Skip to content

Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 154

Ali 'Imran Ayat ke-154 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

ثُمَّ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ الْغَمِّ اَمَنَةً نُّعَاسًا يَّغْشٰى طَۤاىِٕفَةً مِّنْكُمْ ۙ وَطَۤاىِٕفَةٌ قَدْ اَهَمَّتْهُمْ اَنْفُسُهُمْ يَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۗ يَقُوْلُوْنَ هَلْ لَّنَا مِنَ الْاَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ اِنَّ الْاَمْرَ كُلَّهٗ لِلّٰهِ ۗ يُخْفُوْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ مَّا لَا يُبْدُوْنَ لَكَ ۗ يَقُوْلُوْنَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هٰهُنَا ۗ قُلْ لَّوْ كُنْتُمْ فِيْ بُيُوْتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِيْنَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ اِلٰى مَضَاجِعِهِمْ ۚ وَلِيَبْتَلِيَ اللّٰهُ مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ ( اٰل عمران : ١٥٤)

thumma
ثُمَّ
Then
kemudian
anzala
أَنزَلَ
He sent down
(Allah) menurunkan
ʿalaykum
عَلَيْكُم
upon you
atas kalian
min
مِّنۢ
from
dari
baʿdi
بَعْدِ
after
sesudah/setelah
l-ghami
ٱلْغَمِّ
the distress
bersedih hati
amanatan
أَمَنَةً
security
ketentraman
nuʿāsan
نُّعَاسًا
slumber
kantuk
yaghshā
يَغْشَىٰ
overcoming
(ia) meliputi
ṭāifatan
طَآئِفَةً
a group
segolongan
minkum
مِّنكُمْۖ
of you
dari padamu
waṭāifatun
وَطَآئِفَةٌ
while a group
dan segolongan
qad
قَدْ
certainly
sungguh
ahammathum
أَهَمَّتْهُمْ
worried [them]
mencemaskan mereka
anfusuhum
أَنفُسُهُمْ
(about) themselves
diri mereka sendiri
yaẓunnūna
يَظُنُّونَ
thinking
mereka menduga
bil-lahi
بِٱللَّهِ
about Allah
dengan/kepada Allah
ghayra
غَيْرَ
other than
tanpa/tidak
l-ḥaqi
ٱلْحَقِّ
the truth
benar
ẓanna
ظَنَّ
(the) thought
dugaan/sangkaan
l-jāhiliyati
ٱلْجَٰهِلِيَّةِۖ
(of) [the] ignorance
orang-orang jahiliyah
yaqūlūna
يَقُولُونَ
saying
mereka berkata
hal
هَل
"Is (there)
apakah
lanā
لَّنَا
for us
bagi kami
mina
مِنَ
from
dari
l-amri
ٱلْأَمْرِ
the matter
urusan ini
min
مِن
any
dari
shayin
شَىْءٍۗ
thing?"
sesuatu
qul
قُلْ
Say
katakanlah
inna
إِنَّ
"Indeed
sesungguhnya
l-amra
ٱلْأَمْرَ
the matter
urusan ini
kullahu
كُلَّهُۥ
all (of) it
seluruhnya
lillahi
لِلَّهِۗ
(is) for Allah"
bagi/di tangan Allah
yukh'fūna
يُخْفُونَ
They hide
mereka menyembunyikan
فِىٓ
in
dalam
anfusihim
أَنفُسِهِم
themselves
diri mereka
مَّا
what
apa
لَا
not
tidak
yub'dūna
يُبْدُونَ
they reveal
mereka terangkan
laka
لَكَۖ
to you
bagimu/kepadamu
yaqūlūna
يَقُولُونَ
They say
mereka berkata
law
لَوْ
"if
sekiranya
kāna
كَانَ
was
adalah
lanā
لَنَا
for us
bagi kami
mina
مِنَ
from
dari
l-amri
ٱلْأَمْرِ
the matter
urusan ini
shayon
شَىْءٌ
anything
barang sesuatu
مَّا
not
tidak
qutil'nā
قُتِلْنَا
we would have been killed
kami dibunuh
hāhunā
هَٰهُنَاۗ
here"
di sini
qul
قُل
Say
katakanlah
law
لَّوْ
"if
sekiranya
kuntum
كُنتُمْ
you were
kalian adalah
فِى
in
dalam
buyūtikum
بُيُوتِكُمْ
your houses
rumahmu
labaraza
لَبَرَزَ
surely (would have) come out
niscaya tampak
alladhīna
ٱلَّذِينَ
those who
orang-orang yang
kutiba
كُتِبَ
was decreed
ditetapkan
ʿalayhimu
عَلَيْهِمُ
upon them
atas mereka
l-qatlu
ٱلْقَتْلُ
[the] death
terbunuh
ilā
إِلَىٰ
towards
sampai
maḍājiʿihim
مَضَاجِعِهِمْۖ
their places of death
pembaringan mereka
waliyabtaliya
وَلِيَبْتَلِىَ
And that might test
dan karena hendak mencoba
l-lahu
ٱللَّهُ
Allah
Allah
مَا
what
apa
فِى
(is) in
di dalam
ṣudūrikum
صُدُورِكُمْ
your breasts
dada kamu
waliyumaḥḥiṣa
وَلِيُمَحِّصَ
and that He may purge
dan karena Dia hendak membersihkan
مَا
what
apa
فِى
(is) in
di dalam
qulūbikum
قُلُوبِكُمْۗ
your hearts
hati kamu
wal-lahu
وَٱللَّهُ
And Allah
dan Allah
ʿalīmun
عَلِيمٌۢ
(is) All-Aware
Maha Mengetahui
bidhāti
بِذَاتِ
of what
pada/dalam isi
l-ṣudūri
ٱلصُّدُورِ
(is in) the breasts
dada/hati

