Al-Qur'an Surat Al-Waqi'ah Ayat 69
Al-Waqi'ah Ayat ke-69 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ ( الواقعة : ٦٩)
- a-antum
- ءَأَنتُمْ
- Is it you
- apakah kamu
- anzaltumūhu
- أَنزَلْتُمُوهُ
- who send it down
- kamu menurunkannya
- mina
- مِنَ
- from
- dari
- l-muz'ni
- ٱلْمُزْنِ
- the rain clouds
- mendung/awan
- am
- أَمْ
- or
- atau
- naḥnu
- نَحْنُ
- We
- Kami
- l-munzilūna
- ٱلْمُنزِلُونَ
- (are) the Ones to send?
- yang menurunkan
Transliterasi Latin:
A antum anzaltumụhu minal-muzni am naḥnul-munzilụn(QS. 56:69)
English Sahih:
Is it you who brought it down from the clouds, or is it We who bring it down? (QS. [56]Al-Waqi'ah verse 69)
Arti / Terjemahan:
Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? (QS. Al-Waqi'ah ayat 69)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
68-70. Pernahkah pula kamu memperhatikan air yang kamu minum tiap hari? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan air itu? Ketahuilah, kalau Kami kehendaki niscaya Kami menjadikannya asin sehingga tidak layak minum. Maka, mengapakah kamu tidak bersyukur atas anugerah Allah yang besar itu?68-70. Pernahkah pula kamu memperhatikan air yang kamu minum tiap hari? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan air itu? Ketahuilah, kalau Kami kehendaki niscaya Kami menjadikannya asin sehingga tidak layak minum. Maka, mengapakah kamu tidak bersyukur atas anugerah Allah yang besar itu?
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Dalam ayat-ayat ini Allah mengungkapkan salah satu dari nikmat-Nya yang agung, untuk direnungkan dan dipikirkan oleh manusia apakah mereka mengetahui tentang fungsi air yang mereka minum. Apakah mereka yang menurunkan air itu dari langit yaitu air hujan ataukah Allah yang menurunkannya. Air hujan itu manakala direnungkan oleh manusia, bahwa ia berasal dari uap air yang terkena panas matahari. Setelah menjadi awan dan kemudian menjadi mendung yang sangat hitam bergumpal-gumpal, maka turunlah uap air itu sebagai air hujan yang sejuk dan tawar, tidak asin seperti air laut. Air tawar tersebut menyegarkan badan serta menghilangkan haus. Bila tidak ada hujan, pasti tidak ada sungai yang mengalir, tidak akan ada mata air walau berapa meter pun dalamnya orang menggali sumur, niscaya tidak akan keluar airnya. Bila tidak ada air, rumput pun tidak akan tumbuh, apalagi tanaman yang ditanam orang. Apabila tidak ada hujan, pasti tidak ada air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kalau tanaman dan tumbuh-tumbuhan tidak tumbuh, maka binatang ternak pun tidak ada. Tidak akan ada ayam, tidak akan ada kerbau dan sapi, tidak akan ada kambing dan domba. Sebab hidup memerlukan makan dan minum. Kalau tidak ada yang dimakan, dan tidak ada yang diminum, bagaimana bisa hidup? Dan kalau tidak ada tanaman dan tumbuh-tumbuhan, dan tidak ada air tawar untuk diminum, bagaimana manusia bisa hidup? Apakah mesti makan tanah? Dan apakah yang akan diminum? Jika air dijadikan Tuhan asin rasanya, pasti tidak bisa menghilangkan haus dan tidak dapat dipergunakan untuk menyiram atau mengairi tanaman. Dan siapakah yang menurunkan hujan tersebut? Bukankah hanya Allah saja yang dapat menurunkan hujan sehingga mengalir dan sumur dapat mengeluarkan air? Mengapakah manusia tidak bersyukur kepada Allah? Padahal Dialah yang menurunkan hujan yang demikian banyak manfaatnya sebagaimana firman-Nya:
Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu. Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir. (an-Nahl/16: 10-11)
Dalam hubungan ini terdapat hadis yang berbunyi: Sesungguhnya Nabi saw apabila selesai minum, beliau mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan minuman kepada kita air tawar yang menyegarkan dengan rahmatNya dan tidak menjadikannya asin karena dosa kita." (Riwayat Ibnu Abi hatim dari Abu Ja'far)
Menurut kajian ilmiah, air yang dapat diminum dan tidak membahayakan bagi kesehatan manusia adalah air yang mempunyai kandungan garam dan unsur-unsur terlarut cukup dan seimbang, serta tidak mengandung zat yang beracun. Air yang mengandung jumlah garam dan unsur-unsur terlarut yang melebihi keperluan, misalnya air laut, bila diminum berbahaya bagi kesehatan dan dapat merusak organ-organ tubuh. Pemerintah setiap negara biasanya memiliki peraturan yang memberikan batasan tentang air yang bisa diminum berdasarkan hasil analisis kandungan unsur-unsur yang terlarut. Air yang bisa diminum biasa dicirikan dengan warna yang jernih, aroma yang segar dan rasanya yang enak (lihat pula: alFurqan/25: 48). Air yang bisa diminum adalah air yang berada di daratan yang berasal dari air hujan. Air laut tidak layak untuk diminum kecuali yang telah diolah melalui destilasi atau ultrafiltrasi. Ayat inipun menegaskan kembali bahwa Allah-lah yang menurunkan hujan. Meskipun sekarang telah berkembang teknologi untuk melakukan hujan buatan, tetapi teknologi ini hanya dapat diterapkan pada kondisi atmosfir tertentu yang terjadi di luar kendali manusia, syarat terpenting di antaranya adalah tersedianya uap air dalam jumlah yang memadai di udara.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Kaliankah yang menurunkannya dari awan) lafal Muzni adalah bentuk jamak dari lafal Muznatun, artinya awan yang membawa air hujan (ataukah Kami yang menurunkannya).
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan. (Al-Waqi'ah: 68-69)
Yang dimaksud dengan al-muzn ialah awan, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
ataukah Kami yang menurunkannya? (Al-Waqi’ah: 69)
Yakni bahkan Kamilah yang menurunkannya.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Tidakkah kalian melihat air tawar yang kalian minum? Kaliankah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya, sebagai perwujudan kasih sayang Kami kepada kalian?(1) (1) Kata al-muzn dalam bahasa Arab berarti 'awan yang menurunkan hujan'. Untuk terjadinya hujan diperlukan keadaan cuaca tertentu yang berada di luar kemampuan manusia, seperti adanya angin dingin yang berhembus di atas angin panas, atau keadaan cuaca yang tidak stabil. Adapun hujan buatan yang kita kenal itu sampai saat ini masih merupakan percobaan yang persentase keberhasilannya masih sangat kecil, di samping masih memerlukan beberapa kondisi alam tertentu juga.