Al-Qur'an Surat Saba' Ayat 34
Saba' Ayat ke-34 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍ ِالَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ ( سبأ : ٣٤)
- wamā
- وَمَآ
- And not
- dan tidak
- arsalnā
- أَرْسَلْنَا
- We sent
- Kami mengutus
- fī
- فِى
- to
- pada
- qaryatin
- قَرْيَةٍ
- a town
- suatu negeri
- min
- مِّن
- any
- dari
- nadhīrin
- نَّذِيرٍ
- warner
- seorang pemberi peringatan
- illā
- إِلَّا
- but
- kecuali/melainkan
- qāla
- قَالَ
- said
- berkata
- mut'rafūhā
- مُتْرَفُوهَآ
- its wealthy ones
- orang-orang hidup mewah di negeri itu
- innā
- إِنَّا
- "Indeed we
- sesungguhnya kami
- bimā
- بِمَآ
- in what
- dengan/tentang apa
- ur'sil'tum
- أُرْسِلْتُم
- you have been sent
- kamu diutus
- bihi
- بِهِۦ
- with
- dengannya (menyampaikannya)
- kāfirūna
- كَٰفِرُونَ
- (are) disbelievers"
- orang-orang yang mengingkari
Transliterasi Latin:
Wa mā arsalnā fī qaryatim min nażīrin illā qāla mutrafụhā innā bimā ursiltum bihī kāfirụn(QS. 34:34)
English Sahih:
And We did not send into a city any warner except that its affluent said, "Indeed we, in that with which you were sent, are disbelievers." (QS. [34]Saba verse 34)
Arti / Terjemahan:
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya". (QS. Saba' ayat 34)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Nabi Muhammad sempat khawatir karena dakwahnya ditolak dan dihalang-halangi oleh kaum musyrik Mekah. Allah lantas menghibur beliau dengan firman-Nya, “Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada penduduk suatu negeri tempat rasul diutus, pasti orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, ‘Kami benar-benar mengingkari, tidak percaya, dan menolak apa yang kamu sampaikan sebagai utusan/risalah yang kamu bawa.’
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Pada ayat ini ditegaskan bahwa tidak ada seorang nabi pun yang dikirim Allah ke suatu negeri yang tidak mendapat perlawanan dari pemuka-pemuka kaumnya. Mereka biasanya adalah kaum elite yang menguasai kehidupan politik dan ekonomi negeri itu. Mereka sudah mapan dan hidup mewah, dan berfoya-foya. Dengan kedatangan nabi-nabi, mereka merasa kemapanan hidup mereka terusik oleh ajaran-ajaran yang dibawa para nabi itu.
Agama tidak membenarkan yang berkuasa menzalimi yang lemah, sedangkan kemapanan mereka dipertahankan dengan jalan menekan golongan lemah. Agama meminta manusia agar mengindahkan kehalalan dan keharaman dalam mencari rezeki dan memanfaatkan kekayaan, sedangkan kekayaan mereka diperoleh dengan cara apa saja, legal atau ilegal, dan kekayaan itu mereka gunakan untuk berfoya-foya. Agama tidak membolehkan melanggar aturan-aturan agama, sedangkan kehidupan mereka tanpa mengindahkan norma-norma itu. Oleh karena itu, mereka menentang nabi-nabi dan dengan lantang menyatakan, "Kami menentang apa yang kalian ajarkan!" Ucapan itu menegaskan pula kesombongan mereka, dan selanjutnya mendorong mereka bertindak semena-mena (fusuq) di bumi ini. Bila manusia sudah berbuat semena-mena, maka itu menjadi alasan bagi Allah untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya, yaitu memusnahkan mereka. Firman Allah:
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu). (al-Isra'/17:16)
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata) yakni para pemimpinnya hidup bergelimang dengan kemewahan, ("Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.")
