Skip to content

Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 171

An-Nisa' Ayat ke-171 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ اِنَّمَا الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللّٰهِ وَكَلِمَتُهٗ ۚ اَلْقٰهَآ اِلٰى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِّنْهُ ۖفَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ وَلَا تَقُوْلُوْا ثَلٰثَةٌ ۗاِنْتَهُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗ اِنَّمَا اللّٰهُ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۗ سُبْحٰنَهٗٓ اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗ وَلَدٌ ۘ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا ࣖ ( النساۤء : ١٧١)

yāahla
يَٰٓأَهْلَ
O People
Wahai ahli
l-kitābi
ٱلْكِتَٰبِ
(of) the Book!
kitab
لَا
(Do) not
jangan
taghlū
تَغْلُوا۟
commit excess
kamu melampaui batas
فِى
in
dalam
dīnikum
دِينِكُمْ
your religion
agamamu
walā
وَلَا
and (do) not
dan jangan
taqūlū
تَقُولُوا۟
say
kamu mengatakan
ʿalā
عَلَى
about
terhadap
l-lahi
ٱللَّهِ
Allah
Allah
illā
إِلَّا
except
kecuali
l-ḥaqa
ٱلْحَقَّۚ
the truth
benar
innamā
إِنَّمَا
Only
sesungguhnya hanyalah
l-masīḥu
ٱلْمَسِيحُ
the Messiah
Al Masih
ʿīsā
عِيسَى
Isa
Isa
ub'nu
ٱبْنُ
son
putera
maryama
مَرْيَمَ
(of) Maryam
Maryam
rasūlu
رَسُولُ
(was) a Messenger
Rasul
l-lahi
ٱللَّهِ
(of) Allah
Allah
wakalimatuhu
وَكَلِمَتُهُۥٓ
and His word
dan kalimatNya
alqāhā
أَلْقَىٰهَآ
which He conveyed
Dia sampaikannya
ilā
إِلَىٰ
to
kepada
maryama
مَرْيَمَ
Maryam
Maryam
warūḥun
وَرُوحٌ
and a spirit
dan roh
min'hu
مِّنْهُۖ
from Him
daripadaNya
faāminū
فَـَٔامِنُوا۟
So believe
maka berimanlah kamu
bil-lahi
بِٱللَّهِ
in Allah
kepada Allah
warusulihi
وَرُسُلِهِۦۖ
and His Messengers
dan RasulNya
walā
وَلَا
And (do) not
dan jangan
taqūlū
تَقُولُوا۟
say
kamu mengatakan
thalāthatun
ثَلَٰثَةٌۚ
"Three"
tiga
intahū
ٱنتَهُوا۟
desist
hentikanlah
khayran
خَيْرًا
(it is) better
lebih baik
lakum
لَّكُمْۚ
for you
bagi kalian
innamā
إِنَّمَا
Only
sesungguhnya hanyalah
l-lahu
ٱللَّهُ
Allah
Allah
ilāhun
إِلَٰهٌ
(is) God
Tuhan
wāḥidun
وَٰحِدٌۖ
One
satu/esa
sub'ḥānahu
سُبْحَٰنَهُۥٓ
Glory be to Him!
Maha Suci Dia
an
أَن
That
bahwa
yakūna
يَكُونَ
He (should) have
adalah
lahu
لَهُۥ
for Him
bagiNya
waladun
وَلَدٌۘ
a son
seorang anak
lahu
لَّهُۥ
To Him (belongs)
bagiNya/milikNya
مَا
whatever
apa
فِى
(is) in
di
l-samāwāti
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
the heavens
langit(jamak)
wamā
وَمَا
and whatever
dan apa
فِى
(is) in
di
l-arḍi
ٱلْأَرْضِۗ
the earth
bumi
wakafā
وَكَفَىٰ
And is sufficient
dan cukuplah
bil-lahi
بِٱللَّهِ
Allah
dengan Allah
wakīlan
وَكِيلًا
(as) a Disposer of affairs
pelindung

Transliterasi Latin:

Yā ahlal-kitābi lā taglụ fī dīnikum wa lā taqụlụ 'alallāhi illal-ḥaqq, innamal-masīḥu 'īsabnu maryama rasụlullāhi wa kalimatuh, alqāhā ilā maryama wa rụḥum min-hu fa āminụ billāhi wa rusulih, wa lā taqụlụ ṡalāṡah, intahụ khairal lakum, innamallāhu ilāhuw wāḥid, sub-ḥānahū ay yakụna lahụ walad, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa kafā billāhi wakīlā (QS. 4:171)

