Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Waqi'ah Ayat 75

Al-Waqi'ah Ayat ke-75 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ ( الواقعة : ٧٥)

falā
فَلَآ
But nay
maka tidak
uq'simu
أُقْسِمُ
I swear
aku bersumpah
bimawāqiʿi
بِمَوَٰقِعِ
by setting
dengan tempat turun
l-nujūmi
ٱلنُّجُومِ
(of) the stars
bintang-bintang

Transliterasi Latin:

Fa lā uqsimu bimawāqi'in-nujụm (QS. 56:75)

English Sahih:

Then I swear by the setting of the stars, (QS. [56]Al-Waqi'ah verse 75)

Arti / Terjemahan:

Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran. (QS. Al-Waqi'ah ayat 75)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

75-76. Usai menjelaskan tanda-tanda kekuasan-Nya, Allah beralih menguraikan kemuliaan Al-Qur’an. Kemudian Aku bersumpah dengan salah satu tanda kekuasaan-Ku, yaitu tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya, bila manusia mau memikirkan betapa teraturnya bintang-bintang yang beredar pada posisinya itu, mereka akan tahu bahwa sumpah ini benar-benar sumpah yang besar, kalau kamu mengetahui.”75-76. Usai menjelaskan tanda-tanda kekuasan-Nya, Allah beralih menguraikan kemuliaan Al-Qur’an. Kemudian Aku bersumpah dengan salah satu tanda kekuasaan-Ku, yaitu tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya, bila manusia mau memikirkan betapa teraturnya bintang-bintang yang beredar pada posisinya itu, mereka akan tahu bahwa sumpah ini benar-benar sumpah yang besar, kalau kamu mengetahui.”

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Sebagian ahli tafsir menjelaskan ayat ini, bahwa Allah bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Qur'an guna menunjukkan betapa pentingnya hal tersebut. Al-Qur'an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfudz ke langit paling dekat pada malam Lailatul Qadar (malam yang sangat mulia). Kemudian, diturunkan lagi secara berangsur-angsur menurut keperluannya dari langit dunia kepada Nabi Muhammad saw hingga selesai seluruhnya dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa turunnya bagian-bagian Al-Qur'an tersebut mengandung arti penting, kebijaksanaan turunnya sebagian-sebagian yaitu tiap surah atau tiap ayat antara lain ialah agar tiap surah atau ayat itu dapat dimengerti secara lebih luas dan lebih mendalam. Allah menegaskan bahwa sumpah dalam bagian-bagian Al-Qur'an tersebut sangat besar artinya karena hal itu mengandung isyarat terhadap agungnya kekuasaan Allah dan kesempurnaan kebijaksanaan-Nya dan keluasan rahmat-Nya dan tidak menyianyiakan hamba-Nya. Dalam ayat 75, Allah bersumpah untuk meyakinkan terhadap hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang menggambarkan kemahakuasaan-Nya terhadap alam jagat raya ini, yakni suatu "tempat beredarnya bintang-bintang." Andaikan ketika manusia mampu melihat bagaimana teraturnya bintang-bintang yang selalu bergerak pada orbitnya masing-masing dengan aman dan serasi, tentulah mereka akan berpendapat lain. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi barulah diketahui betapa banyaknya kumpulan bintang-bintang di angkasa raya yang tidak terhitung jumlahnya. Para pakar astrofisika dan astronomi menjelaskan bahwa mata telanjang tidak akan mungkin mampu melihat isi jagat yang luas tidak berbatas. Sistem Tata Surya yang terdiri dari jutaan bintang bahkan mungkin lebih (termasuk di dalamnya bumi kita ini) hanyalah menjadi bagian kecil dari Galaksi Bimasakti yang memuat lebih dari 100 milyar bintang. Bimasakti pun itu hanyalah satu dari 500 milyar lebih galaksi dalam jagat raya yang diketahui, subhanallah! Semua bintang-bintang itu beredar pada orbitnya, termasuk matahari kita. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
Dan matahari beredar di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui. (Yasin/36: 38)
Berdasarkan pengamatan para pakar, matahari bergerak dalam kecepatan yang tinggi kira-kira 720, 000 km per jam mengarah ke bintang Vega dalam satu orbit tertentu dalam sistem Solar Apex. Bersama-sama dengan matahari, dan semua planet dan satelit yang berada dalam lingkungan sistem Tata Surya (sistem solar) juga turut bergerak pada jarak yang sama. Semua benda-benda langit ini bergerak menempati orbit-orbit yang telah dihisab (diperhitungkan). Untuk berapa juta tahun, semuanya 'berenang' melintasi orbit masing-masing dalam keseimbangan dan susunan yang sempurna bersama-sama dengan yang lain. Orbit-orbit dalam alam semesta juga dimiliki oleh galaksi-galaksi yang bergerak pada kecepatan yang besar dalam orbit-orbit yang telah ditetapkan. Ketika bergerak, tidak ada satupun benda-benda langit ini yang memotong orbit atau bertabrakan dengan benda langit lainnya. Bagaimanapun, hal ini secara jelas diterangkan kepada manusia dalam Al-Qur'an yang diwahyukan ketika itu, karena Al-Qur'an sebenarnya adalah kalam dari Sang Penguasa, Yang Maha Menjaga dan Memelihara Kestabilan Alam Semesta ini.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Maka Aku bersumpah) huruf Laa di sini adalah Zaidah (dengan nama tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang) tempat-tempat bintang-bintang tenggelam.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, bahwa sesungguhnya Allah Swt. tidak sekali-kali bersumpah dengan menyebut nama sesuatu dari makhluk-Nya, melainkan hal ini hanyalah sebagai pembukaan belaka yang digunakan oleh-Nya untuk membuka kalam-Nya. Tetapi pendapat ini lemah, dan yang dikatakan oleh jumhur ulama menyebutkan bahwa ungkapan ini memang sumpah dari Allah Swt. Dia bersumpah dengan menyebut nama apa pun yang dikehendaki-Nya dari makhluk-Nya, yang hal ini menunjukkan kebesaran dari nama makhluk yang disebu.t-Nya.

