Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Furqan Ayat 65

Al-Furqan Ayat ke-65 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ اِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ۖ ( الفرقان : ٦٥)

wa-alladhīna
وَٱلَّذِينَ
And those who
dan orang-orang yang
yaqūlūna
يَقُولُونَ
say
(mereka) berkata
rabbanā
رَبَّنَا
"Our Lord!
ya Tuhan kami
iṣ'rif
ٱصْرِفْ
Avert
palingkanlah/jauhkanlah
ʿannā
عَنَّا
from us
dari kami
ʿadhāba
عَذَابَ
the punishment
azab
jahannama
جَهَنَّمَۖ
(of) Hell
Jahannam
inna
إِنَّ
Indeed
sesungguhnya
ʿadhābahā
عَذَابَهَا
its punishment
azabnya
kāna
كَانَ
is
adalah
gharāman
غَرَامًا
inseparable
kebinasaan yang kekal

Transliterasi Latin:

Wallażīna yaqụlụna rabbanaṣrif 'annā 'ażāba jahannama inna 'ażābahā kāna garāmā (QS. 25:65)

English Sahih:

And those who say, "Our Lord, avert from us the punishment of Hell. Indeed, its punishment is ever adhering; (QS. [25]Al-Furqan verse 65)

Arti / Terjemahan:

Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". (QS. Al-Furqan ayat 65)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Sifat berikutnya adalah takut akan siksaan api neraka. Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam yang sangat pedih itu dari kami, kami sangat takut, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal.” Inilah kerugian yang sangat besar bagi kami. Apalah arti kehidupan ini jika pada akhirnya kami tersiksa, karena dosa-dosa kami. Sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman."

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Keempat: Mereka selalu mengingat hari akhirat dan hari perhitungan. Mereka yakin bahwa semua amal perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hari itu, yang baik diberi ganjaran berlipat ganda, dan yang jahat akan dibalas dengan balasan yang setimpal. Di kala mereka bermunajat dengan Tuhan di malam hari tergambarlah dalam pikiran mereka bagaimana dahsyatnya suasana di waktu itu seakan-akan mereka benar-benar melihat bagaimana ganasnya api neraka yang selalu menanti para hamba Allah yang durhaka untuk menjadi mangsa dan santapannya. Di kala itu meneteslah air mata mereka dan mereka memohon dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan agar dibebaskan dari siksaan api neraka yang pedih itu.
Orang-orang yang demikian kuat keyakinannya kepada hari akhirat tentu akan mempergunakan kesempatan hidup di dunia ini untuk berbuat amal kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan melakukan perbuatan jahat karena yakin perbuatannya itu akan dibalas dengan siksaan yang pedih. Betapa pun baiknya suatu peraturan yang dibuat manusia dan betapa ketatnya pengawasan dalam pelaksanaannya, tetapi manusia yang tidak sadar akan pengawasan Allah dapat saja meloloskan diri dari ikatan peraturan dan undang-undang itu. Akan tetapi, manusia yang beriman, andaikata tidak ada peraturan dan undang-undang, tidak akan melakukan satu kejahatan pun, karena dia sadar walaupun dapat bebas dari hukuman di dunia, namun tidak akan dapat melepaskan diri dari azab di akhirat. Kesadaran dan keinsyafan inilah yang tertanam dengan kuat di dalam hati setiap muslim yang mendapat julukan "hamba Allah Yang Maha Penyayang."
Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang mukmin benar-benar takut jatuh ke dalam siksaan neraka karena siksaannya amat pedih dan dahsyat. Neraka itu merupakan seburuk-buruk tempat yang disediakan bagi hamba Allah yang ingkar dan durhaka. Orang-orang kafir kekal di dalamnya selama-lamanya, menderita berbagai macam siksaan. Meskipun kulit mereka telah hangus terbakar dan panasnya api neraka telah menembus ke dalam daging dan tulang belulang, namun mereka tetap hidup untuk merasakan siksaan itu sebagai tersebut dalam firman-Nya:
Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (an-Nisa'/4: 56).

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami! Jauhkanlah azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal") yang abadi.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Yaitu tetap dan abadi. Seperti yang dikatakan oleh seorang penyair sehubungan dengan makna garaman ini, melalui salah satu bait syairnya:

Jika dia (orang yang disanjung penyair) menyiksa, maka siksaannya terus-menerus lagi tetap, dan jika dia memberi dengan pemberian yang banyak, ia tidak peduli (berapa pun banyaknya).

Al-Hasan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya azab Jahanam itu adalah kebinasaan yang kekal. (Al Furqaan:65) Segala sesuatu yang menimpa anak Adam, lalu lenyap darinya, tidak dapat dikatakan garam. Sesungguhnya pengertian garam itu tiada lain bagi sesuatu yang kekal selagi ada bumi dan langit.

Hal yang sama dikatakan oleh Sulaiman At-Taimi.

Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya azab Jahanam itu adalah kebinasaan yang kekal. (Al Furqaan:65) Yakni mereka tidak merasakan nikmat hidup di dunia ini. Sesungguhnya Allah Swt. menanyakan kepada orang-orang kafir tentang nikmat (yang telah dikaruniakan-Nya kepada mereka). Mereka tidak dapat mempertanggungjawabkannya kepada Allah. Maka Allah menghukum mereka, lalu memasukkan mereka ke dalam neraka.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Ketiga, mereka yang rasa takutnya lebih dominan daripada harapan, seperti halnya orang-orang yang bertakwa. Karena itu mereka takut akan siksa akhirat. Kebiasaan mereka adalah berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari siksa jahanam. Sebab siksa jahanam itu, jika menimpa seseorang yang melakukan kejahatan, tidak akan melepaskannya.