Skip to content

Al-Qur'an Surat An-Najm Ayat 20

An-Najm Ayat ke-20 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَمَنٰوةَ الثَّالِثَةَ الْاُخْرٰى ( النجم : ٢٠)

wamanata
وَمَنَوٰةَ
And Manat
dan Manah
l-thālithata
ٱلثَّالِثَةَ
the third
yang ketiga
l-ukh'rā
ٱلْأُخْرَىٰٓ
the other?
yang lain/hina

Transliterasi Latin:

Wa manātaṡ-ṡāliṡatal-ukhrā (QS. 53:20)

English Sahih:

And Manat, the third – the other one? (QS. [53]An-Najm verse 20)

Arti / Terjemahan:

Dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (QS. An-Najm ayat 20)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

dan Manàt, yang merupakan berhala ketiga yang kemudian kamu anggap sebagai anak perempuan Allah?

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini Allah swt melanjutkan ayat yang sebelumnya yaitu bahwa orang-orang musyrik juga menyembah Manat yang ketiga yakni yang terakhir sebagai anak perempuan Allah. Manat itu sebuah batu besar terletak di Musyallal dengan Qudaid antara Mekah dan Medinah. Kabilah Khuza'ah, al-Aus dan Khazraj mengagungkan Manat ini dan dalam melakukan ibadah haji mereka mulai dari Manat sampai ke Ka'bah. Selain benda-benda yang tiga itu, masih banyak lagi benda-benda yang sangat dimuliakan oleh orang-orang musyrik. Akan tetapi, yang paling termasyhur adalah tiga benda itu. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa orang-orang Arab menganggap benda-benda yang tiga itu selain Ka'bah sebagai benda sembahan mereka, dibuat seperti bangunan Ka'bah yang mempunyai tabir yang mereka bertawaf padanya seperti tawaf pada Ka'bah dan memotong binatang kurban di sampingnya. Mereka juga mengetahui kemuliaan Ka'bah yaitu bahwa Ka'bah itu adalah rumah Ibrahim dan masjidnya.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan Manat yang ketiga) yang ketiga dari yang telah disebutkan tadi (yang paling terkemudian) berkedudukan sebagai sifat yang mengandung makna celaan. Ketiganya adalah nama berhala-berhala yang terbuat dari batu. Orang-orang musyrik dahulu menyembahnya, karena mereka menduga, bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada diri mereka di sisi Allah. Maf'ul pertama bagi lafal Afara`aytum adalah lafal Al Laata dan lafal-lafal yang di'athafkan kepadanya. Sedangkan Maf'ul yang keduanya tidak disebutkan. Makna ayat, "Ceritakanlah kepadaku, apakah berhala-berhala ini memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu yang karena itu kalian menyembahnya selain Allah Yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang telah disebutkan tadi." Ketika mereka menduga bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, sedangkan mereka sendiri tidak menyukai anak-anak perempuan, lalu turunlah firman-Nya berikut ini,

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. mengecam perbuatan orang-orang musyrik karena mereka menyembah berhala-berhala dan sekutu-sekutu Allah yang mereka ada-adakan dan mereka membuat rumah-rumah untuk berhala-berhala itu sebagai tandingan Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata. (An-Najm: 19)

Al-Lata atau Lata pada mulanya adalah sebuah batu besar yang berwarna putih, lalu dibuat ukiran-ukiran padanya (yakni pahatan-pahatan); ia adalah sebuah rumah yang terletak di Taif dengan mempunyai kain kelambu dan juga para pelayan yang menjadi juru kuncinya. Di sekitarnya terdapat halaman yang disucikan oleh orang-orang Taif yang terdiri dari Bani Saqif dan para pengikutnya; mereka merasa berbangga diri dengan memilikinya terhadap orang-orang Arab selain mereka kecuali orang-orang Quraisy.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa menamakan rumah peribadatan mereka itu dengan mengambil akar kata dari salah satu asma Allah. Mereka mengatakan Lata dengan maksud bentuk mu'annas dari Allah. Mahatinggi Allah dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, bahwa mereka membaca Lata dengan men-tasydid-kan huruf ta.

Mereka menafsirkannya dengan suatu kisah yang menyebutkan bahwa dahulunya ada seorang lelaki yang pekerjaannya membuat makanan sawiq untuk para jemaah haji dalam masa Jahiliah. Setelah lelaki itu meninggal dunia, maka mereka melakukan i'tikaf pada kuburannya, lalu lama-kelamaan mereka menyembahnya.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus­lim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abul Asyhab, telah menceritakan kepada kami Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Al-Lata dan Uzza. (An-Najm: 19) Bahwa di zaman Jahiliah terdapat seorang lelaki yang pekerjaannya menggiling sawiq untuk makanan jemaah haji.