English Sahih:

O People of the Scripture, do not commit excess in your religion or say about Allah except the truth. The Messiah, Jesus the son of Mary, was but a messenger of Allah and His word which He directed to Mary and a soul [created at a command] from Him. So believe in Allah and His messengers. And do not say, "Three"; desist – it is better for you. Indeed, Allah is but one God. Exalted is He above having a son. To Him belongs whatever is in the heavens and whatever is on the earth. And sufficient is Allah as Disposer of affairs. (QS. [4]An-Nisa verse 171)

Arti / Terjemahan:

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (QS. An-Nisa' ayat 171)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Setelah mengajak seluruh manusia untuk beriman, ayat ini menyeru kepada Ahli Kitab yang pada ayat-ayat lalu dilukiskan telah melampaui batas dalam kepercayaan mereka. Orang-orang Nasrani melampaui batas dalam kepercayaan mereka karena menuhankan Nabi Isa dan orang-orang Yahudi melampaui batas karena menuduh Nabi Isa sebagai pendusta. Kepada Ahli Kitab yang melampaui batas itu, ayat ini diarahkan. Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas kewajaran yang ditetapkan oleh akal dan agama dalam melaksanakan agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Jangan mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan atau anak Tuhan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani, dan jangan pula mengatakan bahwa Isa adalah pendusta sebagaimana dikatakan oleh orang-orang Yahudi. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya, yaitu dengan kalimat kun (jadilah) yang menunjukkan kepada kehendak-Nya dan kekuasaan-Nya dalam menciptakan Nabi Isa, yang disampaikan-Nya kalimat itu kepada Maryam, dan dengan roh dari-Nya, yang ditiupkan dengan perintah-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, termasuk beriman kepada Nabi Muhammad, dan janganlah kamu mengatakan, yakni percaya bahwa "Tuhan itu tiga." Berhentilah dari mengatakan ucapan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, Mahasuci Dia dari anggapan mempunyai anak, sebab jika demikian berarti ia butuh kepada sesuatu, padahal milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung yang melindungi dan memelihara kamu semua.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Kaum Nasrani sudah melampaui batas dalam beragama dengan menambah-nambah hal-hal yang bukan dari agama, seperti memuja dan mengagung-agungkan nabi mereka, sampai melampaui batas-batas yang telah ditentukan Allah dengan mengada-adakan kebohongan terhadap-Nya dan dengan mengatakan bahwa Isa itu adalah putra Allah. (al-Ma'idah/5: 77)
Hal ini pulalah yang membawa kaum Nasrani kepada anggapan bahwa Tuhan itu salah satu dari Tuhan yang tiga atau Tuhan itu terdiri dari tiga oknum. Sebagai penolakan atas paham yang salah ini Allah menyatakan bahwa Isa anak Maryam hanyalah utusan Allah kepada hamba-Nya, bukan Tuhan yang disembah sebagai yang dianggap kaum Nasrani. Isa sendiri menyeru mereka supaya mengesakan Allah, tak ada yang disembah selain Allah, dan Nabi Isa telah melarang pula kaumnya mempersekutukan Allah dengan apa pun. Sebagai tambahan atas penegasan tersebut Allah berfirman lagi bahwa Isa itu diciptakan dengan kalimat berupa ucapan "jadilah" (kun), tanpa ada seorang laki-laki pun (bapak) yang menikahi ibunya, dan tanpa air mani yang masuk ke dalam rahim ibunya, seperti terciptanya manusia biasa.
Tatkala Allah mengutus malaikat Jibril kepada Maryam dan memberitahukan bahwa ia adalah utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan berita gembira kepadanya, yaitu dia akan memperoleh seorang anak laki-laki, Maryam merasa terkejut dan membantah dengan keras, karena ia masih perawan dan tidak pernah bersuami atau disentuh oleh seorang laki-laki. LaIu Jibril membacakan kepadanya firman Allah:

¦"Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (Ali 'Imran/3:47).

Demikianlah dengan kata "kun" itu terciptalah Isa dalam kandungan ibunya. Inilah suatu bukti kekuasaan Allah. Bila Dia hendak menciptakan sesuatu cukup dengan ucapan "kun" saja. Hal serupa ini berlaku pula pada penciptaan Adam sebagaimana tersebut pada firman Allah:

Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia) maka jadilah dia (Ali 'Imran/3:59).

