Al-Qur'an Surat An-Nazi'at Ayat 16
An-Nazi'at Ayat ke-16 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
اِذْ نَادٰىهُ رَبُّهٗ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًىۚ ( النّٰزعٰت : ١٦)
- idh
- إِذْ
- When
- tatkala
- nādāhu
- نَادَىٰهُ
- called him
- memanggilnya
- rabbuhu
- رَبُّهُۥ
- his Lord
- Tuhannya
- bil-wādi
- بِٱلْوَادِ
- in the valley
- di lembah
- l-muqadasi
- ٱلْمُقَدَّسِ
- the sacred
- suci
- ṭuwan
- طُوًى
- (of) Tuwa
- Tuwa
Transliterasi Latin:
Iż nādāhu rabbuhụ bil-wādil-muqaddasi ṭuwā(QS. 79:16)
English Sahih:
When his Lord called to him in the sacred valley of Tuwa, (QS. [79]An-Nazi'at verse 16)
Arti / Terjemahan:
Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa; (QS. An-Nazi'at ayat 16)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Ingatlah kisah ketika Tuhan memanggilnya di lembah suci, yaitu Lembah Tuwa;
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Dalam ayat ini, Allah mengingatkan Nabi Muhammad tentang kisah Musa dalam bentuk pertanyaan, yaitu apakah belum diketahui olehnya tentang kisah Musa yang diutus Allah kepada Fir'aun untuk menyampaikan risalahnya dengan cara yang halus dan lemah lembut seperti tercantum dalam firman Allah:
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. (thaha/20: 44)
Kisah Nabi Musa terutama tatkala Tuhan memanggil Musa di lembah suci yaitu di Lembah thuwa di dekat Gunung Sinai. Pada saat itu, Nabi Musa bermunajat kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Tatkala Rabbnya memanggilnya di lembah suci ialah lembah Thuwa) dapat dibaca dengan memakai Tanwin, yaitu Thuwan, dapat pula dibaca tanpa Tanwin, yaitu Thuwa, artinya nama sebuah lembah. Lalu Rabb berkata kepadanya:
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah Swt. menceritakan kepada Rasul-Nya—Nabi Muhammad Saw.— tentang hamba dan rasul-Nya Musa a.s. Bahwa Dia telah mengutusnya kepada Fir'aun dan Allah mengukuhkannya dengan mukjizat-mukjizat. Tetapi Fir'aun dengan adanya semua bukti itu tetap pada kekafiran dan tindakan sewenang-wenangnya, hingga Allah mengazabnya dengan azab dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Demikian pula akibat yang akan dialami oleh orang-orang yang menentangmu dan mendustakan apa yang engkau sampaikan. Karena itu, maka di akhirat kisah ini disebutkan oleh firman Allah Swt.:
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi'at: 26)
Adapun firman Allah Swt.:
Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) berita Musa. (An-Nazi'at: 15)
Yakni apakah engkau sudah mendengar kisahnya.
Tatkala Tuhannya memanggilnya. (An-Nazi'at: 16)
Yaitu Tuhan berbicara kepadanya dengan melalui seruan.
di lembah suci ialah Lembah Tuwa. (An-Nazi'at: 16)
Tuwa adalah nama lembah menurut pendapat yang sahih, seperti yang telah disebutkan dalam tafsir surat Taha. Lalu Allah Swt. berfirman kepadanya:
Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. (An-Nazi'at: 17)
Yakni bertindak sewenang-wenang, jahat, dan zalim.
Dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)?” (An-Nazi'at: 18)
Maksudnya, katakanlah kepadanya bahwa maukah engkau kuajak untuk menempuh jalan yang akan membawamu untuk dapat menyucikan diri, yakni berserah diri dan taat kepada Allah Swt.
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu. (An-Nazi'at: 19)
Yaitu akan kutunjukkan kepadamu cara menyembah Tuhanmu.
supaya kamu takut kepadanya. (An-Nazi'at: 19)
Yakni kelak hatimu akan menjadi tunduk patuh kepada-Nya dan khusyuk, yang sebelumnya hatimu keras, jahat, dan jauh dari kebaikan.
Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (An-Nazi'at: 20)
Musa menampakkan kepadanya selain dari seruan yang benar ini hujah (bukti) yang kuat dan dalil yang jelas yang membuktikan kebenaran apa yang disampaikannya, bahwa itu adalah dari sisi Allah.
Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. (An-Nazi'at: 21)
Fir'aun mendustakan kebenaran itu dan menentang ketaatan yang diperintahkan kepadanya. Kesimpulannya ialah hati Fir'aun mendustakanya dan batinnya tidak mau menerima apa yang disampaikan oleh Musa, begitu pula lahiriahnya dia tidak mau mengamalkanya. Padahal dia mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh Musa kepadanya adalah perkara yang hak (benar), tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa dia adalah orang yang beriman kepada Musa. Karena pengetahuan itu merupakan pekerjaan hati, sedangkan iman itu adalah pengamalannya, yaitu patuh kepada perkara yang hak dan taat kepadanya.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Bukankah kamu telah menyimak, wahai Muhammad, kisah tentang Mûsâ saat Tuhanmu memanggilnya di sebuah lembah suci, yang bernama Thuwâ?