Al-Qur'an Surat Al-Mu'minun Ayat 68
Al-Mu'minun Ayat ke-68 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
اَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ اَمْ جَاۤءَهُمْ مَّا لَمْ يَأْتِ اٰبَاۤءَهُمُ الْاَوَّلِيْنَ ۖ ( المؤمنون : ٦٨)
- afalam
- أَفَلَمْ
- Then, do not
- apakah maka tidak
- yaddabbarū
- يَدَّبَّرُوا۟
- they ponder
- mereka memperhatikan
- l-qawla
- ٱلْقَوْلَ
- the Word
- perkataan
- am
- أَمْ
- or
- atau
- jāahum
- جَآءَهُم
- has come to them
- telah datang mereka
- mā
- مَّا
- what
- apa
- lam
- لَمْ
- not
- yang tidak
- yati
- يَأْتِ
- (had) come
- datang
- ābāahumu
- ءَابَآءَهُمُ
- (to) their forefathers?
- bapak-bapak mereka
- l-awalīna
- ٱلْأَوَّلِينَ
- (to) their forefathers?
- orang-orang dahulu
Transliterasi Latin:
A fa lam yaddabbarul-qaula am jā`ahum mā lam ya`ti ābā`ahumul-awwalīn(QS. 23:68)
English Sahih:
Then have they not reflected over the word [i.e., the Quran], or has there come to them that which had not come to their forefathers? (QS. [23]Al-Mu'minun verse 68)
Arti / Terjemahan:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu? (QS. Al-Mu'minun ayat 68)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Maka keberpalingan dan perlakukan para pendurhaka itu kepada ayat-ayat Kami sungguh keterlaluan. Tidakkah mereka menggunakan akalnya sehingga dapat menghayati firman Kami, ataukah mereka mendustakan rasul dengan alasan telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka terdahulu, yaitu risalah kenabian yang tidak dikenal oleh leluhur mereka? Jelas bukan itu alasannya! Risalah Nabi Muhamamd sama dengan risalah nabi-nabi terdahulu (Lihat juga: Surah al-Anbiyà’/21: 25). Ataukah mereka ingkar dengan dalih bahwa mereka tidak mengenal Rasul mereka, yaitu Nabi Muhammad, karena itu mereka mengingkarinya? Ini pun bukanlah alasan yang dapat diterima karena mereka mengenal dengan baik Nabi Muhammad, bahkan mereka mengakui integritasnya dengan menggelarinya “al-Amin”? Atau apakah mereka menolak dakwah Nabi Muhamamd dengan berkata, “Orang itu gila!”? Sungguh, tuduhan itu tidak masuk akal karena mereka tahu pasti Nabi Muhammad adalah orang yang paling lurus akalnya. Sebenarnya, pangkal penolakan adalah karena dia telah datang membawa kebenaran, yaitu Al-Qur’an, kepada mereka, tetapi kebanyakan mereka membenci kebenaran karena bertentangan dengan hawa nafsu dan syahwat mereka.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Pada ayat ini Allah mencerca perbuatan dan ucapan mereka yang tak sopan dan tak masuk akal itu. Apakah mereka tidak memperhatikan ayat-ayat Al-Qur'an bagaimana indah dan tinggi susunan kata-katanya, padahal mereka mempunyai kesempatan yang luas untuk memperhatikannya. Tidak terdapat di dalam Al-Qur'an itu kelemahan, pertentangan atau sesuatu yang mengurangi nilai sastranya atau merendahkan pengertian yang terdapat di dalamnya. Bahkan Al-Qur'an berisi dalil-dalil dan hujjah-hujjah yang nyata yang tidak dapat dibantah, baik yang terkait dengan dasar-dasar akhlak yang mulia, maupun dengan syariat dan peraturan yang dapat membawa mereka ke derajat yang paling tinggi bila mereka mau mengamalkan dan mematuhinya. Ataukah mereka menganggap kedatangan Muhammad sebagai rasul suatu hal yang mustahil yang belum pernah terjadi pada umat-umat yang terdahulu, padahal mereka mengetahui adanya rasul-rasul yang terdahulu itu dan bagaimana nasib umat-umat yang mengingkari mereka, bahkan mereka melihat sendiri bekas-bekas kehancuran yang ditinggalkan umat-umat yang durhaka itu.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Maka apakah mereka tidak memperhatikan) asal lafal Yaddabbaruu adalah Yatadabbaruuna, kemudian huruf Ta dimasukkan ke dalam huruf Dal setelah terlebih dahulu diganti menjadi Dal, sehingga jadilah Yaddabbaruuna (perkataan ini) Alquran ini yang menunjukkan kebenaran Nabi saw. (atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?)
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah Swt. ingkar terhadap sikap orang-orang musyrik karena mereka tidak mau memahami Al-Qur'an dan merenunginya, bahkan mereka menentangnya. Padahal Al-Qur'an itu diturunkan dengan bahasa mereka, tiada suatu kitab pun yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya lebih sempurna dan lebih mulia daripada Al-Qur'an. Terlebih lagi para pendahulu (nenek moyang) mereka yang telah mati di masa Jahiliah tidak pernah terjangkau oleh suatu kitab pun dan tidak pernah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan pun. Maka sudah sepantasnyalah mereka menerima nikmat yang dianugerahkan oleh Allah ini, yaitu dengan menerima Al-Qur'an dan mensyukurinya serta memahami dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya sepanjang siang dan malam hari. Seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang cendekiawan dari kalangan mereka yang telah masuk Islam dan mengikuti Rasulullah Saw. serta beliau merasa rela kepada mereka.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami).
Kalau begitu, demi Allah, mereka pasti menemukan di dalam Al-Qur'an sesuatu yang dapat mengekang mereka dari perbuatan maksiat terhadap Allah, seandainya mereka mau merenungi dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, ternyata mereka hanya mengambil hal-hal yang syubhat sehingga pada akhirnya mereka binasa.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Bodohkah orang-orang yang bersikap menolak itu sehingga tidak mampu mencermati al-Qur'ân untuk mengetahui kebenarannya? Atau, berbedakah ajaran yang dibawa Muhammad kepada mereka dengan ajaran yang dibawa rasul-rasul sebelumnya kepada umatnya masing-masing yang diketahui oleh nenek moyang mereka?