Lalu ditiuplah roh ciptaan Allah ke dalam rahim ibunya dan berkembanglah ia sampai datang masa melahirkan. Sebagaimana kaum Nasrani menduga bahwa yang ditiupkan ke dalam rahim ibunya itu adalah sebagian dari roh Allah dan atas dasar inilah mereka menganggap bahwa Isa adalah putra Allah, karena ia adalah sebagian dari roh-Nya, (Matius 1.18).
Sikap Ahli Kitab yang berlebihan dalam memahami agamanya tidak saja di kalangan Nasrani, tetapi juga tentunya di kalangan orang Yahudi. Sikapnya yang melampaui batas dalam memahami ketentuan agamanya sehingga mereka sering bersikap dan bertindak begitu ketat dengan menambah-nambahkan ketentuan sendiri, atau sebaliknya sering melanggar ketentuan Taurat dalam syariat Musa, seperti yang dapat kita baca di sana sini dalam Al-Qur'an, sampai-sampai mereka mengatakan "Uzair putra Allah" (at-Taubah/9: 30). Mereka menjadi bangsa yang rasialis, eksklusif, sangat fanatik, menolak semua nabi dan rasul utusan Allah yang bukan Yahudi (Gentile), mereka membunuh para nabi dan menuduh Isa dan ibunya Maryam dengan tuduhan yang keji. Mereka terpecah ke dalam beberapa sekte. Yang menonjol waktu itu adalah golongan konservatif Sadducee yang hanya mengakui lima kitab Musa (Pentateuch), atau golongan Pharisee yang sangat kaku dalam menjalankan hukum tertulis, tetapi mau menerima hukum lisan dan hukum adat Yahudi.
Begitu juga sikap umat Nasrani yang telah melampaui batas dengan mengangkat dan menempatkan Nabi Isa sebagai Yesus yang disamakan dengan Tuhan atau menisbahkannya sebagai putra Tuhan. Mereka telah menyentuh keimanan (akidah) yang pokok sampai melahirkan doktrin Trinitas. Doktrin ini sudah berkembang dan menjadi pangkal perdebatan para pendeta mereka pada masa lalu, dari abad ke-2 sampai abad ke-6 Masehi, seperti Marcionisme, Yakobit dan Nestori (Nestorian) yang masih bertahan di Suria atau Maronit yang banyak dianut di Libanon, Paulicianism dan yang lain. Mereka berdebat sekitar kodrat Kristus: Tuhan, anak Tuhan atau satu dari tiga oknum dari Roh Kudus, sampai juga melibatkan ibunya Maria sebagai pujaan.
Kaum Muslimin perlu sekali menyadari sekalipun dalam bentuk lain, jangan sampai terjerumus ke dalam sikap berlebihan dalam menerima ajaran Islam, yang umumnya berkisar dalam soal fikih, di satu pihak mau serba ketat atau di pihak lain yang sebaliknya, mau serba longgar.
Ada di antara mufasir menceritakan mengenai anggapan ini bahwa seorang tabib Nasrani yang mengobati Khalifah Harun ar-Rasyid berdiskusi dengan seorang ulama Islam yaitu Ali bin Husein al-Waqidi al-Marwazi. Tabib Nasrani itu berkata kepada al-Waqidi bahwa di dalam Kitab (Al-Qur'an) terdapat ayat yang membenarkan pendapat dan kepercayaan Nasrani bahwa Isa, adalah sebagian dari Allah, lalu dia membacakan bagian pertama dari ayat 171 ini. Sebagai jawaban atas perkataan tabib itu al-Waqidi membacakan ayat:

Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (al-Jasiyah/45:13).

Kemudian al-Waqidi berkata "Kalau benar apa yang kamu katakan bahwa kata "min-hu" dalam ayat yang kamu baca itu berarti "sebagian daripada-Nya", sehingga kamu mengatakan bahwa Isa a.s. adalah sebagian dari Allah pula. Hal ini berarti bahwa apa yang ada di langit dan di bumi ini adalah sebagian pula dari Allah." Dengan jawaban ini terdiamlah tabib Nasrani itu lalu dia masuk Islam.173
Karena kaum Nasrani telah tersesat dari akidah tauhid yang dibawa oleh para rasul, maka Allah memerintahkan kepada mereka agar kembali kepada akidah yang benar dengan beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan beriman kepada rasul-Nya yang selalu menyeru kepada akidah tauhid dan janganlah mereka mengatakan bahwa ada tiga Tuhan yaitu Bapak, Anak dan Roh Kudus (Rohulkudus), atau mengatakan bahwa Allah itu terdiri dari tiga oknum, masing-masing adalah Tuhan yang sempurna, dan kumpulan dari tiga oknum itulah Tuhan Yang Esa. Mereka diperintahkan meninggalkan paham yang sesat dan menyesatkan itu, karena meninggalkan paham yang sesat itulah yang baik bagi mereka. Mereka akan menjadi penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan para nabi sebelum dan sesudahnya. Mereka akan menjadi orang yang benar dan tidak akan termasuk golongan orang-orang kafir. Dalam ayat lain Allah berfirman:

Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan "Bahwa Allah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. (al-Maidah/5:73).

Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Kemudian ditegaskan lagi kepada mereka bahwa Allah sajalah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Maha bersih dari sifat berbilang atau terbagi-bagi kepada beberapa bagian atau tersusun dari tiga oknum atau bersatu dengan makhluk-makhluk lainnya. Maha Suci Allah dari hal-hal tersebut dan mustahil Dia mempunyai anak sebagaimana anggapan mereka atau Isa itu adalah Tuhan sebagaimana dikatakan oleh segolongan lain di antara mereka. Allah adalah Maha Esa tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak beristri sebagaimana manusia. Dialah pemilik langit dan bumi serta semua yang ada pada keduanya termasuk Isa as. Allah berfirman:

"Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih selaku seorang hamba" (Maryam/19:93).

Semua makhluk tanpa kecuali akan menghadap ke hadirat Tuhan Allah sebagai hamba, apapun pangkat dan derajatnya, baik dia malaikat, seorang nabi, seorang yang diciptakan-Nya tanpa bapak dan ibu seperti Nabi Adam atau yang diciptakan-Nya tanpa bapak saja seperti Isa a.s. maupun yang diciptakan dengan perantara bapak dan ibu; semuanya itu adalah hamba-Nya yang mengharapkan karunia dan rahmat-Nya, Allah-lah yang berkuasa sepenuhnya atas mereka dan Allah-lah yang memelihara dan kepada--Nyalah mereka harus menyembah, berdoa dan bertawakal. Akidah tauhid inilah yang dibawa dan disampaikan para nabi dan rasul kepada umatnya termasuk Nabi Isa, dan paham inilah yang dianut oleh para pengikutnya sesuai dengan dakwah dan ajarannya. Tetapi pengikutnya yang datang kemudian terutama pengikut-pengikut yang dahulunya telah menganut agama-agama yang bermacam-macam tidak dapat melepaskan dirinya dari paham lama yang sesat itu sehingga mereka mencoba dan berusaha dengan sekuat tenaga agar agama Masehi yang mereka anut mempunyai corak yang sama dengan agama-agama nenek moyang mereka dahulu.
Paham Trinitas (menganggap Tuhan adalah tiga) sudah berkembang di Mesir, semenjak lebih kurang 4.000 tahun sebelum Masehi. Di antara mereka ada yang menganggap bahwa tuhan itu ialah dewa Osiris, Isis dan Horus. Demikian pula di India ajaran Hinduisme mengatakan bahwa Tuhan itu adalah tri tunggal yang terdiri dari Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Penganut Budisme pun ada yang mengatakan bahwa Budha itu adalah Tuhan yang terdiri dari tiga oknum. Juga di Persia terdapat paham Mazdaisme (Zoroaster) yang bercorak dualisme: baik dan jahat, terang dan gelap dengan dewa tertinggi Ahura Mazda (Ormuzd) dan dewa-dewa lain, lawan Ahriman. Akhirnya mereka terbawa hanyut oleh paham trinitas yang beraneka ragam coraknya dan jadilah mereka tersesat dari paham tauhid yang dibawa Nabi Isa dan amat sulitlah bagi mereka untuk meniggalkannya. Para intelektual dari penganut agama Masehi ini memang merasakan dan mengetahui bahwa paham taslis (trinitas) ini tidak dapat diterima akal, tetapi mereka tetap mencari-cari alasan untuk membenarkan paham ini. Di antara pendeta mereka ada yang mengatakan, "Dalam hal ini kita harus menyerahkan persoalan ini kepada hal-hal yang gaib yang belum diketahui oleh manusia dan tidak akan dapat diketahuinya, kecuali bila hijab telah berkata untuk itu dan jelaslah pada waktu itu semua yang ada di langit dan di bumi."
Pendeta Bother pengarang buku al-Ushul wal-Furu' dari salah seorang juru penerang agama Nasrani berkata mengenai hal ini: "Kita telah mencoba memahaminya dengan lebih jelas yaitu dikala telah terbuka bagi kita tabir rahasia semua apa yang ada di langit dan di bumi."
Dapat disimpulkan bahwa agama Nasrani benar-benar didasarkan kepada paham tauhid yang murni tetapi para pendetanya mencampurbaurkan dan mengubahnya menjadi agama trinitas yang tidak dapat dipahami oleh akal, karena terpengaruh oleh paham-paham taslis bangsa Yunani dan Romawi yang mereka ambil dari paham-paham keagamaan Mesir lama dan Brahma.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Hai Ahli kitab) maksudnya kitab Injil (janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu katakan terhadap Allah kecuali) ucapan (yang benar) yaitu menyucikan-Nya dari kemusyrikan dan mempunyai anak. (Sesungguhnya Almasih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang diucapkan-Nya) atau disampaikan-Nya (kepada Maryam dan roh) artinya yang mempunyai roh (daripada-Nya) diidhafatkan kepada Allah swt. demi untuk memuliakan-Nya dan bukanlah sebagai dugaan kamu bahwa dia adalah anak Allah atau Tuhan bersama-Nya atau salah satu dari oknum yang tiga. Karena sesuatu yang mempunyai roh itu tersusun sedangkan Tuhan Maha Suci dari tersusun dan dari dinisbatkannya tersusun itu kepada-Nya (Maka berimanlah kamu kepada Allah dan kepada rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu katakan) bahwa Tuhan itu (tiga) yakni Allah, Isa dan ibunya (hentikanlah) demikian itu (dan perbuatlah yang lebih baik bagi kamu) yakni bertauhid (Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa Maha Suci Dia) artinya bersih dan terhindar (dari mempunyai anak. Bagi-Nya apa yang terdapat di langit dan yang di bumi) baik sebagai makhluk maupun sebagai milik dan hamba sedangkan pemiliknya itu bertentangan dengan mempunyai anak (Dan cukuplah Allah sebagai wakil) atau saksi atas demikian itu.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. melarang Ahli Kitab bersikap melampaui batas dan me­nyanjung secara berlebihan. Hal ini banyak dilakukan oleh orang-orang Nasrani, karena sesungguhnya mereka melampaui batas sehu­bungan dengan Isa. Mereka mengangkatnya di atas kedudukan yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, lalu memindahkannya dari tingkat kenabian sampai menjadikannya sebagai tuhan selain Allah yang mereka sembah sebagaimana mereka menyembah Dia.