Transliterasi Latin:

ṡumma anzala 'alaikum mim ba'dil-gammi amanatan nu'āsay yagsyā ṭā`ifatam mingkum wa ṭā`ifatung qad ahammat-hum anfusuhum yaẓunnụna billāhi gairal-ḥaqqi ẓannal-jāhiliyyah, yaqụlụna hal lanā minal-amri min syaī`, qul innal-amra kullahụ lillāh, yukhfụna fī anfusihim mā lā yubdụna lak, yaqụlụna lau kāna lanā minal-amri syai`um mā qutilnā hāhunā, qul lau kuntum fī buyụtikum labarazallażīna kutiba 'alaihimul-qatlu ilā maḍāji'ihim, wa liyabtaliyallāhu mā fī ṣudụrikum wa liyumaḥḥiṣa mā fī qulụbikum, wallāhu 'alīmum biżātiṣ-ṣudụr (QS. 3:154)

English Sahih:

Then after distress, He sent down upon you security [in the form of] drowsiness, overcoming a faction of you, while another faction worried about themselves, thinking of Allah other than the truth – the thought of ignorance, saying, "Is there anything for us [to have done] in this matter?" Say, "Indeed, the matter belongs completely to Allah." They conceal within themselves what they will not reveal to you. They say, "If there was anything we could have done in the matter, we [i.e., some of us] would not have been killed right here." Say, "Even if you had been inside your houses, those decreed to be killed would have come out to their death beds." [It was] so that Allah might test what is in your breasts and purify what is in your hearts. And Allah is Knowing of that within the breasts. (QS. [3]Ali 'Imran verse 154)

Arti / Terjemahan:

Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS. Ali 'Imran ayat 154)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Usai menjelaskan ampunan Allah atas kesalahan pasukan pemanah yang meninggalkan posisinya pada Perang Uhud, Allah lalu beralih menjelaskan pertolongan-Nya kepada pasukan muslim berupa kantuk walau dalam suasana duka. Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu berupa kantuk yang bisa menghilangkan kepenatan yang meliputi segolongan dari kamu yang kuat imannya, sedangkan segolongan lagi, yang imannya tidak kuat, telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah, bahwa kalau Nabi Muhammad itu benar-benar nabi dan rasul Allah, tentu dia tidak akan kalah dalam peperangan. Mereka berkata, "Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat, yakni campur tangan kita, dalam urusan ini?" Mereka berkata demikian karena ingin lepas tanggung jawab dari kegagalan dalam Perang Uhud. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, "Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah." Dia yang menetapkan kemenangan atau kekalahan berdasarkan hukum kemasyarakatan yang berlaku. Mereka, orang-orang munafik, menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu, Mereka berkata,"Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini, yakni seandainya Nabi mengikuti usul kita untuk menetap di Madinah, niscaya kita tidak akan dikalahkan dan teman-teman kita tidak akan dibunuh di sini. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, "Meskipun kamu ada di rumahmu,niscaya orang-orang yangtelah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar, juga ke tempat mereka terbunuh, karena waktu dan tempat kematian sudah ditetapkan Allah. " Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu, kuat atau lemahlah imanmu, dan untuk membersihkan berbagai macam dosa apa saja yang ada dalam hatimu, Dan Allah Maha Mengetahui isi hati walaupun tanpa melalui ujian.  