Kemudian sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa huruf la di sini merupakan zaidah. Maka makna yang dimaksud ialah "Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui Sa'id ibnu Jubair, dan yang menjadi objek sumpah ialah firman-Nya: sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia. (Al-Waqi'ah: 77)

Ulama lainnya mengatakan bahwa la di sini bukanlah zaidah yang tidak bermakna, bahkan ia didatangkan pada permulaan qasam (sumpah), apabila objek sumpahnya dinafikan, seperti perkataan Siti Aisyah r.a..”Tidak, demi Allah, tangan Rasulullah Saw. sama sekali belum pernah menyentuh tangan wanita lain." Maka demikian pula halnya di sini, yang berarti bentuk lengkapnya ialah "Tidak, Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang, duduk perkaranya tidaklah seperti dugaan mereka terhadap Al-Qur'an, bahwa Al-Qur'an itu sihir atau tenung, bahkan Al-Qur'an ini adalah bacaan yang mulia."

Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian ulama bahasa Arab mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Maka Aku bersumpah. (Al-Waqi'ah: 75) Bahwa urusan ini tidaklah seperti apa yang kalian katakan, kemudian sesudah itu dimulai lagi sumpah, lalu diucapkan Aku bersumpah.

Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: tempat beredarnya bintang-bintang. (Al-Waqi'ah: 75) Menurut Hakim ibnu Jubair, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah angsuran turunnya Al-Qur'an, karena sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan sekaligus di malam Lailatul Qadar dari langit yang tertinggi ke langit yang paling dekat, kemudian baru diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur selama bertahun-tahun. Kemudian Ibnu Abbas membaca ayat ini.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Qur'an diturunkan sekaligus dari sisi Allah —yaitu Lauh Mahfuz— kepada para malaikat pencatat yang mulia di langit yang terdekat. Lalu para malaikat juru tulis menyampaikannya kepada Malaikat Jibril secara berangsur-angsur dalam dua puluh malam, lalu Malaikat Jibril menurunkannya kepada Muhammad Saw. secara berangsur-angsur pula selama dua puluh tahun. Hal inilah yang dimaksud olah firman-Nya: Maka Aku bersumpah dengan penurunan Al-Qur’an secara berangsur-angsur. (Al-Waqi'ah: 75)

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, As-Saddi, dan Abu Hirzah.

Mujahid mengatakan pula bahwa yang dimaksud dengan mawaqi'in nujum ialah tempat beredarnya bintang-bintang di langit. Dikatakan bahwa mawaqi' ialah tempat terbitnya bintang-bintang. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, Al-Hasan, dan inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Diriwayatkan dari Qatadah bahwa makna yang dimaksud ialah tempat beredarnya bintang-bintang.

Diriwayatkan pula dari Al-Hasan, bahwa makna yang dimaksud ialah berhamburannya bintang-bintang kelak di hari kiamat.

Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. (Al-Waqi'ah: 75) Yakni bintang-bintang yang dikatakan oleh orang-orang Jahiliah apabila mereka diberi hujan, mereka mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu."

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Aku benar-benar bersumpah demi tempat-tempat tenggelamnya bintang-bintang di penghujung malam, yaitu waktu-waktu untuk salat tahajud dan istigfar. Sumpah itu--bila kalian pikirkan kandungannya--sangat penting dan mempunyai pengaruh yang amat dalam. (1) (1) Dua ayat ini menjelaskan betapa pentingnya sumpah yang diucapkan itu. Bintang merupakan benda langit yang bersinar sendiri. Di antara bintang-bintang itu, yang paling dekat dengan planet kita adalah matahari dengan jarak ± 500 tahun cahaya. Sedang bintang yang terdekat berikutnya berjarak ± 4 tahun cahaya. Energi yang kita dapatkan dari matahari merupakan komponen utama kehidupan. Seandainya jarak antara matahari dan bumi lebih jauh atau lebih dekat dari yang ada sekarang, kehidupan ini akan menjadi demikian sulit dan bahkan hampir mustahil. Di samping itu, besar-kecilnya bintang-bintang itu pun beragam pula. Ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran lebih kecil. Di antara yang berukuran besar itu adalah matahari yang jaraknya dengan bumi seperti yang ada sekarang. Selain itu, terdapat pula gugusan bintang yang disebut tandan, beredar di luar angkasa dan sesekali melintasi galaksi Bimasakti. Pada saat melintasi Bimasakti itu, apabila secara kebetulan gugusan itu menabrak tata surya kita, maka akan terjadi kehancuran. Begitu juga bila terjadi, umpamanya, suatu bintang mendekati matahari, maka akan merusak keseimbangan dan akhirnya membawa kepada kehancuran juga. Dari itu, tanda-tanda kebesaran Allah yang dapat dijadikan pelajaran tampak pada alam semesta yang Dia ciptakan dan Dia atur.