Bahkan pengikut dan golongannya —yaitu dari kalangan orang-orang yang mengakui bahwa dirinya berada dalam agamanya (Isa)— bersikap berlebihan pula, lalu mereka mengakui dirinya terpelihara dari kesalahan. Akhirnya para pengikut mereka mengikuti semua yang dikatakannya, baik hak atau batil, baik sesat atau benar, baik jujur ataupun dusta. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mere­ka sebagai tuhan selain Allah. (At-Taubah: 31), hingga akhir ayat.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim yang mengatakan bahwa Az-Zuhri menduga dari Ubaidillah ibnu Ab­dullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari Ibnu Abbas, dari Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku sebagaimana orang-orang Nasrani menyanjung-nyanjung Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba, maka katakan­lah, "Hamba dan utusan Allah."

Kemudian ia meriwayatkannya pula —juga Ali ibnul Madini-— dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri. yang lafaznya seperti berikut:

Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah oleh kalian, "Hamba Allah dan Rasul-Nya."

Ali ibnul Madini mengatakan bahwa predikat hadis ini sahih lagi musnad. Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Al-Humaidi. dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri yang lafaznya berbunyi seperti berikut:

Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, "Hamba Allah dan Rasul-Nya."

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit Al-Bannani, dari Anas ibnu Malik, bahwa seorang lelaki pernah mengatakan, "Ya Muhammad, ya tuan kami, anak tuan kami yang paling baik dari kami, dan anak orang yang paling baik dari kami." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Hai manusia, peliharalah ucapan kalian, dan jangan sekali-kali setan menjerumuskan kalian. Aku adalah Muhammad ibnu Ab­dullah, hamba Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, aku tidak suka bila kalian mengangkatku di atas kedudukanku yang telah diberi­kan oleh Allah Swt. kepadaku.

