Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-An'am Ayat 124

Al-An'am Ayat ke-124 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَاِذَا جَاۤءَتْهُمْ اٰيَةٌ قَالُوْا لَنْ نُّؤْمِنَ حَتّٰى نُؤْتٰى مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ رُسُلُ اللّٰهِ ۘ اَللّٰهُ اَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسٰلَتَهٗۗ سَيُصِيْبُ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا صَغَارٌ عِنْدَ اللّٰهِ وَعَذَابٌ شَدِيْدٌۢ بِمَا كَانُوْا يَمْكُرُوْنَ ( الانعام : ١٢٤)

wa-idhā
وَإِذَا
And when
dan apabila
jāathum
جَآءَتْهُمْ
comes to them
datang kepada mereka
āyatun
ءَايَةٌ
a Sign
sesuatu ayat
qālū
قَالُوا۟
they say
mereka berkata
lan
لَن
"Never
tidak
nu'mina
نُّؤْمِنَ
we will believe
kami beriman
ḥattā
حَتَّىٰ
until
sehingga
nu'tā
نُؤْتَىٰ
we are given
kami diberi
mith'la
مِثْلَ
like
seperti
مَآ
what
apa
ūtiya
أُوتِىَ
was given
diberikan
rusulu
رُسُلُ
(to the) Messengers
Rasul-Rasul
l-lahi
ٱللَّهِۘ
(of) Allah"
Allah
l-lahu
ٱللَّهُ
Allah
Allah
aʿlamu
أَعْلَمُ
knows best
lebih mengetahui
ḥaythu
حَيْثُ
where
di mana
yajʿalu
يَجْعَلُ
He places
Dia menjadikan
risālatahu
رِسَالَتَهُۥۗ
His Message
kerasulanNya
sayuṣību
سَيُصِيبُ
Will afflict
akan menimpa
alladhīna
ٱلَّذِينَ
those who
orang-orang yang
ajramū
أَجْرَمُوا۟
committed crimes
(mereka) berdoa
ṣaghārun
صَغَارٌ
a humiliation
kecil/kehinaan
ʿinda
عِندَ
from
disisi
l-lahi
ٱللَّهِ
Allah
Allah
waʿadhābun
وَعَذَابٌ
and a punishment
dan siksa
shadīdun
شَدِيدٌۢ
severe
yang sangat pedih
bimā
بِمَا
for what
dengan apa/disebabkan
kānū
كَانُوا۟
they used to
adalah mereka
yamkurūna
يَمْكُرُونَ
plot
mereka membuat tipu daya

Transliterasi Latin:

Wa iżā jā`at-hum āyatung qālụ lan nu`mina ḥattā nu`tā miṡla mā ụtiya rusulullāh, allāhu a'lamu ḥaiṡu yaj'alu risālatah, sayuṣībullażīna ajramụ ṣagārun 'indallāhi wa 'ażābun syadīdum bimā kānụ yamkurụn (QS. 6:124)

English Sahih:

And when a sign comes to them, they say, "Never will we believe until we are given like that which was given to the messengers of Allah." Allah is most knowing of where [i.e., with whom] He places His message. There will afflict those who committed crimes debasement before Allah and severe punishment for what they used to conspire. (QS. [6]Al-An'am verse 124)

Arti / Terjemahan:

Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah". Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. (QS. Al-An'am ayat 124)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Kemudian Allah menjelaskan tentang salah satu bentuk tipuan pemuka Quraisy agar penduduk Mekah tidak mengikuti Rasulullah. Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka yang menjelaskan tentang kebenaran Nabi Muhammad, mereka berkata, "Kami tidak akan percaya, yakni beriman, sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah," yaitu wahyu yang dengan itu mereka menjadi nabi, sehingga menjadi orang yang diikuti, bukan yang mengikuti. Mereka dengki kepada kenabian Nabi Muhammad. Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Penunjukan seseorang menjadi nabi adalah hak Allah semata sebagai anugerah dari-Nya terhadap orang tersebut, bukan sesuatu yang diminta, bukan karena keturunan, kecerdasan, dan banyaknya harta. Kemudian Allah menjelaskan tentang nasib mereka yang berdosa, seperti pemuka Quraisy. Orang-orang yang berdosa nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan. Mereka menghalangi masyarakat untuk beriman kepada Nabi Muhammad.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij dan Abu Syaibah bahwa ayat ini diturunkan karena ada seorang pembesar Mekah bernama Walid bin Mugirah yang berkata, "Demi Allah, seandainya kenabian Muhammad itu benar, tentulah aku lebih berhak untuk diangkat sebagai nabi dari pada Muhammad, sebab aku lebih banyak mempunyai harta benda dan keturunan."
Apabila turun ayat Al-Qur'an yang menjelaskan kebenaran kenabian Muhammad dan berisi pengetahuan dan petunjuk yang dibawanya dari Allah, mereka berkata, "Kami tidak mau percaya kepada Muhammad, kecuali bila dia membawa mukjizat seperti yang diberikan Allah kepada Nabi Musa yakni tongkatnya yang dapat membelah lautan, atau seperti mukjizat Nabi Isa yang dapat menyembuhkan penyakit sopak dan menghidupkan orang mati."
Tuntutan mereka yang lebih besar lagi disebutkan dalam firman Allah:
"Dan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) berkata, "Mengapa bukan para malaikat yang diturunkan kepada kita atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sungguh, mereka telah menyombongkan diri mereka dan benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan kezaliman)." (al-Furqan/25: 21)
Pada dasarnya mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad, kecuali bila Nabi diberikan hal-hal yang serupa sebagaimana diberikan kepada rasul-rasul sebelumnya. Allah membantah tuntutan mereka dan menyatakan bahwa hanya Allah yang mutlak mengetahui kepada siapa Dia menempatkan tugas kerasulan. Tuntutan mereka seperti itu dijelaskan pula oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:
"Dan mereka (juga) berkata, "Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu dua negeri ini (Mekah dan Taif)?" Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia." (az-Zukhruf/43: 31-32)

Tuntutan-tuntutan seperti itu dikemukakan mereka kepada Nabi Muhammad yang dikaitkan dengan kehidupan duniawi karena terdorong oleh kedengkian dan kesombongan mereka dan dimaksudkan untuk membantah posisi Nabi sebagai Rasulullah.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah:
"Dan apabila orang-orang kafir itu melihat engkau (Muhammad), mereka hanya memperlakukan engkau menjadi bahan ejekan. (Mereka mengatakan), "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?" Padahal mereka orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pengasih." (al-Anbiya'/21: 36)

