Skip to content

Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 53

An-Nisa' Ayat ke-53 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اَمْ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِّنَ الْمُلْكِ فَاِذًا لَّا يُؤْتُوْنَ النَّاسَ نَقِيْرًاۙ ( النساۤء : ٥٣)

am
أَمْ
Or
atau
lahum
لَهُمْ
for them
bagi mereka
naṣībun
نَصِيبٌ
(is) a share
bagian
mina
مِّنَ
of
dari
l-mul'ki
ٱلْمُلْكِ
the Kingdom?
kekuasaan
fa-idhan
فَإِذًا
Then
maka jika demikian/kendatipun ada
لَّا
not would
tidak
yu'tūna
يُؤْتُونَ
they give
mereka akan mendatangkan
l-nāsa
ٱلنَّاسَ
the people
manusia
naqīran
نَقِيرًا
(even as much as the) speck on a date seed
sedikitpun

Transliterasi Latin:

Am lahum naṣībum minal-mulki fa iżal lā yu`tụnan-nāsa naqīrā (QS. 4:53)

English Sahih:

Or have they a share of dominion? Then [if that were so], they would not give the people [even as much as] the speck on a date seed. (QS. [4]An-Nisa verse 53)

Arti / Terjemahan:

Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada manusia. (QS. An-Nisa' ayat 53)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Pada ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan bagaimana kaum Yahudi dengan kesombongan mereka telah berbuat durhaka, maka pada ayat ini Allah menanyakan dasar apa yang mereka punya untuk melegalkan perbuatan demikian. Sebenarnya mereka tidak mempunyai dasar apa pun. Agar terbuka kedok mereka, ayat ini mempertanyakannya. Ataukah mereka mempunyai bagian dari kerajaan dan kekuasaan. Jelas ini tidak ada. Bahkan meskipun mereka mempunyainya, mereka tidak akan memberikan sedikit pun kebajikan kepada manusia, bukan saja karena tidak memilikinya, tetapi mereka juga sangat kikir.  

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Orang Yahudi tidak akan memperoleh kerajaan dan kekuasaan sesuai dengan yang dicita-citakan seperti sebelum Islam datang, karena mereka telah banyak berbuat aniaya, menempuh jalan yang sesat, dan tidak lagi mengamalkan isi kitab Taurat secara umum. Andaikata pada suatu ketika mereka membina kerajaan dan memiliki kekuasaan, itu berarti hanya bayangan yang sifatnya sementara, dan di kala itu mereka tidak akan memberikan sedikit pun kebajikan kepada manusia.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Ataukah mereka ada mempunyai bagian kerajaan) maksudnya mereka tidak mempunyai sedikit pun daripadanya, dan walaupun ada (hingga bila demikian, maka tidak secuil pun yang akan mereka berikan kepada manusia) naqiira: sesuatu yang tak ada harganya, sebesar patukan burung kecil di atas biji, dan sikap mereka itu ialah karena amat bakhil atau kikirnya.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. telah berfirman:

Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan?

Istifham atau kata tanya dalam ayat ini menunjukkan makna istifham ingkari (kata tanya yang negatif), yakni mereka tidak memperoleh bagian dari kerajaan itu.

Kemudian Allah Swt. menyebutkan sifat mereka yang kikir melalui firman berikutnya, yaitu:

Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia.

Karena sekalipun mereka memperoleh bagian dari kerajaan itu dan kekuasaan, niscaya mereka tidak akan memberikan suatu kebajikan pun kepada orang lain, terlebih lagi kepada Nabi Muhammad Saw. Yang dimaksud dengan naqir ialah secuil tembaga yang ada di dalam sebuah biji, menurut pendapat Ibnu Abbas dan kebanyakan ulama. Ayat ini semakna dengan ayat Lain, yaitu firman-Nya:

Katakanlah, "Seandainya kalian menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kalian tahan, karena takut membelanjakannya." (Al Israa':100)

Dengan kata lain, karena kalian merasa takut perbendaharaan yang ada di tangan kalian itu akan habis, padahal perbendaharaan rahmat Allah itu tidak ada habis-habisnya. Sesungguhnya sikap demikian itu hanyalah terdorong oleh sikap kikir dan sikap pelit kalian sendiri. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

Dan adalah manusia itu sangat kikir. (Al Israa':100)

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Selain tidak mendapatkan nikmat tunduk kepada kebenaran, mereka juga tidak layak memegang kekuasaan. Kalaupun diberi kekuasaan, hal itu tidak akan mendatangkan manfaat sedikit pun bagi orang lain.