Hadis ini bila ditinjau dari segi ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (sendirian).

Firman Allah Swt.:

...dan janganlah kalian mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.

Maksudnya, janganlah kalian membuat kedustaan terhadap-Nya dan menjadikan bagi-Nya istri dan anak. Mahasuci Allah lagi Mahatinggi dari hal itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya, Mahasuci lagi Maha Esa Zat Allah dalam sifat Keagungan dan Kebesaran-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia, tidak ada Rabb selain Dia.

Dalam ayat Selanjutnya disebutkan:

Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan­Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.

Sesungguhnya Isa itu hanyalah seorang hamba Allah dan makhluk yang diciptakan-Nya. Allah berfirman kepadanya, "Jadilah kamu," maka jadilah dia. Dia (Isa) hanyalah utusan-Nya dan kalimat-Nya yang Allah sampaikan kepada Maryam. Dengan kata lain, Allah menciptakan Isa melalui kalimat perintah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril a.s. dari Allah Swt. kepada Maryam. Lalu Malaikat Jibril me­niupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuh Maryam dengan seizin Allah. Maka jadilah Isa dengan seizin Allah.

Embusan itu ditiupkan oleh Malaikat Jibril ke dalam baju kurung Maryam, lalu tiupan itu turun hingga masuk ke dalam farjinya, sama kedudukannya dengan pembuahan yang dilakukan oleh seorang lelaki kepada istrinya: semuanya adalah makhluk Allah Swt. Karena itu, di­katakan bahwa Isa adalah kalimat Allah dan roh dari ciptaan-Nya, mengingat kejadiannya tanpa melalui proses seorang ayah. Sesung­guhnya ia timbul dari kalimah yang diucapkan oleh Allah melalui Jib­ril kepada Maryam, yaitu kalimat kun (Jadilah), maka jadilah Isa, dan roh yang dikirimkan oleh Allah kepada Maryam melalui Jibril. Allah Swt berfirman:

Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesung­guhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya se­orang yang sangat benar, keduanya biasa memakan makanan. (Al Maidah:75)

Allah Swt. telah berfirman:

Sesungguhnya misal penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudi­an Allah berfirman kepadanya, "Jadilah!" (seorang manusia). Maka jadilah dia. (Ali Imran:59)

Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormat­annya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. (Al Anbiyaa:91)

dan (ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormat­annya. (At Tahriim:12), hingga akhir ayat.

Firman Allah Swt. menceritakan perihal Isa Al-Masih, yaitu:

Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepa­danya nikmat (kenabian). (Az Zukhruf:59), hingga akhir ayat.

Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan firman-Nya:

...dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.

Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:

Jadilah/ Maka terjadilah ia. (Yaa Siin:82)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ah­mad ibnu Sinan Al-Wasiri yang mengatakan bahwa ia pernah mende­ngar Syaz ibnu Yahya mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:

...dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.

Bahwa bukanlah kalimat yang menjadikan Isa, tetapi dengan kalimat itu akhirnya jadilah Isa.

Pendapat ini lebih baik daripada apa yang di­katakan oleh Ibnu Jarir sehubungan dengan firman-Nya:

Yang disampaikan-Nya kepada Maryam.

Makna yang dimaksud ialah Allah mengajarkan kalimat itu kepada Maryam. sama seperti apa yang dikatakannya sehubungan dengan makna firman-Nya:

(Ingatlah) ketika malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya. (Ali Imran:45)

Makna yang dimaksud ialah mengajarkan kepadamu suatu kalimat dari-Nya. Ibnu Jarir menjadikan makna ayat ini sama dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:

Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Qur'an diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu. (Al Qashash:86)

Bahkan pendapat yang sahih (benar) ialah yang mengatakan bahwa kalimat tersebut didatangkan oleh Malaikat Jibril kepada Maryam, lalu Malaikat Jibril meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuh Mar­yam dengan seizin Allah. Maka jadilah Isa a.s.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Al-Walid Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Umair ibnu Hani', telah mence­ritakan kepada kami Junadah ibnu Abu Umayyah, dari Ubadah ibnus Samit, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya serta kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta roh dari-Nya, dan bahwa surga itu benar, neraka itu benar, nis­caya Allah akan memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah dikerjakannya. Al-Walid mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Umair ibnu Hani', dari Junadah yang di dalamnya disebutkan tambahan, yaitu: (Allah memasukkannya) ke dalam salah satu dari pintu-pintu surga yang delapan buah, dia boleh memasukinya dari pintu ma­na pun yang disukainya.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Daud ibnu Rasyid, dari Al-Walid, dari Ibnu Jabir dengan lafaz yang sama. Dari jalur yang lain dari Al-Auza'i dengan lafaz yang sama.