Pemuka-pemuka Quraisy yang menghina Nabi Muhammad, sesungguhnya dalam hati kecil mereka mengakui kemuliaan keturunan, kejujuran dan keagungan akhlak Nabi, sehingga mereka memberikan julukan kepada Nabi dengan sebutan Al-Amin (orang yang tepercaya). Mereka mengakui Nabi Muhammad layak untuk dijadikan utusan Allah. Tidak ada sebab lain yang menghalang-halangi mereka dari keimanan kecuali karena kedengkian, kesombongan, dan taklid buta kepada keyakinan nenek moyang.
Posisi kerasulan semata-mata karunia Allah yang dianugerahkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Posisi kenabian tidak mungkin dicapai dengan jalan usaha atau dengan meningkatkan taraf pendidikan dan tidak pula dicapai melalui nasab atau keturunan. Posisi tersebut hanya diberikan Allah kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Kemudian Allah mengancam pemuka-pemuka Quraisy yang sombong bahwa mereka akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang pedih karena perbuatan mereka yang jahat dan tipu daya mereka terhadap Nabi Muhammad dan kaum Muslimin, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:
"Maka Allah menimpakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sungguh, azab akhirat lebih besar, kalau (saja) mereka mengetahui." (az-Zumar/39: 26)
Azab dari Allah ditimpakan kepada mereka yang durhaka, disebabkan dosa-dosa dan pelanggaran mereka. Sayang sekali, bahwa azab itu dipandang oleh sebagian manusia hanya sebagai bencana alam dan tidak menimbulkan kesadaran dalam hati mereka, sebagai azab Tuhan ada di antara mereka yang mati terbunuh pada waktu perang Badar dan ada pula yang mengalami nasib hina dalam kehidupan.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan apabila datang kepada mereka) kepada penduduk Mekah (satu ayat) yang membenarkan Nabi saw. (mereka berkata, "Kami tidak akan beriman) kepadanya (sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.") berupa risalah dan wahyu kepada kami sebab kami adalah yang terbanyak hartanya dan yang paling tua umurnya lalu Allah swt. berfirman: (Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya) dengan dibaca jamak dan tunggal dan Lafal haitsu menjadi maf`ul bihi dari fi`il yang ditunjuk oleh Lafal a`lamu. Artinya Allah mengetahui tempat yang layak untuk meletakkan risalah-Nya lalu Ia meletakkannya. Sedangkan mereka itu bukanlah orang-orang yang pantas untuk mengemban tugas risalah ini (orang-orang yang berdosa nanti akan ditimpa) sebab perkataan mereka itu (suatu kehinaan) yakni menjadi rendah (di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka lalu membuat tipu daya) oleh tipu daya mereka sendiri.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

Apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.

Maksudnya, apabila datang kepada mereka suatu ayat, bukti, dan hujan yang pasti, maka mereka mengatakan:

Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.

Yaitu sehingga datang kepada kami para malaikat dari Allah membawa risalah, sebagaimana para malaikat itu datang kepada rasul-rasul. Makna ayat ini senada dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami, "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” (Al Furqaan:21)

Firman Allah Swt.:

Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan

Artinya, Dia lebih mengetahui peletakan risalah yang tepat dan orang yang layak mengembannya dari kalangan makhluk-Nya. Perihalnya sama dengan makna yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

Dan mereka berkata.”Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri ini. Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu. (Az Zukhruf:31-32), hingga akhir ayat.

Mereka bermaksud bahwa mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang lelaki pembesar, dihormati, dan berpengaruh di mata mereka. Yang dimaksud dengan istilah qaryataini atau dua negeri dalam ayat ini ialah Mekah dan Taif. Demikian itu karena mereka —semoga Allah melaknat mereka— menghina Rasulullah Saw. akibat rasa dengki dan permusuhan mereka kepadanya serta keingkaran dan kesombongan mereka terhadapnya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang ditujukan kepada Nabi Saw., yaitu:

Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, niscaya mereka tidak lain hanyalah membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan), "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan kalian?" Padahal mereka adalah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah. (Al Anbiyaa:36)

Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul?" (Al Furqaan:41)

Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka. (Al An'am:10)

Sekalipun demikian, pada kenyataannya mereka mengakui keutamaan yang dimiliki oleh Rasulullah Saw., kedudukannya yang terhormat, dan nasabnya yang baik, juga kesucian ahli bait-nya. serta tempat beliau dididik dan dibesarkan. Semoga Allah melimpahkan salawat kepadanya, semoga pula para malaikat dan orang-orang yang mukmin membacakan salawat untuknya. Sehingga mereka menjulukinya di kalangan sesama mereka—sebelum beliau Saw. menerima wahyu—dengan sebutan yang terhormat, yaitu Al-Amin.

Kenyataan ini diakui oleh pemimpin orang-orang kafir (yaitu Abu Sufyan) ketika ditanya oleh Kaisar Heraklius, Raja Romawi, "Bagai­manakah nasabnya di kalangan kalian?" Abu Sufyan menjawab, "Dia di kalangan kami adalah orang yang bernasab terhormat." Heraklius bertanya, "Apakah kalian pernah menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengatakan apa yang dikatakannya itu?" Abu Sufyan menjawab, 'Tidak pernah." Hadisnya cukup panjang, dan tersimpulkan darinya bahwa Kaisar Romawi berdasarkan berita tersebut mengakui kesucian sifat-sifat Nabi Saw. yang menunjukkan kebenaran dari kenabiannya dan kebenaran dari apa yang disampaikannya.