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Lanjutan peristiwa setelah mereka mengalami kesulitan dan penderitaan, maka Allah memberikan kepada segolongan mereka yang kuat iman dan kesabarannya perasaan kantuk untuk menenangkan mereka dari rasa ketakutan, lelah dan kegelisahan. Dengan demikian mereka dapat mengumpulkan kembali kekuatan mereka yang telah berkurang karena sengitnya pertempuran dan kehilangan semangat. Sedang segolongan lainnya tidak menerima nikmat kantuk ini, yaitu golongan yang lemah imannya bahkan mereka tetap merasa takut dan gelisah. Ayat ini mengutarakan bahwa pengikut-pengikut Nabi setelah selesai peperangan terbagi atas dua golongan.
Pertama: Golongan yang menyadari bahwa terpukulnya mereka dalam Perang Uhud disebabkan kekeliruan mereka berupa kurangnya disiplin terhadap komando Rasulullah selaku komandan pertempuran. Mereka tetap yakin dan percaya pada pertolongan Allah berupa kemenangan bagi orang-orang yang beriman. Karena meskipun pada kali ini mereka mengalami malapetaka, namun Allah tetap akan membela orang-orang yang beriman. Golongan inilah yang memperoleh nikmat kantuk itu.
Kedua: Golongan yang lemah imannya karena diliputi rasa kekhawatiran mereka belum begitu yakin kepada komando Rasulullah karena kemunafikan yang telah bersarang di hati mereka. Golongan kedua inilah yang menyangka yang bukan-bukan terhadap Allah dan Muhammad seperti sangkaan orang-orang jahiliah. Antara lain mereka menyangka kalau Muhammad benar-benar seorang Nabi dan Rasul, tentu ia dan sahabatnya tidak akan kalah dalam Perang Uhud. Mereka berkata untuk melepaskan tanggung jawab, "Apakah kita ada hak campur tangan dalam urusan ini?" Katakanlah hai Muhammad, "Semua urusan ini adalah di tangan Allah."
Mereka banyak menyembunyikan hal-hal yang tidak mereka lahirkan kepadamu, mereka berkata, "Sekiranya ada hak campur tangan pada kita, niscaya kita tidak akan dikalahkan di sini." Tetapi katakanlah kepada mereka andaikata mereka berada di dalam rumah masing-masing dengan tidak ikut berperang, tetapi kalau sudah ditakdirkan akan mati di luar rumah, maka mereka pasti akan mati juga di tempat yang sudah ditentukan. Semua kejadian ini adalah untuk menguji apa yang tersimpan di dalam dada kaum Muslimin dan untuk membersihkan hati mereka dari keraguan yang dibisikkan oleh setan, sehingga bertambah kuatlah keimanan dalam hati mereka. Allah Maha Mengetahui isi hati mereka.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Kemudian Allah menurunkan kepada kamu setelah kesedihan itu keamanan berupa kantuk) menjadi badal (yang meliputi) ada yang membaca dengan ya dan ada pula dengan ta (segolongan dari kamu) yakni orang-orang beriman; mereka tertidur lelap di balik tameng sehingga pedang-pedang pun tergelincir dan jatuh ke sisi mereka (sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri) maksudnya mereka merasa cemas memikirkan nasib mereka hingga mereka tak ada kemauan selain menyelamatkan diri tanpa mempedulikan Nabi saw. dan para sahabatnya. Mereka tidak dapat tidur dan mereka adalah orang-orang munafik. (Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah) maksudnya seperti sangkaan (jahiliah) yang berkeyakinan bahwa Nabi itu benar-benar telah terbunuh atau kalau tidak, maka ia takkan dapat dikalahkan. (Kata mereka, "Apakah) maksudnya tak ada (bagi kita terhadap urusan ini) maksudnya mengenai kemenangan yang telah Kami janjikan itu (dari) merupakan tambahan (sesuatu."). (Katakanlah) kepada mereka ("Sesungguhnya urusan ini seluruhnya) manshub sebagai taukid dapat pula marfu` sebagai mubtada sedangkan khabarnya ialah: (bagi Allah.") maksudnya ketentuan berada di tangan-Nya. Ia berbuat apa yang dikehendaki-Nya (Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu, maka mereka mengatakan) ini menjadi keterangan bagi 'apa' yang sebelumnya ("Sekiranya bagi kami terhadap urusan ini ada sesuatu tidaklah kami terbunuh di sini) maksudnya jika kita mempunyai campur tangan dalam urusan ini kita dapat saja tidak keluar sehingga tidak terbunuh tetapi apa daya kita karena kita ini dipaksa keluar." (Katakanlah) kepada mereka ("Sekiranya kamu berada di rumahmu) sedangkan di antaramu ada orang yang telah ditetapkan Allah akan menemui ajalnya (niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan terbunuh itu akan keluar juga ke tempat pembunuhan mereka.") sehingga mereka akan mati terbunuh, dan tidak akan tertolong oleh ikhtiar atau usaha mereka itu karena kada Allah tetap berlaku tanpa sesuatu pun dapat menolaknya. (Dan) hal itu dilakukan-Nya (agar Allah menguji apa yang terdapat dalam dadamu) dalam hatimu berupa keikhlasan atau kemunafikan (dan untuk membersihkan isi hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui akan sisi hati) semua itu tak ada yang tersembunyi bagi-Nya tetapi maksud-Nya agar dengan ujian itu tampaklah pula bagi manusia keikhlasan dan kemunafikan di antara kalian.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. berfirman menyebutkan apa yang pernah Dia turunkan kepada hamba-hamba-Nya berupa ketenangan dan rasa aman, yaitu kantuk yang meliputi mereka, sedangkan mereka masih tetap dalam keadaan menyandang senjatanya. Hal tersebut terjadi di saat mereka dalam keadaan sedih dan susah.

Rasa kantuk dalam keadaan seperti itu menunjukkan situasi telah aman, seperti halnya disebutkan di dalam surat Al-Anfal dalam kisah Perang Badar melalui firman-Nya:

(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kalian mengantuk sebagai suatu penenteraman dari-Nya. (Al Anfaal:11), hingga akhir ayat.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im dan Waki', dari Sufyan, dari Asim, dari Abu Razin, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa rasa kantuk dalam peperangan dari Allah, sedangkan rasa kantuk dalam salat dari setan.