Firman Allah yang ada dalam ayat, dan hadis yang semakna, ya­itu:

dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. (An Nisaa:171) semakna dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:

Dan Dia menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al Jaatsiyah:13)

Yakni dari kalangan makhluk-Nya dan dari sisi-Nya. Lafaz min di sini bukan untuk makna tab'id (sebagian) seperti yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani —semoga laknat Allah yang berturut-turut menimpa mereka— melainkan makna yang dimaksud ialah ibtida-ul goyah, seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

...dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.

Yang dimaksud dengan ruhun dalam ayat ini ialah rasulun minhu, yakni urusan dari-Nya. Sedangkan selain Mujahid mengatakan ma-habbatan minhu, yakni kasih sayang dari-Nya. Tetapi pendapat yang kuat ialah yang pertama, yaitu yang mengatakan bahwa Nabi Isa di-ciptakan dari roh ciptaan-Nya. Kemudian lafaz roh di-mudaf-kan (di­gandengkan) dengan-Nya dengan maksud mengandung pengertian tasyrif (kehormatan), sebagaimana lafaz naqah (unta) di-mudaf-kan kepada Allah, seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:

Unta betina Allah ini. (Al A'raf:73) Dan lafaz baitun (rumah) yang terdapat di dalam firman-Nya:

Bersihkanlah rumah-Ku, untuk orang-orang yang tawaf. (Al Hajj:26)

Juga seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengata­kan:

Maka aku masuk menemui Tuhanku di dalam rumah-Nya.

Nabi Saw. me-mudaf-kan lafaz darun (rumah) kepada Allah dengan maksud sebagai kehormatan terhadap rumah tersebut. Masing-masing dari apa yang telah disebutkan termasuk ke dalam bab yang sama.

Firman Allah Swt,:

Maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.

Maksudnya, percayalah bahwa Allah adalah Satu, lagi Maha Esa, ti­ada beranak, dan tiada beristri, dan ketahuilah serta yakinilah bahwa Isa itu adalah hamba dan Rasul-Nya.

Dalam firman Selanjutnya disebutkan:

dan janganlah kalian mengatakan, "(Tuhan itu) tiga."

Yakni janganlah kalian menjadikan Isa dan ibunya digandengkan de­ngan Allah sebagai dua orang yang mcnyekutui-Nya. Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Di dalam surat Al-Maidah Allah Swt. berfirman:

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwa­sanya Allah salah seorang dari yang tiga," padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. (Al Maidah:73}

Dalam ayat lainnya —masih dalam surat yang sama— Allah Swt. berfirman pula:

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman.”Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku.' (Al Maidah:116) hingga akhir ayat."

Dalam Surat Al-Maidah pada ayat lainnya Allah Swt. berfirman:

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Se­sungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam." (Al Maidah:17 dan 72), hingga akhir ayat.

Orang-orang Nasrani —la'natullahi 'alaihim— karena kebodohan mereka, maka mereka tidak ada pegangan, kekufuran mereka tidak terbatas, bahkan ucapan dan kesesatannya sudah parah. Ada yang beranggapan bahwa Isa putra maryam adalah Tuhan, ada yang menganggapnya sebagai sekutu, dan ada yang menganggapnya sebagai anak. Mereka terdiri atas berbagai macam sekte yang cukup banyak jumlahnya, masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda, dan penda­pat mereka tidak ada yang sesuai, semuanya bertentangan.

Salah seorang ahli ilmu kalam (Tauhid) mengatakan suatu penda­pat yang tepat, bahwa seandainya ada sepuluh orang Nasrani berkum­pul, niscaya pendapat mereka berpecah-belah menjadi sebelas penda­pat.

Salah seorang ulama Nasrani yang terkenal di kalangan mereka (yaitu Sa'id ibnu Patrik yang tinggal di Iskandaria pada sekitar tahun empat ratus Hijriah) menyebutkan bahwa mereka mengadakan suatu pertemuan besar yang di dalamnya mereka melakukan suatu misa be­sar.