Imam Ahmad berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mus'ab, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Syaddad Abu Ammar, dari Wasilah ibnul Asqa' r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah memilih dari kalangan anak Ibrahim yaitu Nabi Ismail, dan Dia telah memilih dari keturunan Ismail Bani Kinanah, dan memilih dari Bani Kinanah Kabilah Quraisy, dan memilih dari Kabilah Quraisy Bani Hasyim, dan Dia memilihku dari kalangan Bani Hasyim.

Imam Muslim mengetengahkan secara munfarid melalui hadis Al-Auza'i, yaitu Abdur Rahman ibnu Amr (imam penduduk Syam) dengan lafaz yang semisal.

Di dalam Sahih Bukhari disebutkan melalui Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Aku dibangkitkan melalui generasi-generasi yang terbaik dari keturunan Bani Adam, satu generasi demi satu generasi, sehingga aku dibangkitkan melalui generasi yang aku berada di dalamnya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, dari Sufyan, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, dari Al-Muttalib ibnu Abu Wada'ah yang mengatakan bahwa Al-Abbas telah menceritakan bahwa pernah sampai kepada Rasulullah Saw. sebagian dari apa yang dikatakan oleh orang-orang mengenai dirinya. Maka Rasulullah Saw. naik ke atas mimbar dan bersabda (kepada mereka), "Siapakah aku ini?" Mereka menjawab, "Engkau adalah utusan Allah." "Nabi Saw. bersabda: Aku adalah Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Muttalib, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-(Nya) dan menjadikan diriku di dalam sebaik-baik makhluk-Nya. Dan Allah menjadikan mereka dua golongan, maka Dia menjadikan diriku di dalam golongan yang terbaik. Dia menciptakan kabilah-kabilah, maka Dia menjadikan diriku di dalam kabilah yang terbaik Dan Dia menjadikan mereka terbagi-bagi dalam banyak ahli bait, maka Dia menjadikan diriku di dalam sebaik-baik ahli bait mereka. Maka saya memiliki ahli bait dan diri yang paling baik di antara kalian.

Masih dalam seputar hadis ini, diriwayatkan dari Siti Aisyah r.a., ia telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Jibril pernah berkata kepadaku, "Saya pernah mengelilingi bumi ini arah timur dan arah baratnya, maka saya tidak menjumpai seorang lelaki pun yang lebih utama daripada Muhammad. Dan saya pernah mengelilingi bumi ini arah timur dan arah baratnya, maka saya tidak menjumpai suatu puakpun dari suatu kabilah yang lebih utama daripada Bani Hasyim.

Hadis riwayat Imam Hakim dan Imam Baihaqi.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Asim, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah pernah memandang kepada semua kalbu hamba-hamba-Nya. Dia menjumpai kalbu Muhammad Saw. adalah sebaik-baik kalbu hamba-hamba-Nya. Karena itu, Dia memilihnya sebagai kekasih-Nya dan mengutusnya sebagai Rasul-Nya. Kemudian Allah memandang kepada semua kalbu hamba-hamba-Nya sesudah kalbu Muhammad Saw. Maka Dia menjumpai kalbu sahabat-sahabatnya adalah sebaik-baik kalbu hamba-hamba-Nya, lalu Dia menjadikan mereka sebagai pembantu-pembantu Nabi-Nya, mereka berperang membela agama-Nya. Karena itu, apa yang dipandang oleh orang-orang muslim baik, maka hal itu baik pula menurut Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh orang-orang muslim, maka hal itu buruk pula menurut Allah.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuja' ibnul Walid, bahwa Qabus ibnu Abu Zabyan telah menceritakan dari ayahnya, dari Salman yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: "Hai Salman, janganlah engkau membenciku, karena akibatnya engkau akan meninggalkan agamamu.” Saya (Salman) bertanya, "Wahai Rasulullah, mana mungkin saya benci kepadamu, padahal dengan melaluimulah Allah memberi kami petunjuk?" Rasulullah Saw. bersabda, "Bila engkau membenci Arab, berarti engkau membenciku."

