Skip to content

Al-Qur'an Surat Fussilat Ayat 51

Fussilat Ayat ke-51 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَاِذَآ اَنْعَمْنَا عَلَى الْاِنْسَانِ اَعْرَضَ وَنَاٰ بِجَانِبِهٖۚ وَاِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُوْ دُعَاۤءٍ عَرِيْضٍ ( فصّلت : ٥١)

wa-idhā
وَإِذَآ
And when
dan apabila
anʿamnā
أَنْعَمْنَا
We bestow favor
Kami berikan nikmat
ʿalā
عَلَى
upon
atas
l-insāni
ٱلْإِنسَٰنِ
man
manusia
aʿraḍa
أَعْرَضَ
he turns away
ia berpaling
wanaā
وَنَـَٔا
and distances himself
dan menjauhkan diri
bijānibihi
بِجَانِبِهِۦ
and distances himself
disampingnya
wa-idhā
وَإِذَا
but when
dan apabila
massahu
مَسَّهُ
touches him
menimpanya
l-sharu
ٱلشَّرُّ
the evil
kejelekan
fadhū
فَذُو
then (he is) full
maka ia mempunyai
duʿāin
دُعَآءٍ
(of) supplication
permohonan
ʿarīḍin
عَرِيضٍ
lengthy
luas/panjang

Transliterasi Latin:

Wa iżā an'amnā 'alal-insāni a'raḍa wa na`ā bijānibih, wa iżā massahusy-syarru fa żụ du'ā`in 'arīḍ (QS. 41:51)

English Sahih:

And when We bestow favor upon man, he turns away and distances himself; but when evil touches him, then he is full of extensive supplication. (QS. [41]Fussilat verse 51)

Arti / Terjemahan:

Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (QS. Fussilat ayat 51)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Dan demikian pula halnya apabila Kami berikan nikmat dan berbagai kebajikan kepada manusia, dia berpaling dari Kami dengan mengingkari nikmat-nikmat itu dan menjauhkan diri dari ajaran-ajaran Kami dengan sombong. Akan tetapi, apabila ditimpa malapetaka sebagai peringatan atas keingkaran dan kesombongan mereka, maka dia banyak berdoa dengan doa yang panjang.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Ayat ini menerangkan bahwa sifat tidak baik manusia yang lain ialah, jika mereka diberi rahmat dan karunia, mereka asyik dengan rahmat dan karunia itu, mereka terlalu senang dan bahagia sehingga mereka lupa akan sumber rahmat dan karunia itu. Bahkan kadang-kadang mereka bertindak lebih jauh dari itu. Mereka menggunakan rahmat dan karunia itu untuk menantang dan menghancurkan agama Allah: mereka membuat kerusakan di bumi, memutuskan silaturrahim dengan manusia yang lain yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya. Mereka merasa telah menjadi orang yang berkuasa sehingga orang lain yang berada di bawah kekuasaannya wajib hormat dan mengabdi kepadanya. Mereka telah lupa bahwa mereka adalah manusia yang harus bertindak sesuai dengan kodratnya, yaitu hanya dapat hidup dengan pertolongan manusia yang lain serta pertolongan Yang Maha Menolong yaitu Allah.
Sebaliknya, jika mereka ditimpa musibah atau malapetaka, mereka kembali mengingat Allah. Mereka berdoa kepada Allah dalam keadaan berbaring, duduk, berdiri, berjalan, dan dalam keadaan bagaimana pun. Bahkan mereka berjanji dan bersumpah dengan menyebut nama-Nya jika mereka dihindarkan dari musibah dan malapetaka itu, mereka menjadi orang-orang yang beriman. Sejalan dengan ayat ini, firman Allah:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan. (Yunus/10: 12)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia) yang dimaksud adalah jenis manusia (ia berpaling) tidak mau bersyukur (dan menjauhkan diri) yakni memutarkan badannya seraya menyombongkan diri; menurut suatu qiraat lafal Na-aa dibaca dengan didahulukan huruf Hamzahnya (tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa) banyak permintaannya.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:

Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri. (Fushshilat: 51)

Yaitu berpaling dari ketaatan, dan sombong tidak mau menuruti perintah-perintah Allah Swt. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Maka dia berpaling (dari iman) bersama tentaranya. (Adz-Dzariyat: 39)

Firman Allah Swt.:

tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Fushshilat: 51)

Yakni memperpanjang doanya hanya karena meminta sesuatu. Dengan kata lain, dia mengucapkan doa yang panjang, padahal makna dari doanya sedikit. Sedangkan kebalikannya ialah doa yang ringkas, tetapi padat isinya. Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui Galaunya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12), hingga akhir ayat.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Orang seperti itu tidak mau bersyukur saat diberi kesenangan, bahkan malah menjauhi agama Kami. Sebaliknya, apabila ditimpa musibah, ia akan banyak berdoa.