dengan metode targib (anjuran) dan tarhib (peringatan), tetapi hal itu tidak bermanfaat bagi mereka.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Kabilah 'Ad telah mendustakan Hûd a. s., rasul mereka. Mereka, karenanya, telah mendustakan semua rasul. Sebab, prinsip dan tujuan dakwah seluruh rasul adalah sama.