Imam Bukhari mengatakan bahwa Khalifah pernah menceritakan kepadanya, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zura'i, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah, dari Anas, dari Abu Talhah yang mengatakan: Aku termasuk orang-orang yang diliputi rasa kantuk dalam Perang Uhud, hingga pedangku terjatuh dari tanganku berkali-kali, ia terjatuh, lalu aku ambil dan jatuh lagi, kemudian aku ambil lagi.

Hal yang sama diriwayatkan pula di dalam kitab Al-Magazi secara ta'liq.

Imam Bukhari meriwayatkannya di dalam kitab tafsir secara musnad dari Syaiban, dari Qatadah, dari Anas, dari Abu Talhah yang menceritakan: Kantuk menimpa kami dalam Perang Uhud, padahal kami berada dalam barisan kami. Abu Talhah melanjutkan kisahnya, "Maka pedangku terlepas dari tanganku, lalu aku mengambilnya, tetapi terlepas lagi, dan kuambil lagi."

Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Hakim meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, dari Abu Talhah yang menceritakan: Aku mengangkat kepalaku dalam Perang Uhud, lalu aku melihat-lihat, ternyata tidak ada seorang pun dari kalangan mereka (pasukan kaum muslim) pada hari itu. melainkan ia menyandarkan tubuhnya pada tamengnya (perisainya) karena kantuk.

Lafaz hadis ini berdasarkan riwayat Imam Turmuzi, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan sahih.

Imam Nasai meriwayatkannya pula dari Muhammad ibnul Musanna, dari Khalid ibnul Haris, dari Abu Qutaibah, dari Ibnu Abu Addi, keduanya dari Humaid, dari Anas yang menceritakan bahwa Abu Talhah pernah mengatakan: Aku termasuk orang-orang yang terkena rasa kantuk. hingga akhir hadis. Hal yang sama diriwayatkan dari Az-Zubair dan Abdur Rahman ibnu Auf.

Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepadaku Abul Husain Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnul Mubarak Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Qatadah, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik, bahwa Abu Talhah pernah menceritakan, "Kami tertimpa rasa kantuk dalam Perang Uhud, sedangkan kami berada dalam barisan kami. Maka pedangku terlepas dari tanganku, lalu aku memungutnya, dan terjatuh lagi, lalu aku pungut kembali." Abu Talhah melanjutkan kisahnya, bahwa ada segolongan lain, yaitu orang-orang munafik, mereka tidak mementingkan kecuali hanya diri mereka sendiri. Mereka adalah orang-orang yang sangat pengecut, penakut, dan paling melecehkan perkara hak. mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan Jahiliah. (Ali Imran:154) Yakni sesungguhnya mereka tiada lain adalah orang-orang yang bimbang dan ragu terhadap Allah Swt.

Demikianlah dengan tambahan ini, dia meriwayatkannya, seakan-akan kalimat ini adalah perkataan Qatadah.

Memang apa yang dikatakannya itu benar, karena Allah Swt. berfirman,

Kemudian setelah kalian berduka cita, Allah menurunkan kepada kalian keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kalian.

Artinya, mereka yang mengalami kantuk ini adalah ahli iman, percaya dan teguh dalam pertempuran, bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Mereka adalah orang-orang yang merasa pasti bahwa Allah Swt. pasti akan membantu dan menolong Rasul-Nya dan melaksanakan baginya apa yang dicita-citakannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

...sedangkan segolongan lagi dicemaskan oleh diri mereka sendiri.

Yakni mereka tidak terkena kantuk karena hati mereka diliputi oleh rasa khawatir, gusar, dan takut.

mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan Jahiliah.

Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:

Tetapi kalian menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya. (Al Fath:12), hingga akhir ayat.