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah Swt. menghibur Nabi-Nya seraya memerintahkan kepadanya agar mengambil pelajaran dari para rasul yang telah mendahuluinya, dan Allah memberitahukan kepadanya bahwa tidak sekali-sekali Dia mengutus seorang nabi ke suatu penduduk negeri, melainkan penduduk negeri itu mendustakannya. Pelaku pertamanya adalah orang-orang hartawan mereka, kemudian diikuti oleh kaum lemah mereka, seperti apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh a.s.:
Mereka berkata, "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?” (Asy Syu'ara:111)
Dan firman Allah Swt.:
Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Huud:27)
Dan orang-orang besar dari kalangan kaum Nabi Saleh mengatakan:
kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, "Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?.” Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Saleh diutus untuk menyampaikannya.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani.” (Al A'raf:75-76)
Dan firman Allah Swt.:
Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang yang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya) " (Al An'am:53)
Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. (Al An'am:123)
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Al Israa':16)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun. (Saba':34)
Yakni seorang nabi atau seorang rasul.
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata. (Saba':34)
Mereka adalah orang-orang yang hidup senang, terpandang, hartawan, dan memegang kendali kepemimpinan.
Menurut Qatadah, mereka adalah orang-orang yang bertindak sewenang-wenang di kalangan mereka, yang juga pemimpin mereka dalam kejahatan.
Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. (Saba':34)
Yakni kami tidak akan beriman dan tidak akan mengikutinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab, dari Sufyan, dari Asim, dari Abu Rajin yang menceritakan bahwa pernah ada dua orang yang berteman, salah seorang dari keduanya keluar menuju ke pantai, sedangkan yang lain tinggal di rumahnya. Ketika Nabi Saw. diutus, maka teman yang ada di pantai berkirim surat kepada temannya yang ada di tempat menanyakan perihal Nabi Saw. Lalu temannya yang ada di tempat membalas suratnya dengan mengatakan bahwa Muhammad itu tidak ada seorang pun dari kalangan Quraisy yang mengikutinya, sesungguhnya yang mengikutinya hanyalah orang-orang yang lemah dan kaum fakir miskin. Kemudian temannya yang sedang mengembara itu meninggalkan perniagaannya, lalu mendatangi temannya dan berkata kepadanya, "Tunjukkanlah aku kepada Muhammad." Ternyata si pengembara itu sering membaca kitab atau sebagian dari kitab-kitab terdahulu. Ketika sampai kepada Nabi Saw. ia bertanya, "Engkau menyeru kepada apa?" Nabi Saw. menjawabnya, bahwa beliau menyeru manusia untuk berbuat anu dan anu (kebenaran). Maka si pengembara itu langsung berkata, "Aku bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah." Nabi Saw. bertanya, "Mengapa engkau mengetahui sampai sejauh itu?" Pengembara itu menjawab, bahwa sesungguhnya tidak sekali-sekali seorang nabi diutus melainkan yang menjadi pengikutnya adalah orang-orang yang lemah dan orang-orang miskin dari kalangan kaumnya. Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (Saba':34) Lalu Nabi Saw. mengirimkan utusan kepada si pengembara untuk menyampaikan sabdanya: sesungguhnya Allah Swt. telah menurunkan wahyu yang membenarkan ucapanmu.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Heraklius kepada Abu Sufyan, ketika Heraklius menanyainya tentang perihal Nabi Saw. Heraklius antara lain mengatakan, Dan aku bertanya kepadamu, "Apakah hanya orang-orang yang lemah yang menjadi pengikutnya, ataukah orang-orang terhormat mereka?" Lalu kami jawab, "Memang sebenarnya hanya orang-orang yang lemah sajalah pengikut para rasul itu."
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Setiap kali Kami mengutus seorang rasul yang mengajak kaumnya kepada kebenaran, pihak yang membuat kerusakan dari kalangan mereka pasti mengatakan, "Kami benar-benar mendustakan ajaran yang kalian bawa."