Ibnu Abu Hatim menuturkan sehubungan dengan tafsir ayat ini suatu riwayat dari Muhammad ibnu Mansur Al-Jawaz, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Husain yang menceritakan bahwa seorang lelaki melihat Ibnu Abbas yang sedang masuk ke dalam masjid melalui pintu besarnya. Ketika Ibnu Abbas memandang kepada lelaki itu, maka lelaki itu takut kepadanya, dan bertanya, "Siapakah orang ini?" Mereka (yang hadir) menjawab, "Ibnu Abbas, anak paman Rasulullah Saw." Lalu lelaki itu membacakan firman-Nya: Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. (Al An'am:124)

Firman Allah Swt.:

Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras. . hingga akhir ayat.

Makna ayat ini mengandung ancaman yang keras dari Allah dan peringatan yang kuat, ditujukan kepada orang-orang yang sombong, tidak mau mengikuti rasul-rasul-Nya dan tidak mau taat kepada para rasul dalam semua apa yang didatangkan oleh para rasul kepada mereka. Maka orang-orang tersebut kelak di hari kiamat pasti akan tertimpa kehinaan di hadapan Allah selama-lamanya, sebagai pembalasan terhadap perbuatan sombong mereka ketika di dunia. Perbuatan mereka yang demikian itu menjerumuskan diri mereka ke dalam kehinaan di hari kiamat kelak. Makna ayat ini senada dengan apa yang disebutkan dalam firman lainnya, yaitu:

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu’min: 60)

dalam keadaan kecil, hina dina. dan terlecehkan.

Firman Allah Swt.:

...dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.

Mengingat tipu muslihat itu kebanyakan hanya dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi (yakni dengan cara yang halus dalam melancarkan tipu daya dan tidak kelihatan), maka para pelakunya akan mendapat siksa yang keras dari Allah di hari kiamat kelak sebagai pembalasan yang setimpal:

Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al Kahfi:49)

Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

Pada hari ditampakkan segala rahasia. (At-Tariq: 9)

Yakni segala sesuatu yang rahasia, yang tersembunyi, dan yang ada di dalam hati ditampakkan. Di dalam kitab Sahihain disebutkan oleh sebuah hadis dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

Ditegakkan bagi setiap perbuatan khianat sebuah panji di medan terbuka kelak di hari kiamat, lalu dikatakan bahwa panji ini adalah pengkhianatan si Fulan bin Fulan.

Hikmah yang terkandung di dalam hadis ini ialah bahwa mengingat perbuatan tipu muslihat (pengkhianatan) itu tersembunyi, tidak ada seorang manusia pun yang melihatnya, maka di hari kiamat kelak akan menjadi panji yang berkibar menandakan pelakunya.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Para pembesar pelaku kejahatan itu merasa iri terhadap orang lain yang diberikan ilmu, kenabian dan petunjuk oleh Allah. Maka ketika datang bukti yang kuat kepada mereka, mereka tidak mau tunduk. Mereka malah berkata, "Kami tidak akan percaya kepada kebenaran itu sebelum Allah menurunkan wahyu kepada kami seperti halnya kepada Rasul." Allah sajalah yang memilih siapa saja yang dikehendaki-Nya untuk membawa pesan-pesan-Nya. Orang-orang yang membangkang, kalau menginginkan kepemimpinan dengan sikap angkuh itu, akan mendapatkan kehinaan dan kerendahan di dunia. Dan di akhirat mereka akan merasakan siksa yang kejam akibat siasat makar yang buruk itu.