Skip to content

Al-Qur'an Surat An-Naml Ayat 47

An-Naml Ayat ke-47 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَّعَكَۗ قَالَ طٰۤىِٕرُكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُوْنَ ( النمل : ٤٧)

qālū
قَالُوا۟
They said
mereka berkata
iṭṭayyarnā
ٱطَّيَّرْنَا
"We consider you a bad omen
kami mendapat celaka
bika
بِكَ
"We consider you a bad omen
disebabkan kamu
wabiman
وَبِمَن
and those
dan dengan orang-orang
maʿaka
مَّعَكَۚ
with you"
bersamamu
qāla
قَالَ
He said
(Saleh) berkata
ṭāirukum
طَٰٓئِرُكُمْ
"Your bad omen
kecelakaanmu
ʿinda
عِندَ
(is) with
disisi
l-lahi
ٱللَّهِۖ
Allah
Allah
bal
بَلْ
Nay
bahkan/tetapi
antum
أَنتُمْ
you
kamu
qawmun
قَوْمٌ
(are) a people
kaum
tuf'tanūna
تُفْتَنُونَ
being tested"
kamu diuji

Transliterasi Latin:

Qāluṭ ṭayyarnā bika wa bimam ma'ak, qāla ṭā`irukum 'indallāhi bal antum qaumun tuftanụn (QS. 27:47)

English Sahih:

They said, "We consider you a bad omen, you and those with you." He said, "Your omen [i.e., fate] is with Allah. Rather, you are a people being tested." (QS. [27]An-Naml verse 47)

Arti / Terjemahan:

Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji". (QS. An-Naml ayat 47)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Mendengar nasihat Nabi Saleh tersebut, mereka menjawab, “Kami mendapat nasib yang malang seperti perpecahan di antara kami, kepahitan hidup, gagal panen, dan lain sebagainya, disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu. Sebelum kamu datang menyeru kepada kami, kami tidak menemukan nasib seperti ini." Nabi Saleh, berkata, “Nasibmu, baik itu nasib baik atau buruk adalah ada pada Allah sesuai dengan ketetapan-Nya, bukan kami yang menjadi sebab, tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji.” apakah setelah kedatangan Nabi Saleh, kamu beriman kepadanya atau tidak, Jika beriman, kamu akan mendapat pahala dan jika kafir kamu akan mendapatkan siksaan.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Kaum Samud yang ingkar itu menjawab seruan Nabi Saleh dengan mengatakan bahwa mereka merasa sial dengan seruan Nabi Saleh dan orang-orang yang beriman kepadanya. Semenjak Nabi Saleh menyeru mereka agar meninggalkan tuhan-tuhan mereka dan hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa, mereka telah ditimpa pelbagai malapetaka, seperti tidak turunnya hujan yang menyebabkan kekeringan dan lain-lain. Mereka percaya akan terus ditimpa bencana karena kemarahan tuhan-tuhan mereka akibat perbuatan Nabi Saleh itu. Tanda-tanda kesialan dan kedatangan bencana itu tampak pada setiap kali mereka melempar dan mengejuti burung, yang memberi tanda ramalan nasib mereka, burung itu memperlihatkan tanda-tanda yang tidak baik kepada mereka.
Mereka menjawab demikian karena kebodohan dan kepercayaan mereka kepada takhayul dan lain-lain. Sebagaimana orang-orang primitif yang percaya pada kekuatan-kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda di alam ini, di samping kekuatan gaib yang ada pada Allah sendiri, demikian pula halnya kaum Samud. Salah satu kepercayaan dan adat kebiasaan kaum Samud ialah apabila mereka dalam perjalanan jauh menemui burung-burung dari kanan ke arah kiri, mereka gembira. Hal yang demikian mengisyaratkan bahwa mereka boleh meneruskan perjalanan. Sebaliknya jika burung itu terbang dan lari dari kiri menuju ke arah kanan, hal itu menandakan bahwa ada musibah jika mereka tetap melakukan perjalanan jauh.
Nabi Saleh menjawab pernyataan kaumnya itu dengan mengatakan bahwa sesungguhnya apa saja yang menimpa mereka, apakah baik atau buruk, bahagia atau sengsara, adalah ketentuan Allah dan itulah qadha dan qadarnya. Tiada seorang pun yang dapat mengubah qadha dan qadar Allah itu. Jika Dia menghendaki, Dia akan memberikan rezeki. Jika Dia menghendaki, mereka tidak akan diberi-Nya rezeki sedikit pun. Ia beserta pengikut-pengikutnya tidak kuasa sedikit pun mendatangkan kesialan atau keberuntungan kepada mereka.
Kemudian Nabi Saleh menerangkan bahwa kesialan itu merupakan ujian dari Tuhan kepada mereka, apakah mereka mau mengikuti seruannya dan tidak lagi mengerjakan perbuatan-perbuatan terlarang yang biasa dikerjakan, atau tidak mau mengikutinya.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Mereka menjawab, "Kami mendapat kesialan) asalnya adalah Tathayyarna, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Tha setelah diganti menjadi Tha, kemudian ditarik Hamzah Washal, sehingga menjadi Iththayyarna. Artinya, kami merasa sial (disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu") yakni orang-orang Mukmin yang besertamu. Mereka mengatakan demikian karena mereka tertimpa kemarau panjang dan paceklik. (Saleh berkata, "Nasib kalian) yakni kesialan kalian (adapada sisi Allah) Dia-lah yang telah mendatangkannya kepada kalian, bukan kami (tetapi kalian kaum yang diuji") maksudnya sedang dicoba dengan kebaikan dan keburukan.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

