Al-Qur'an Surat Hud Ayat 9
Hud Ayat ke-9 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
وَلَىِٕنْ اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنٰهَا مِنْهُۚ اِنَّهٗ لَيَـُٔوْسٌ كَفُوْرٌ ( هود : ٩)
- wala-in
- وَلَئِنْ
- And if
- dan jika
- adhaqnā
- أَذَقْنَا
- We give man a taste
- Kami rasakan
- l-insāna
- ٱلْإِنسَٰنَ
- We give man a taste
- manusia
- minnā
- مِنَّا
- (of) Mercy from Us
- dari Kami
- raḥmatan
- رَحْمَةً
- (of) Mercy from Us
- rahmat
- thumma
- ثُمَّ
- then
- kemudian
- nazaʿnāhā
- نَزَعْنَٰهَا
- We withdraw it
- Kami cabutnya
- min'hu
- مِنْهُ
- from him
- daripadanya
- innahu
- إِنَّهُۥ
- indeed, he
- sesungguhnya dia
- layaūsun
- لَيَـُٔوسٌ
- (is) despairing
- menjadi putus asa
- kafūrun
- كَفُورٌ
- (and) ungrateful
- ingkar
Transliterasi Latin:
Wa la`in ażaqnal-insāna minnā raḥmatan ṡumma naza'nāhā min-h, innahụ laya`ụsung kafụr(QS. 11:9)
English Sahih:
And if We give man a taste of mercy from Us and then We withdraw it from him, indeed, he is despairing and ungrateful. (QS. [11]Hud verse 9)
Arti / Terjemahan:
Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. (QS. Hud ayat 9)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Setelah pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang penciptaan langit dan bumi serta apa-apa yang ada pada keduanya, untuk menguji manusia, apakah mensyukuri nikmat Allah atau mengingkarinya, maka pada ayat ini Allah menerangkan tentang tabiat manusia pada umumnya. Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia berupa kesehatan, harta kekayaan, kedudukan, keturunan, dan rasa aman, kemudian rahmat itu Kami cabut kembali, maka pastilah dia menjadi putus asa. Mereka hanya memperlihatkan keingkaran dan tidak berterima kasih serta tidak pula menghargai nikmat-nikmat yang masih ada pada dirinya.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Allah menjelaskan jika Allah memberikan kepada manusia suatu macam nikmat, sebagai karunia-Nya seperti kemurahan rezeki, keuntungan dalam perdagangan, kesehatan badan, keamanan dalam negeri, dan anak-anak yang saleh, kemudian Allah mencabut nikmat-nikmat itu, maka manusia segera berubah tabiatnya menjadi orang yang putus asa. Mereka hanya memperlihatkan keingkaran dan tidak lagi menghargai nikmat-nikmat yang masih ada padanya. Di samping putus asa akan hilangnya nikmat itu, mereka juga ingkar kepada nikmat-nikmat yang masih ada padanya. Hal itu disebabkan karena ia tidak memiliki dua sifat yang utama yaitu kesabaran dan kesyukuran.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Dan jika Kami rasakan kepada manusia) yang kafir (suatu rahmat dari Kami) yaitu berupa kekayaan dan kesehatan (kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya pastilah dia menjadi putus asa) merasa putus asa dari rahmat Allah (lagi tidak berterima kasih) sangat mengingkari-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah Swt. menceritakan perihal manusia dan sifat-sifat tercela yang ada pada dirinya, kecuali bagi orang yang dikasihi oleh Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya yang beriman. Bahwa manusia itu apabila mendapat musibah sesudah mendapat nikmat, maka ia akan berputus asa dan merasa terputus dari kebaikan di masa selanjutnya, serta kafir dan ingkar terhadap keadaan yang sebelumnya. Seakan-akan dia tidak pernah mengalami suatu kebaikan pun, dan sesudah itu dia tidak mengharapkan suatu jalan keluar pun.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Sesungguhnya di antara watak manusia adalah bahwa ia selalu dikuasai oleh keadaan yang sedang terjadi pada dirinya. Bilamana mereka Kami berikan sebagian nikmat--karena rahmat Kami--seperti nikmat kesehatan dan keluasan rezeki, kemudian Kami cabut nikmat-nikmat itu sesuai kebijakan Kami, serta merta mereka merasa sangat putus asa untuk mendapatkan nikmat-nikmat itu kembali dan, dalam waktu yang sama, mereka tidak bersyukur atas nikmat-nikmat lain yang masih mereka rasakan.