Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Furqan Ayat 43

Al-Furqan Ayat ke-43 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ ( الفرقان : ٤٣)

ara-ayta
أَرَءَيْتَ
Have you seen
tidakkah kamu perhatikan
mani
مَنِ
(one) who
orang
ittakhadha
ٱتَّخَذَ
takes
mengambil/menjadikan
ilāhahu
إِلَٰهَهُۥ
(as) his god
Tuhannya
hawāhu
هَوَىٰهُ
his own desire?
hawa nafsunya
afa-anta
أَفَأَنتَ
Then would you
apakah maka kamu
takūnu
تَكُونُ
be
kamu adalah/menjadi
ʿalayhi
عَلَيْهِ
over him
atasnya
wakīlan
وَكِيلًا
a guardian?
penjaga/pemelihara

Transliterasi Latin:

A ra`aita manittakhaża ilāhahụ hawāh, a fa anta takụnu 'alaihi wakīlā (QS. 25:43)

English Sahih:

Have you seen the one who takes as his god his own desire? Then would you be responsible for him? (QS. [25]Al-Furqan verse 43)

Arti / Terjemahan:

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, (QS. Al-Furqan ayat 43)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Sudahkah engkau, wahai Rasul melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya, dengan selalu mengikuti hawa nafsunya. Orang-orang jahiliah, seperti dituturkan oleh Ibnu Abbas, selalu berganti sesembahan. Manakala ada sesembahan yang dipandang lebih baik, mereka akan mengganti sesembahan yang lama dengan yang baru. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? Engkau, wahai Rasul, tidak akan bisa menahan mereka dari kesesatan, karena tugas kamu adalah menyampaikan ajaran.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Ibnu 'Abbas r.a. berkata, "Orang-orang pada zaman Jahiliah pernah menyembah batu yang putih selama beberapa masa. Akan tetapi, jika melihat sembahan lain yang lebih baik, maka ia meninggalkan batu putih itu dan memilih sembahan kedua yang lebih baik menurut ukuran hawa nafsunya. Sehubungan dengan itu turunlah ayat ini."
Pada ayat ini, Allah mencela orang-orang kafir Mekah yang mempertuhankan hawa nafsunya sehingga dijadikan landasan untuk semua urusan agamanya. Mereka tidak mendengarkan hujah yang nyata, dan penjelasan-penjelasan yang terang. Allah menasihatkan supaya Muhammad tidak terlalu memikirkan sikap mereka, karena beliau tidak ditugaskan untuk menyadarkan mereka agar beriman selamanya, apalagi jika mereka tidak mau melepaskan diri dari belenggu hawa nafsunya dan mengikuti petunjuk kepada kebenaran. Allah mengatakan bahwa Muhammad tidak menjadi pemelihara dan penjamin bagi mereka. Kewajiban Nabi saw hanya menyampaikan risalah saja. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (al-Gasyiyah/88: 22)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah kepada-Ku (tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya) maksudnya orang-orang yang menurutkan hawa nafsunya; dalam ungkapan ayat ini Maf'ul kedua didahulukan mengingat kedudukannya yang penting, yaitu lafal Ilaahahu. Sedangkan jumlah Manittakhadza Hawaahu adalah Maf'ul Awwal dari lafal Ara-aita, dan Maf'ul yang kedua adalah lafal Ilaahahu yang didahulukan tadi. (Maka apakah kamu dapat menjadi pemeliharanya?) yang dapat memelihara dia untuk tidak mengikuti hawa nafsunya? Tentu saja tidak.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Kemudian Allah Swt. berfirman mengingatkan kepada Nabi-Nya, bahwa orang yang telah ditakdirkan celaka dan sesat oleh Allah, maka tiada se­orang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya selain Allah Swt.

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al Furqaan:43)

Yakni mana saja yang dianggap baik oleh selera hawa nafsunya, maka itu adalah tuntunan dan panutannya. Sebagaimana yang disebut oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. (Fatir: 8), hingga akhir ayat.

Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:

Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Al Furqaan:43)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa dahulu di masa Jahiliah seseorang menyembah batu putih selama suatu masa. Maka bila ia melihat sesuatu yang lain yang lebih baik daripada batu putih sembahannya itu, ia beralih menyembahnya dan meninggalkan sembahan yang pertama.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Apakah kamu melihat, wahai Rasul, kesesatan orang yang mengikuti hawa nafsunya sehingga dia menyembah bebatuan yang tidak dapat mendatangkan bahaya dan manfaat? Akan tetapi kamu diutus hanya sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira, bukan untuk memaksa mereka untuk beriman dan mendapat hidayah.