Skip to content

Al-Qur'an Surat Sad Ayat 28

Sad Ayat ke-28 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ ( ص : ٢٨)

am
أَمْ
Or
atau
najʿalu
نَجْعَلُ
should We treat
Kami jadikan
alladhīna
ٱلَّذِينَ
those who
orang-orang yang
āmanū
ءَامَنُوا۟
believe
beriman
waʿamilū
وَعَمِلُوا۟
and do
dan mereka beramal
l-ṣāliḥāti
ٱلصَّٰلِحَٰتِ
righteous deeds
shaleh
kal-muf'sidīna
كَٱلْمُفْسِدِينَ
like those who spread corruption
seperti orang-orang yang berbuat kerusakan
فِى
in
di
l-arḍi
ٱلْأَرْضِ
the earth?
bumi
am
أَمْ
Or
atau
najʿalu
نَجْعَلُ
should We treat
Kami jadikan
l-mutaqīna
ٱلْمُتَّقِينَ
the pious
orang-orang yang bertakwa
kal-fujāri
كَٱلْفُجَّارِ
like the wicked?
seperti orang-orang yang durhaka

Transliterasi Latin:

Am naj'alullażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti kal-mufsidīna fil-arḍi am naj'alul-muttaqīna kal-fujjār (QS. 38:28)

English Sahih:

Or should We treat those who believe and do righteous deeds like corrupters in the land? Or should We treat those who fear Allah like the wicked? (QS. [38]Sad verse 28)

Arti / Terjemahan:

Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (QS. Sad ayat 28)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah menegaskan perbedaan perlakuan-Nya kepada orang beriman dan orang kafir. Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta percaya akan keesaan Kami sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak mau mengikuti petunjuk Kami? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa dan patuh pada perintah Kami sama dengan orang-orang yang jahat, ingkar, dan sombong?

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa di antara kebijaksanaan-Nya ialah tidak menganggap sama para hamba-Nya yang melakukan kebaikan, dengan orang-orang yang terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan. Tidak patut bagi zat Allah dengan segala keagungan-Nya, apabila menganggap sama antara hamba-hamba-Nya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaan-Nya lagi memperturutkan hawa nafsunya.
Orang-orang yang beriman yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang meyakini bahwa Allah Maha Esa, tidak memerlukan sekutu dalam melaksanakan kekuasaan dan kehendak-Nya. Atas keyakinan itulah mereka menyadari dan melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat terhadap sesamanya dan kepada Penciptanya. Dengan keyakinan itu pula, mereka menaati perintah Khaliknya yang disampaikan melalui rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka selalu berusaha keras memelihara kebersihan jiwanya dari noda-noda yang mengotorinya.
Allah berfirman:

Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya. (al-Lail/92: 17-19)

Sedang yang dimaksud dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ialah orang yang tidak mau mengikuti kebenaran dan selalu memperturutkan hawa nafsunya. Mereka ini tidak mau mengakui keesaan Allah, kebenaran wahyu, dan terjadinya hari kebangkitan dan pembalasan. Oleh karena itu, mereka yang jauh dari rahmat Allah, berani melanggar larangan-larangan-Nya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari kuburnya, mereka tetap akan dihimpun di Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.
Allah berfirman:

Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu." (al-Isra'/17: 13-14)

Apabila ada di antara hamba Allah yang diberi pahala karena amal baiknya di dunia, dan disiksa akibat amal buruknya, hal itu sesuai dengan hikmat dan kebijaksanaan Allah. Dia telah memberikan akal agar mereka dapat mengetahui betapa luasnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka. Akan tetapi, mereka tidak mau mempergunakan akal itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tidak mensyukuri nikmat itu, bahkan mereka mengingkarinya. Allah juga telah mengutus rasul-Nya untuk membimbing mereka kepada jalan yang benar. Petunjuk dan bimbingan rasul itu bukan saja tidak mereka hiraukan, tetapi malah mereka dustakan.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah pula Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?) Ayat ini diturunkan sewaktu orang-orang kafir Mekah berkata kepada orang-orang yang beriman, "Sesungguhnya kami kelak di hari kemudian akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kalian." Lafal Am di sini untuk menunjukkan makna sanggahan, yakni jelas tidak sama.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Kemudian Allah menjelaskan, bahwa termasuk keadilan dan hikmah-Nya Dia tidak menyamakan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (Shaad:28)

Yakni Kami tidak akan melakukan hal seperti itu, mereka tidaklah sama di sisi Allah. Dan apabila demikian, berarti pasti ada negeri lain yang di dalamnya orang yang taat diberi pahala dan orang yang durhaka mendapat siksaan. Petunjuk ini menuntut akal yang sehat dan fitrah yang lurus untuk menyimpulkan bahwa adanya hari akhirat dan hari pembalasan merupakan suatu kepastian. Karena sesungguhnya kita sering melihat orang yang zalim lagi melampaui batas makin bertambah harta, anak dan kenikmatannya, serta mati dalam keadaan demikian. Sebaliknya kita sering melihat orang yang taat lagi teraniaya mati dalam keadaan sengsara dan miskin. Maka sudah merupakan suatu kepastian hal tersebut menuntut kebijaksanaan Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui, lagi Maha-adil yang tidak pernah aniaya barang sedikit pun untuk menegakkan keadilan dengan memenangkan si teraniaya atas orang yang menganiayanya. Apabila hal ini tidak terjadi di dunia ini, berarti di sana ada negeri lain yang padanya dilakukan pembalasan dan keadilan ini, yaitu negeri akhirat ' Mengingat Al-Qur'an itu memberi petunjuk ke tujuan-tujuan yang benar dan kesimpulan-kesimpulan rasio yang jelas

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Apakah sesuai dengan hikmah (kebijakan) dan keadilan Kami, menganggap sama antara orang-orang Mukmin yang berbuat baik dan orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Dan apakah patut bagi Kami menganggap sama antara orang-orang yang takut akan siksa Kami dan orang-orang yang keluar dari ketentuan hukum Kami.