Padahal sesungguhnya hal tersebut tiada lain hanyalah suatu pengkhianatan yang hina lagi rendah. Hal ini terjadi pada masa Kon­stantinopel, pembangun kota yang terkenal itu. Lalu mereka berselisih pendapat dalam pertemuan tersebut dengan perselisihan yang tidak terkendali dan tidak terhitung banyaknya pendapat yang ada. Jumlah mereka lebih dari dua ribu uskup. Mereka menjadi golongan yang banyak lagi berpecah belah. Setiap lima puluh orang dari mereka mem­punyai pendapat sendiri, dan setiap dua puluh orang dari mereka mempunyai pendapat sendiri, setiap seratus orang dari mereka ada yang mempunyai pendapatnya sendiri, dan setiap tujuh puluh orang mem­punyai pendapatnya sendiri, ada pula yang lebih dan kurang dari jumlah tersebut mempunyai pendapat yang berbeda.

Ketika Raja Konstantinopel melihat kalangan mereka demikian, ada sejumlah orang yang banyaknya kurang lebih tiga ratus delapan belas orang uskup sepakat dengan suatu pendapat Maka raja meng­ambil golongan itu, lalu mendukung dan memperkuatnya.

Raja Konstantinopel dikenal sebagai seorang filosof berwatak ke­ras dan tidak mau menerima pendapat orang lain. Lalu raja menghim­pun persatuan mereka dan membangun banyak gereja buat mereka serta membuat kitab-kitab dan undang-undang untuk mereka. Lalu mereka membuat suatu amanat yang mereka ajarkan kepada anak-anak agar mereka meyakininya sejak dini, mengadakan pembaptisan besar-besaran atas dasar itu. Para perigikut mereka dikenal dengan nama sekte Mulkaniyah.

Kemudian mereka mengadakan suatu pertemuan lain yang kedua, maka terjadilah di kalangan mereka sekte Ya'qubiyah. Pada pertemu­an yang ketiga terbentuklah sekte Nusturiyan.

Ketiga golongan tersebut pada dasarnya mengukuhkan ajaran tri­nitas yang antara lain ialah Al-Masih. Tetapi mereka berbeda pen­dapat mengenai kaifiyatnya sehubungan dengan masalah lahut dan nasut-nya, masing-masing mempunyai dugaan sendiri. Apakah dia manunggal atau tidak, bersatukah atau menitis. Pada kesimpulannya pendapat mereka terpecah menjadi tiga pendapat, masing-masing go­longan mengalirkan golongan yang lain, sedangkan kita mengalirkan semuanya. Karena itu, dalam ayat ini disebutkan melalui firman-Nya:

berhentilah kalian (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagi kalian.

Maksudnya, akan lebih baik bagi kalian.

Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah da­ri mempunyai anak.

Yakni Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ke­tinggian yang setinggi-tingginya.

Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cu­kuplah Allah untuk menjadi Pemelihara.

Artinya, semuanya adalah makhluk dan milik Allah, dan semua yang ada di antara keduanya adalah hamba-hamba-Nya, mereka berada da­lam pengaturan dan kekuasaan-Nya. Dialah Yang memelihara segala sesuatu, mana mungkin bila dikatakan bahwa Dia mempunyai istri dan anak dari kalangan mereka. Dalam ayat yang lain disebutkan me­lalui firman-Nya:

Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak. (Al An'am:101), hingga akhir ayat.

Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain, yaitu:

Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak" Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. (Maryam:88-89)

sampai dengan firman-Nya:

dengan sendiri-sendiri. (Maryam:95)

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Wahai Ahl al-Kitâb, janganlah kalian menentang kebenaran dan melampaui batas dalam beragama. Jangan berbuat dusta kepada Allah dengan mengingkari risalah 'Isâ a. s atau dengan menjadikannya sebagai tuhan selain Allah. 'Isâ al-Masîh hanyalah rasul Allah seperti rasul-rasul yang lain. 'Isâ diciptakan Allah dengan kekuasaan dan kalimat-Nya yang disampaikan dan ditiupkan oleh malaikat Jibrîl kepada Maryam. Hal itu merupakan salah satu rahasia kekuasaan Allah. Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul- rasul-Nya dengan benar dan jangan beranggapan bahwa tuhan itu ada tiga. Tinggalkanlah kebatilan itu, karena hal itu lebih baik. Sesungguhnya Allah Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Mahasuci dari kemungkinan mempunyai anak. Segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara dan pengatur kepunyaan-Nya.