Skip to content

Al-Qur'an Surat An-Najm Ayat 9

An-Najm Ayat ke-9 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ ( النجم : ٩)

fakāna
فَكَانَ
And was
maka adalah dia
qāba
قَابَ
(at) a distance
ukuran/jarak
qawsayni
قَوْسَيْنِ
(of) two bow-(lengths)
dua busur panah
aw
أَوْ
or
atau
adnā
أَدْنَىٰ
nearer
lebih dekat

Transliterasi Latin:

Fa kāna qāba qausaini au adnā (QS. 53:9)

English Sahih:

And was at a distance of two bow lengths or nearer. (QS. [53]An-Najm verse 9)

Arti / Terjemahan:

Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (QS. An-Najm ayat 9)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Jibril semakin mendekat sehingga jaraknya dari Nabi Muhammad sekitar dua busur panah atau bahkan lebih dekat lagi.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Setelah itu Muhammad saw melihat Jibril di tempat yang tinggi. Kemudian Jibril memenuhi angkasa itu, lalu mendekati Muhammad saw dan Jibril semakin mendekat lagi kepada Muhammad saw hingga jaraknya hampir, kira-kira dua ujung busur panah lagi atau lebih dekat lagi.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Maka jadilah dia) padanya (mendekat) dalam jarak (dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi) dari tempatnya yang semula sehingga nabi menjadi sadar kembali dan hilanglah rasa takutnya.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (An-Najm: 9)

Yakni maka Jibril mendekat kepada Muhammad ketika turun menemuinya di bumi, hingga jarak antara dia dan Muhammad Saw. sama dengan dua ujung busur panah bila dibentangkan. Demikianlah menurut Mujahid dan Qatadah. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah jarak antara tali busur panah dengan busurnya.

Firman Allah Swt.:

atau lebih dekat (lagi). (An-Najm: 9)

Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan bahwa ungkapan ini menurut istilah bahasa digunakan untuk menguatkan subjek berita, tetapi bukan menunjukkan hal yang lebih daripadanya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (Al-Baqarah: 74)

Yakni hatinya itu menjadi sekeras batu (tidak lunak), atau bahkan lebih keras lagi daripadanya. Hal yang senada disebutkan dalam ayat lainnya lagi melalui firman-Nya:

mereka takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat daripada itu takutnya. (An-Nisa: 77)

Dan firman Allah Swt.:

Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (Ash-Shaffat: 147)

Yakni jumlah mereka tidak kurang dari seratus ribu orang, bahkan sesungguhnya jumlah mereka adalah seratus ribu orang atau lebih. Ini merupakan pengukuhan dari jumlah subjek berita, bukan menunjukkan pengertian ragu atau bimbang, karena hal tersebut mustahil dalam masalah ini. Demikian pula pengertian surat ini, yaitu:

maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (An-Najm: 9)

Apa yang telah kami katakan —bahwa orang yang mendekat kepada Nabi Saw. ini sedekat itu adalah Jibril a.s.— berdasarkan pendapat Aisyah, Ibnu Mas'ud, Abu Zar, dan Abu Hurairah, seperti yang akan kami kemukakan hadis-hadis mereka sesudah ini.

Imam Muslim telah meriwayatkan di dalam kitab sahihnya dari Ibnu Abbas. Dia telah mengatakan bahwa Muhammad Saw. melihat Tuhannya dengan pandangan hatinya sebanyak dua kali, dan ia menganggap bahwa apa yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satunya.

Di dalam hadis Syarik ibnu Abu Namir, dari Anas r.a. sehubungan dengan kisah Isra, disebutkan bahwa kemudian mendekatlah Tuhan Yang Mahaperkasa, Tuhan Yang Mahaagung, dan bertambah dekat lagi. Karena itu, banyak ulama yang membicarakan makna hadis ini, dan mereka menyebutkan banyak hal yang garib mengenainya. Tetapi jika memang benar, maka takwil kejadiannya adalah di lain waktu dan merupakan kisah yang lain, bukan tafsir dari ayat ini. Karena sesungguhnya kejadian yang disebutkan dalam ayat ini adalah ketika Rasulullah Saw. berada di bumi di malam Isra. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. (An-Najm: 13-14)

Kisah dalam ayat ini di malam Isra, sedangkan yang pertama terjadi di bumi.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Abusy Syawarib, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Zurr ibnu Hubaisy yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud telah meriwayatkan sehubungan dengan firman-Nya: maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (An-Najm: 9) bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Aku telah melihat Malaikat Jibril yang memiliki enam ratus sayap.

Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abul Aswad, dari Urwah, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa awal kejadian yang dialami oleh Rasulullah Saw. ialah beliau melihat Jibril dalam mimpinya di Ajyad. Kemudian beliau Saw. keluar untuk suatu keperluan, maka Jibril menyerunya, "Hai Muhammad, hai Muhammad!" Nabi Saw. menoleh ke arah kanan dan kiri sebanyak tiga kali, ternyata ia tidak menjumpai seorang manusia pun. Lalu beliau menengadahkan pandangannya ke langit, tiba-tiba ia melihat Jibril a.s. yang melipat salah satu kakinya ke yang lainnya berada di ufuk langit. Jibril berseru, "Hai Muhammad!" Nabi Saw. berkata, "Jibril," sedangkan Jibril berusaha menenangkannya, tetapi Nabi Saw. lari ketakutan dan bergabung dengan banyak orang, setelah itu ia melihat ke atas lagi dan ternyata tidak melihatnya lagi. Lalu keluar dari kumpulan orang-orang, dan kembali memandang ke langit. Ternyata ia melihatnya kembali, maka Nabi Saw. bergabung lagi dengan orang banyak dan tidak lagi ia melihat sesuatu pun. Tetapi bila ia keluar dari kumpulan orang-orang, maka ia melihatnya kembali. Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: Demi bintang ketika terbenam. (An-Najm: 1) sampai dengan firman-Nya: Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. (An-Najm: 8) Yakni Jibril a.s. mendekat kepada Nabi Muhammad Saw. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. (An-Najm: 9)

Mereka mengatakan bahwa al-qab adalah separo jari, sebagian dari mereka mengatakan bahwa al-qab adalah dua hasta alias sama dengan dua ujung busur panah. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim melalui hadis Ibnu Wahb.

Dalam hadis Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Jabir disebutkan hal yang menguatkannya.

Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Talq ibnu Ganam, dari Zaidah, dari Asy-Syaibani yang mengatakan bahwa aku pernah bertanya kepada Zurr tentang firman Allah Swt.: maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu ia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (An-Najm: 9-10) Lalu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah, bahwa Muhammad Saw. melihat Jibril dalam rupa aslinya memiliki enam ratus buah sayap.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Bazr Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Yazid, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (An-Najm: 11) Bahwa Rasulullah Saw. telah melihat rupa asli Malaikat Jibril yang menyandang dua lapis pakaian rafraf, tubuhnya memenuhi cakrawala yang ada antara langit dan bumi.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Kemudian Jibril mendekat lalu mendekat lagi hingga jaraknya mencapai jarak dua busur bahkan lebih.