Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Mu'minun Ayat 70

Al-Mu'minun Ayat ke-70 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اَمْ يَقُوْلُوْنَ بِهٖ جِنَّةٌ ۗ بَلْ جَاۤءَهُمْ بِالْحَقِّ وَاَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كٰرِهُوْنَ ( المؤمنون : ٧٠)

am
أَمْ
Or
atau
yaqūlūna
يَقُولُونَ
they say
mereka berkata
bihi
بِهِۦ
"In him
padanya
jinnatun
جِنَّةٌۢۚ
(is) madness?"
penyakit gila
bal
بَلْ
Nay
bahkan
jāahum
جَآءَهُم
he brought them
dia datang mereka
bil-ḥaqi
بِٱلْحَقِّ
the truth
dengan kebenaran
wa-aktharuhum
وَأَكْثَرُهُمْ
but most of them
dan kebanyakan mereka
lil'ḥaqqi
لِلْحَقِّ
to the truth
kepada kebenaran
kārihūna
كَٰرِهُونَ
(are) averse
mereka benci

Transliterasi Latin:

Am yaqụlụna bihī jinnah, bal jā`ahum bil-ḥaqqi wa akṡaruhum lil-ḥaqqi kārihụn (QS. 23:70)

English Sahih:

Or do they say, "In him is madness"? Rather, he brought them the truth, but most of them, to the truth, are averse. (QS. [23]Al-Mu'minun verse 70)

Arti / Terjemahan:

Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila". Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu. (QS. Al-Mu'minun ayat 70)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Maka keberpalingan dan perlakukan para pendurhaka itu kepada ayat-ayat Kami sungguh keterlaluan. Tidakkah mereka menggunakan akalnya sehingga dapat menghayati firman Kami, ataukah mereka mendustakan rasul dengan alasan telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka terdahulu, yaitu risalah kenabian yang tidak dikenal oleh leluhur mereka? Jelas bukan itu alasannya! Risalah Nabi Muhamamd sama dengan risalah nabi-nabi terdahulu (Lihat juga: Surah al-Anbiyà’/21: 25). Ataukah mereka ingkar dengan dalih bahwa mereka tidak mengenal Rasul mereka, yaitu Nabi Muhammad, karena itu mereka mengingkarinya? Ini pun bukanlah alasan yang dapat diterima karena mereka mengenal dengan baik Nabi Muhammad, bahkan mereka mengakui integritasnya dengan menggelarinya “al-Amin”? Atau apakah mereka menolak dakwah Nabi Muhamamd dengan berkata, “Orang itu gila!”? Sungguh, tuduhan itu tidak masuk akal karena mereka tahu pasti Nabi Muhammad adalah orang yang paling lurus akalnya. Sebenarnya, pangkal penolakan adalah karena dia telah datang membawa kebenaran, yaitu Al-Qur’an, kepada mereka, tetapi kebanyakan mereka membenci kebenaran karena bertentangan dengan hawa nafsu dan syahwat mereka. 

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Penjelasan selanjutnya mengatakan bahwa mereka menganggap Muhammad saw sebagai orang gila yang tidak menyadari semua ucapannya. Sebetulnya, mereka tahu benar bahwa Muhammad tidak gila, dan mengakui bahwa dia adalah seorang yang paling cerdas di antara mereka, seorang cendekiawan yang bijaksana. Mereka sendiri pernah mengangkatnya sebagai hakim yang memutuskan perkara di antara mereka, ketika berselisih tentang siapa yang akan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula setelah bangunan Kabah dirombak dan diperbaiki.
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Muhammad adalah pembawa kebenaran dari Tuhannya, bukan seperti yang mereka tuduhkan. Dia mengajak mereka supaya meninggalkan berbagai sembahan dan berhala serta kembali kepada agama tauhid yang murni, agama nenek moyang mereka Nabi Ibrahim. Dia adalah pembawa agama yang mempunyai syariat dan peraturan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Tetapi kebanyakan mereka benci kepada kebenaran yang dia serukan, karena hati mereka telah tertutup oleh syirik, dosa, dan kedurhakaan. Oleh sebab itu, mereka berpaling dari jalan yang benar, selalu menempuh jalan yang sesat, dan tak dapat lagi memahami kebenaran, bahkan mereka membencinya. Memang ada di antara mereka yang sadar dan insaf, mengakui dalam hatinya bahwa agama yang dibawa Muhammad itu adalah agama yang benar dan baik, tetapi karena takut dicemooh kaumnya yang kafir mereka tidak mau beriman seperti halnya paman Nabi sendiri yaitu Abu Talib. Ia pernah mengatakan, "Kalau tidak karena takut akan dicerca oleh pemimpin-pemimpin kabilah kami, tentulah kami benar-benar telah menjadi pengikutnya dalam segala hal."

