Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Fajr Ayat 15

Al-Fajr Ayat ke-15 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ ( الفجر : ١٥)

fa-ammā
فَأَمَّا
And as for
maka adapun
l-insānu
ٱلْإِنسَٰنُ
man
manusia
idhā
إِذَا
when
apabila
مَا
does
apa
ib'talāhu
ٱبْتَلَىٰهُ
try him
mengujinya
rabbuhu
رَبُّهُۥ
his Lord
Tuhannya
fa-akramahu
فَأَكْرَمَهُۥ
and is generous to him
lalu Dia memuliakannya
wanaʿʿamahu
وَنَعَّمَهُۥ
and favors him
dan Dia memberikan nikmat padanya
fayaqūlu
فَيَقُولُ
he says
maka ia akan berkata
rabbī
رَبِّىٓ
"My Lord
Tuhanku
akramani
أَكْرَمَنِ
has honored me"
Dia telah memuliakanku

Transliterasi Latin:

Fa ammal-insānu iżā mabtalāhu rabbuhụ fa akramahụ wa na''amahụ fa yaqụlu rabbī akraman (QS. 89:15)

English Sahih:

And as for man, when his Lord tries him and [thus] is generous to him and favors him, he says, "My Lord has honored me." (QS. [89]Al-Fajr verse 15)

Arti / Terjemahan:

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". (QS. Al-Fajr ayat 15)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Ayat ini menjelaskan sifat dasar manusia kafir ketika mendapat kebahagiaan dan kesusahan, yakni bergembira berlebihan saat mendapat kenikmatan dan putus asa ketika tertimpa kesulitan. Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu dia memuliakannya dan memberinya kesenangan serta kenikmatan, baik lahir maupun batin, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Mereka menilai kenikmatan yang diterimanya adalah berkat kemuliaan nya di sisi Allah. Mereka lupa bahwa nikmat itu pada dasarnya salah satu bentuk ujian Allah kepada manusia.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Ayat ini menyatakan bahwa Allah menguji manusia dengan kemuliaan dan berbagai nikmat-Nya, seperti kekuasaan dan kekayaan. Orang yang kafir dan durhaka akan memandang hal itu sebagai tanda bahwa Allah menyayangi mereka.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Adapun manusia) yakni orang kafir (apabila dia diuji) dikenakan ujian (oleh Rabbnya lalu dimuliakan-Nya) dengan harta benda dan lain-lainnya (dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Rabbku telah memuliakanku.")

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. berfirman, mengingkari sifat manusia yang apabila Allah meluaskan baginya dalam hal rezeki untuk mengujinya melalui rezeki itu, maka ia menganggap bahwa hal itu merupakan kemuliaan dari Allah Swt. untuk dirinya. Padahal kenyataanya tidaklah demikian, bahkan sebenarnya hal itu merupakan ujian dan cobaan, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu’minun: 55-56)

Demikian pula sebaliknya Allah menguji dan mencobanya dengan kesempitan rezeki, dia mengira bahwa hal itu merupakan penghinaan dari Allah Swt. kepadanya. Maka disanggah oleh firman-Nya:

Sekali-kali tidak (demikian). (Al-Fajr: 17)

Yakni sebenarnya tidaklah seperti yang diduganya baik dalam keadaan mendapat kesukaan maupun dalam keadaan mendapat kedukaan;karena sesungguhnya Allah memberi harta kepada siapa yang disukai-Nya dan juga kepada orang yang tidak disukai-Nya, dan Dia menyempitkan rezeki terhadap orang yang disukai-Nya dan juga terhadap orang yang tidak disukai-Nya. Dan sesungguhnya pokok pangkal permasalahan dalam hal ini bergantung kepada ketaatan yang bersangkutan kepada Allah Swt. dalam dua keadaan tersebut. Apabila ia diberi kekayaan, hendaknya ia bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya itu; dan apabila mendapat kemiskinan, hendaknya ia bersabar dan tetap menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.

Firman Allah Swt.:

Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. (Al-Fajr: 17)

Di dalam ayat ini terkandung makna perintah untuk memuliakan anak yatim, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnul Mubarak, dari Sa'id ibnu Ayyub, dari Yahya ibnu Sulaiman, dari Yazid ibnu Abu Gayyas., dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:

Sebaik-baik rumah dikalangan kaum muslim adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik, dan seburuk-buruk rumah di kalangan kaum muslim adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang di perlakukan dengan buruk. Kemudian Nabi Saw. berisyarat dengan kedua jari tangannya, lalu bersabda: Aku dan orang yang menjamin anak yatim berada di dalam surga seperti ini.

Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnus Sabah ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada Kami Abdul Aziz (yakni Ibnu Abu Hazim), telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Sahl (yakni Ibnu Sa'id) bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku dan orang yang menjamin anak yatim seperti kedua jari ini di dalam surga. Yakni berdekatan, seraya mengisyaratkan kedua jarinya, yaitu telunjuk dan jari tengahnya.

dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. (Al-Fajr:18)

Yaitu tidak memerintahkan orang lain untuk memberi santunan kepada orang-orang fakir dan miskin dan sebagian dari mereka tidak menganjurkan hal ini kepada sebagian yang lainnya.

dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur-adukan (yang halal dan yang haram). (Al-Fajr: 19).

Yang dimaksud dengan turas ialah harta warisan, yakni memakannya tanpa mempedulikan dari arah mana dihasilkannya, baik dari cara halal maupun cara haram.

dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Al-Fajr: 20)

Yakni kecintaan yang banyak; sebagian ulama mengartikannya kecintaan yang berlebihan.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Manusia, jika diuji oleh Tuhan dengan memperoleh kemuliaan, berbagai kenikmatan seperti harta, kehormatan dan kekuatan, ia akan berkata dengan sombong, "Tuhanku telah memuliakanku, karena aku memang berhak untuk itu."