"Hendaklah kalian meminta ampun kepada Allah, agar kalian mendapat rahmat.'' Mereka menjawab, ‘Kami mendapat nasib yang malang karena kamu, dan orang-orang yang besertamu.” (An Naml:46-47)

Yakni kami tidak melihat pada wajahmu dan wajah orang-orang yang mengikutimu suatu kebaikan pun. Mereka adalah orang-orang yang amat celaka, sehingga tidak sekali-kali ada seseorang dari mereka yang tertimpa keburukan, melainkan mengatakan bahwa ini akibat kesialan yang dibawa oleh Saleh dan para pengikutnya.

Mujahid mengatakan, kaum Samud menganggap Nabi Saleh dan para pengikutnya sebagai pembawa kesialan. Yang dimaksud dengan kesialan ini sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam kisah kaum Fir'aun, yaitu:

Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini adalah karena (usaha) kami.”Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. (Al A'raf:131), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini adalah dari sisi Allah.” Dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan, "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah.” (An Nisaa:78)

Yakni berdasarkan ketetapan dan takdir-Nya. Dan firman Allah Swt. yang menceritakan tentang penduduk suatu kota ketika kedatangan utusan-utusan Allah:

Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kalian, sesungguhnya jika kalian tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kalian dan kalian pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.” Utusan-utusan itu menjawab, "Kemalangan kalian itu adalah karena kalian sendiri.” (Yaa Siin:18-­19), hingga akhir ayat.

Dan dalam ayat surat ini disebutkan perkataan mereka melalui firman-Nya:

Kami mendapat nasib yang malang karena kamu dan orang-orang yang besertamu. Saleh berkata, "Nasib kalian ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab). (An Naml:47)

Maksudnya Allah-lah yang melakukan hal itu kepada kalian.

tetapi kalian kaum yang diuji. (An Naml:47)

Qatadah mengatakan, kalian diuji melalui ketaatan dan kedurhakaan. Makna lahiriah firman-Nya, "Tuftanun" artinya kalian sedang dibinasakan secara berangsur-angsur melalui kesesatan yang kalian kerjakan.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Mereka menjawab, "Kami merasa pesimis dan sial denganmu dan para pengikutmu. Kami jelas akan ditimpa kemalangan." Shâlih berkata, "Semua yang mendatangkan kebaikan atau keburukan yang kalian alami berasal dari Allah Swt. Sebenarnya kalian sedang mendapat cobaan, berupa kesenangan dan kesusahan, agar kalian nantinya beriman."