Demikian pula halnya mereka (orang-orang munafik), mereka berkeyakinan ketika kaum musyrik beroleh kemenangan saat itu, bahwa saat itu merupakan saat penentuan, dan bahwa Islam beserta para pemeluknya telah lenyap. Demikian perihal orang-orang yang ragu, jika terjadi suatu peristiwa yang buruk, timbul dugaan yang jelek seperti itu.

Kemudian Allah Swt. memberitakan perihal mereka yang munafik itu melalui firman-Nya:

Mereka berkata.

Yakni dalam keadaan seperti itu.

"Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?"

Maka dijawab oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

Katakanlah, "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan (kekuasaan) Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu.

Kemudian apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka itu dibeberkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

Mereka berkata, "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini."

Maksudnya, mereka menyembunyikan ucapan ini dari pengetahuan Rasulullah Saw.

Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya Ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari Abdullah ibnuz Zubair yang menceritakan bahwa Az-Zubair pernah menceritakan hadis berikut: Ketika aku sedang bersama Rasulullah Saw., yaitu di saat rasa takut sangat mencekam kami, maka Allah mengirimkan kantuk yang meliputi diri kami. Maka tidak ada seorang lelaki pun dari kami melainkan dagunya menempel pada dadanya (karena tertidur). Az-Zubair melanjutkan kisahnya, "Demi Allah, aku benar-benar mendengar suara Mu'tib ibnu Qusyair yang suaranya kudengar seperti hanya dalam mimpi. ia mengatakan: 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Kata-kata itu selalu kuingat." Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Mereka berkata, '"Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." (Ali Imran:154) karena perkataan Mu'tib itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Firman Allah Swt.:

Katakanlah, "Sekiranya kalian berada di rumah kalian, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh."

Yakni hal ini merupakan takdir yang ditentukan oleh Allah Swt. Dan merupakan keputusan-Nya yang tidak dapat dielakkan lagi darinya dan tidak ada jalan selamat baginya.

Firman Allah Swt.:

Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dada kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian.

Yaitu menguji kalian melalui apa yang terjadi pada diri kalian agar dapat dibedakan antara yang buruk dan yang baik, dan akan tampak nyata perbedaan antara orang mukmin dan orang munafik di mata orang-orang, baik dalam ucapan maupun perbuatannya.

Allah mengetahui isi hati.

Yakni mengetahui semua yang tersimpan di dalam hati berupa rahasia dan hal-hal yang terpendam padanya.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Setelah kesedihan itu, Allah memberi kalian nikmat ketenangan, berupa rasa kantuk yang menyelimuti golongan yang tulus iman dan penyerahan dirinya kepada Allah. Adapun golongan yang lain, hanya memikirkan diri sendiri. Oleh karena itu, mereka berprasangka buruk kepada Allah seperti prasangka jahiliah. Dengan tidak percaya, mereka berkata, "Apakah kita mempunyai peran mengenai soal kemenangan yang dijanjikan Allah kepada kita?" Katakan, wahai Nabi, "Semua urusan mengenai kemenangan dan kekalahan itu adalah wewenang Allah. Dia yang akan mengatur hal itu pada hamba-hamba-Nya, apakah mereka mengerjakan faktor-faktor kemenangan atau sebaliknya." Sebenarnya, ketika mengatakan hal itu, dalam hati mereka ada hal yang tidak terungkap. Dalam hati, mereka berkata, "Kalau kita mempunyai kebebasan, kita tidak akan pergi berperang sehingga tidak akan menderita kalah." Katakan kepada mereka, "Kalaupun kalian berada di rumah, kemudian di antara kalian ada yang sudah ditentukan akan terbunuh di medan perang, maka mereka pasti akan keluar menuju tempat kematian itu." Allah melakukan semua yang telah terjadi pada perang Uhud demi kemaslahatan yang banyak. Di antaranya, untuk menguji keikhlasan yang ada di dalam dada kalian, dan juga untuk membersihkan hati kalian. Allah Maha Mengetahui hal-hal yang tersembunyi di dalam hati.