Ibnu Jarir mengatakan, bahwa demikian pula Al-Uzza berakar dari kata Aziz, pada mulanya merupakan sebuah pohon yang dibuatkan bangunan di sekelilingnya dan juga diberi kain kelambu, terletak di kampung Nakhlah, yaitu sebuah kampung yang terletak di antara Mekah dan Taif, dahulu orang-orang Quraisy mengagungkan bangunan tersebut, seperti yang dikatakan oleh Abu Sufyan dalam Perang Uhud, "Kami mempunyai Uzza, sedangkan kalian (kaum muslim) tidak mempunyai Uzza." Maka Rasulullah Saw. bersabda, memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya:

Katakanlah, "Allah adalah Pelindung kami dan tiada pelindung bagi kalian!"

Imam Bukhari telah meriwayatkan melalui hadis Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang bersumpah dengan mengatakan, "Demi Lata dan Uzza, " maka hendaklah ia mengucapkan.”Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah.” Dan barang siapa yang berkata kepada temannya, "Kemarilah, mari kita berjudi, " maka hendaklah ia bersedekah.

Pengertian hadis ini ditujukan bagi orang yang lisannya terpeleset tanpa ada kesengajaan karena mereka masih baru meninggalkan masa Jahiliahnya, yang hal tersebut sebelumnya telah terbiasa di kalangan mereka.

Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Bakkar dan Abdul Hamid ibnu Muhammad. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Makhlad, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari ayahnya, telah menceritakan kepadaku Mus'ab ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari ayahnya yang mengatakan, "Aku pernah bersumpah dengan menyebut nama Lata dan Uzza, maka sahabat-sahabatku berkata kepadaku, 'Alangkah buruknya ucapanmu itu.' Aku berkata, 'Tinggalkanlah diriku.' Lalu aku datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan hal tersebut kepada beliau." Maka beliau Saw. bersabda: Ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya Kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” Kemudian bertiuplah ke arah kirimu sebanyak tiga kali dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, kemudian janganlah kamu ulangi perbuatanmu itu.

Adapun berhala Manat, maka letaknya di Musyallal, yaitu di Qadid yang terletak antara Mekah dan Madinah. Dahulu orang-orang Khuza'ah, Aus, dan Khazraj di masa Jahiliah mengagung-agungkannya dan bertalbiyah darinya saat hendak menunaikan haji (ziarah) ke Ka'bah. Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Aisyah r.a.

Di masa Jahiliah di Jazirah Arabia banyak terdapat berhala-berhala selain dari yang telah disebutkan di atas, semuanya diagung-agungkan oleh orang-orang Arab setara dengan pengagungan mereka kepada Ka'bah. Hanya ketiga macam berhala inilah yang disebutkan secara nas di dalam Kitabullah karena ketiganya merupakan berhala yang paling terkenal melebihi yang lainnya.

Ibnu Ishaq mengatakan di dalam kitab Sirah-nya, bahwa dahulu di masa Jahiliah orang-orang Arab di samping memiliki Ka'bah, mereka membuat banyak tawagit yang merupakan rumah-rumah peribadatan mereka yang mereka agung-agungkan setara dengan Ka'bah. Tawagit itu mempunyai para pelayannya tersendiri, juga mempunyai juru kunci tersendiri; mereka menghadiahkan hewan-hewan kurban untuknya sebagaimana mereka menghadiahkan hewan kurban. Mereka juga melakukan tawaf padanya sebagaimana tawaf mereka kepada Ka'bah, dan melakukan penyembelihan kurban padanya sebagaimana yang mereka lakukan di Ka'bah, padahal mereka mengakui keutamaan Ka'bah atas semua tawagit itu, karena Ka'bah merupakan rumah yang dibangun oleh Ibrahim a.s. dan menjadi masjidnya. Dahulu di masa Jahiliah orang-orang Quraisy dan Bani Kinanah mempunyai berhala bernama Uzza yang terletak di Nakhlah yang para pelayan dan juru kuncinya dipegang oleh Bani Syaiban dari kalangan Bani Salim teman sepakta Bani Hasyim.

Kemudian Rasulullah Saw. mengutus Khalid ibnul Walid untuk menghancurkan berhala itu, maka Khalid dan pasukannya menghancurkannya. Peristiwa ini diabadikan melalui perkataan Khalid dalam bait syairnya:

Hai Uzza, aku ingkar kepadamu dan tidak menghormatimu, sesungguhnya aku melihat bahwa Allah telah menghinakanmu.

Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Jami', dari AbutTufail yang mengatakan bahwa setelah Rasulullah Saw. membebaskan kota Mekah, maka beliau Saw. mengutus Khalid ibnul Walid ke Nakhlah; di Nakhlah terdapat berhala Uzza. Lalu Khalid mendatanginya dan tersebutlah bahwa berhala Uzza terletak di atas tiga buah pohon Samurah. Khalid ibnul Walid menebang ketiga pohon Samurah itu dan menghancurkan berhala yang ada di atasnya. Setelah itu Khalid ibnul Walid kembali kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan semua kepada beliau. Maka beliau Saw. bersabda: Kembalilah kamu, karena sesungguhnya kamu masih belum berbuat sesuatu apa pun. Maka Khalid kembali lagi ke Nakhlah. Ketika para pelayan Uzza melihat kedatangan Khalid dan pasukannya, maka mereka memasang perangkap untuk menjebak Khalid dan pasukannya seraya berkata, "Hai Uzza, hai Uzza!" Maka Khalid mendatanginya, dan ternyata yang diseru oleh mereka adalah seorang wanita yang telanjang bulat dengan rambut yang terurai seraya menaburkan pasir di kepalanya. Maka Khalid pun membenamkan pedangnya ke tubuh wanita itu hingga mati wanita itu. Setelah itu Khalid kembali kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan hal tersebut kepadanya, maka barulah Rasulullah Saw. bersabda: Itulah Uzza (yang sebenarnya).

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Lata adalah sesembahan orang-orang Saqif diTaif, sedangkan yang menjadi para pelayan dan juru kuncinya adalah Bani Mu'tib.

Rasulullah Saw. mengutus Al-Mugirah ibnu Syu'bah dan Abu Sufyan ibnu Sakhr ibnu Harb untuk menghancurkannya, maka keduanya menghancurkan berhala Lata itu dan menjadikan masjid di tempatnya sebagai gantinya, yaitu di Taif.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa berhala Manat adalah milik orang-orang Aus dan Khazraj dan orang-orang yang mengikuti agama mereka dari kalangan penduduk Yas'rib yang berada di pantai ke arah Al-Musyallal, yaitu di Qadid. Maka Rasulullah Saw. mengutus Abu Sufyan ibnu Harb untuk menghancurkannya; menurut pendapat lain, menyebutkan bahwa yang dikirim oleh Rasulullah Saw. untuk menghancurkannya adalah Ali ibnu Abu Talib.

Ibnu Ishaq mengatakan pula bahwa berhala Zul Khalasah adalah sesembahan orang-orang Daus, Khas'am dan Bajilah, serta orang-orang Arab Badui yang ada bersama mereka di Tabalah.

Zul Khalasah dikenal pula di masa Jahiliah dengan nama Ka'bah Yamaniyyah, sedangkan Ka'bah yang ada di Mekah mereka sebut dengan Ka'bah Syamiyyah. Maka Rasulullah Saw. mengirimkan Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali untuk menghancurkannya, dan perintah itu dilaksanakan dengan baik oleh Jarir ibnu Abdullah. Berhala Qais adalah milik orang-orang Tayyi' dan orang-orang yang ada di sekitar mereka di Gunung Tayyi' yang terletak di antara Salma dan Aja. Ibnu Hisyam mengatakan bahwa sebagian ahlul 'ilmi menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. mengirimkan Ali ibnu Abu Talib r.a. untuk menghancur­kannya. Dan Ali r.a. berhasil memboyong dua bilah pedang darinya yang diberi nama Rasub dan Mikhzam, lalu Rasulullah Saw. menghadiahkan pedang itu kepada Ali sehingga kedua pedang itu menjadi miliknya.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa orang-orang Himyar dan penduduk Yaman mempunyai rumah penyembahan berhala diSan'a yang dikenal dengan nama Riyam. Menurut suatu pendapat, di dalam rumah itu terdapat seekor anjing hitam; dan bahwa dua orang pendeta Yahudi yang pergi bersama Tubba' mengeluarkan anjing hitam itu, lalu membunuhnya dan menghancurkan rumah tersebut.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Rada adalah sebuah rumah penyembahan berhala milik Bani Rabi'ah ibnu Ka'b ibnu Sa'd ibnu Zaid yang pemimpinnya adalah Manat Ibnu Tamim. Al-Mustaugir ibnu Rabi'ah ibnu Ka'b ibnu Sa'd ketika menghancurkannya di masa Islam mengatakan:

Sesungguhnya aku benar-benar telah menghancurkan Rada dengan sehancur-hancurnya, maka kutinggalkan ia menjadi puing-puing dan rata dengan tanah.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Apakah kalian mengetahui hal itu sehingga memikirkan Lât, 'Uzzâ dan, ketiga, Manât yang kalian jadikan tuhan-tuhan sembahan kalian?