Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Furqan Ayat 27

Al-Furqan Ayat ke-27 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا ( الفرقان : ٢٧)

wayawma
وَيَوْمَ
And (the) Day
dan pada hari
yaʿaḍḍu
يَعَضُّ
will bite
menggigit
l-ẓālimu
ٱلظَّالِمُ
the wrongdoer
orang yang zalim
ʿalā
عَلَىٰ
[on]
atas
yadayhi
يَدَيْهِ
his hands
dua tangannya
yaqūlu
يَقُولُ
he will say
ia berkata
yālaytanī
يَٰلَيْتَنِى
"O I wish!
kiranya dulu
ittakhadhtu
ٱتَّخَذْتُ
I had taken
aku mengambil
maʿa
مَعَ
with
bersama
l-rasūli
ٱلرَّسُولِ
the Messenger
Rasul
sabīlan
سَبِيلًا
a way
jalan

Transliterasi Latin:

Wa yauma ya'aḍḍuẓ-ẓālimu 'alā yadaihi yaqụlu yā laitanittakhażtu ma'ar-rasụli sabīlā (QS. 25:27)

English Sahih:

And the Day the wrongdoer will bite on his hands [in regret] he will say, "Oh, I wish I had taken with the Messenger a way. (QS. [25]Al-Furqan verse 27)

Arti / Terjemahan:

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". (QS. Al-Furqan ayat 27)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Kekecewaan itu tergambarkan dalam sikap fisik dan gumaman mereka. Dan ingatlah pada hari ketika orang-orang zalim kepada diri sendiri, seperti melakukan kemusyrikan dan kekafiran, menggigit dua jarinya, sebagai tanda bahwa mereka menyesali perbuatannya, seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) ketika aku masih di dunia aku mengambil jalan bersama Rasul, dengan mengimaninya, mengikuti semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya." Namun penyesalan itu sudah tak bermanfaat lagi. Nasi sudah menjadi bubur.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Pada hari itu, orang-orang yang zalim akan menggigit jari mereka dengan penuh penyesalan karena telah melalaikan kewajiban-kewajibannya selama hidup di dunia. Dengan sombong, mereka telah berpaling dari kebenaran yang dibawa oleh utusan Allah kepada mereka. Mereka menangis tersedu-sedu menyesali diri seandainya dulu ketika hidup di dunia mereka mengikuti ajakan Rasulullah kepada jalan yang lurus yang membawa keselamatan dunia dan akhirat. Mereka berkata dengan penuh penyesalan, "Seandainya aku di dunia dulu mengikuti Muhammad, bersama-sama beliau menuju jalan yang benar. Andaikan aku dulu dapat menahan kesombongan sehingga dengan tulus ikhlas memeluk agama Islam, niscaya aku tidak merasakan kesulitan ini." Hanya sayang penyesalan itu tidak berguna lagi.
Mereka menyesal karena keliru mencari kawan. Ini kecelakaan dan kebinasaan yang besar. "Seandainya aku dulu tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku, tentu dia tidak dapat menjerumuskan aku ke dalam kesesatan." Memang yang menjerumuskan manusia ke dalam kecelakaan dan kesesatan itu ada kalanya setan sendiri atau setan yang berbentuk manusia, seperti seorang musyrik Arab yang bernama Ubay bin Khalaf.
Persahabatan 'Uqbah bin Abi Mu'aith dengan Ubay bin Khalaf sangat berpengaruh baginya. 'Uqbah bin Abi Mu'aith sering menghadiri pengajian Nabi Muhammad sehingga menjadi kenalan yang baik. Pada suatu hari, ia mengundang Nabi Muhammad untuk makan di rumahnya. Ketika itu, Nabi tidak mau makan kecuali jika 'Uqbah bin Abi Mu'aith mau masuk Islam, lalu 'Uqbah membaca dua kalimat syahadat.
Namun sahabat 'Uqbah bin Abi Mu'aith yang bernama Ubay bin Khalaf tidak senang dan marah kepadanya. 'Uqbah bin Abi Mu'aith lalu mengatakan bahwa ia masuk Islam hanya pura-pura saja. Ubay bin Khalaf menyuruh agar 'Uqbah bin Abi Mu'aith meludahi wajah Nabi Muhammad. Hal itu lalu dilakukannya ketika beliau sedang melaksanakan salat di Dar an-Nadwah, dekat Baitullah. 'Uqbah bin Abi Mu'aith mematuhi apa yang dikehendaki sahabatnya. Demikianlah akibat persahabatan dengan orang yang tidak baik akan membawa akibat yang tidak baik pula.
Nabi Muhammad memberi pedoman agar selalu mencari sahabat atau teman akrab yang baik. Sabda beliau:
Seseorang akan mengikuti perilaku temannya, maka perhatikanlah siapa temanmu. (Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari Abu Hurairah)

Dan sabda Rasulullah saw:
Perumpamaan teman duduk yang baik dan yang jahat ialah seperti pembawa minyak kasturi dan pandai besi. Pembawa minyak kasturi itu adakalanya kamu menerima atau membeli minyak daripadanya. Dan paling sedikit kamu mendapatkan bau harum daripadanya. Adapun pandai besi kadang-kadang ia membakar pakaianmu (karena semburan apinya) atau kamu menjumpai bau yang tidak sedap." (Riwayat asy-Syaikhan dari Abu Musa al-Asy'ari).

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim) orang musyrik, yaitu Uqbah bin Mu'ith yang pernah membaca dua kalimat syahadat, kemudian ia menjadi murtad demi mengambil hati Ubay bin Khalaf (menggigit dua tangannya) karena menyesal dan kecewa, di hari kiamat (seraya berkata, "Aduhai!) huruf Ya menunjukkan makna penyesalan (Kiranya dahulu aku mengambil bersama Rasul) yakni Nabi Muhammad (jalan) petunjuk.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Adapun firman Allah Swt.:

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya. (Al Furqaan:27), hingga akhir ayat.

Allah Swt. menceritakan tentang penyesalan orang yang zalim, yaitu orang yang menyimpang dari hidayah Rasulullah Saw. dan tidak mempercayai kebenaran yang disampaikan olehnya dari sisi Allah, yang tiada keraguan di dalamnya. Lalu ia menempuh jalan lain, bukan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Saw. Maka pada hari kiamat nanti dia akan menyesal, yaitu di hari yang tiada gunanya lagi penyesalan, lalu ia menggigit kedua tangannya sebagai ekspresi dari kekecewaan dan penyesalannya. Sekalipun latar belakang turunnya ayat ini berkenaan dengan Uqbah ibnu Abu Mu'it atau lainnya dari kalangan orang-orang yang celaka, tetapi maknanya bersifat umum mencakup semua orang yang zalim, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka. (Al Ahzab:66), hingga akhir ayat berikutnya.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Pada hari kiamat, orang yang menzalimi dirinya dengan kekafiran dan melanggar para rasul menggigit kedua tangannya dengan penuh penyesalan. Dengan berangan-angan mereka berkata, "Aduhai kiranya dulu aku mengikuti para rasul sehingga aku menelusuri jalan menuju surga dan menjauhi jalan menuju neraka."

Asbabun Nuzul
Surat Al-Furqan Ayat 27

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari asy-Syubi dan Miqsam, bahwa Ubay bin Khalaf bermaksud hadir dalam suatu pertemuan yang diadakan oleh Nabi saw. akan tetapi ia dilarang keras oleh kawannya yang bernama Uqbah bin Abi Muait. Maka turunlah ayat ini (al-Furqaan: 27-29) yang menggambarkan bahwa kaum zalim akan menyesali diri di akhirat.