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Atau apakah patut mereka berkata, "Padanya ada penyakit gila") Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti Taqrir atau menetapkan perkara yang hak, yaitu membenarkan Nabi dan membenarkan bahwa Rasul-rasul telah datang kepada umat-umat terdahulu, serta mereka mengetahui bahwa Rasul mereka adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya, dan bahwasanya Rasul mereka itu tidak gila. (Sebenarnya) lafal Bal menunjukkan makna Intiqal (dia telah membawa kebenaran kepada mereka) yakni Alquran yang di dalamnya terkandung ajaran Tauhid dan hukum-hukum Islam (dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu).

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

Atau (apakah patut) mereka berkata, "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila."

Ayat ini menyitir tentang perkataan kaum musyrik terhadap Nabi Muhammad Saw. bahwa ia membuat-buat Al-Qur'an, yakni membuatnya sendiri, atau ia berpenyakit gila yang menyebabkannya tidak mengetahui apa yang dikatakannya sendiri. Allah menceritakan pula perihal mereka, bahwa hati mereka tidak beriman kepadanya, padahal mereka mengetahui (menyadari) kebatilan dari apa yang mereka katakan terhadap Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu merupakan Kalamullah yang datang kepada mereka dan mereka tidak mampu dan tidak kuat menandinginya. Sesungguhnya Allah telah menantang mereka dan seluruh penduduk bumi untuk mendatangkan hal yang semisal Al-Qur'an jika mereka mampu, dan pasti mereka tidak akan mampu untuk selama-lamanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu.

Dapat diinterpretasikan bahwa kalimat ini merupakan kata keterangan keadaan, yang artinya 'sedangkan kebanyakan mereka tidak menyukai perkara yang hak'. Dapat pula diartikan sebagai kalimat berita atau kalimat baru. Hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui.

Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi pernah bersua dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!" Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya engkau menyeruku kepada suatu perkara yang tidak aku sukai." Maka Nabi Saw. bersabda, "Sekalipun kamu tidak menyukainya."

Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan lelaki lainnya, kemudian beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu", maka temperamen lelaki itu naik dan timbul sikap sombongnya, lalu Nabi Saw. bertanya kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu, jika kamu berada di jalan yang jelek dan banyak rintangannya, lalu kamu bersua dengan seseorang yang kamu kenal dan kamu ketahui nasabnya. Kemudian orang itu mengajakmu ke jalan yang luas lagi mudah ditempuh, apakah kamu mau mengikutinya?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Nabi Saw. bersabda, "Demi Allah yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kamu berada di jalan yang lebih buruk daripada jalan itu seandainya kamu berada padanya. Dan sesungguhnya aku sekarang mengajakmu ke jalan yang lebih mudah dari itu sekiranya kamu mau menurutiku."

Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!". Maka lelaki itu menjadi sombong, kemudian Nabi Saw. bersabda kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu jika kamu mempunyai dua orang pelayan yang salah seorangnya bila berbicara kepadamu, maka ia menepatinya kepadamu, dan jika kamu beri dia amanat, maka dia menunaikannya kepadamu, apakah dia kamu sukai? Ataukah pelayan lainnya yang apabila berbicara kepadamu, ia dusta kepadamu, dan apabila kamu percayai dia, maka ia khianat kepadamu?" Lelaki itu menjawab, "Tidak. Bahkan yang kusukai adalah pelayanku yang apabila berbicara kepadaku, maka ia menepatinya, dan apabila aku beri dia amanat, maka ia menunaikannya kepadaku." Maka Nabi Saw. bersabda, "Demikian pula keadaan kalian di sisi Tuhan Kalian."

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Atau, apakah mereka mengatakan bahwa Muhammad itu gila, padahal dia datang membawa agama yang benar? Tetapi kebanyakan mereka memang tidak menyukai kebenaran karena bertentangan dengan keinginan hawa nafsu mereka sehingga membuat mereka tidak menerima keimanan.