Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Furqan Ayat 23

Al-Furqan Ayat ke-23 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا ( الفرقان : ٢٣)

waqadim'nā
وَقَدِمْنَآ
And We will proceed
dan Kami hadapi
ilā
إِلَىٰ
to
kepada
مَا
whatever
apa
ʿamilū
عَمِلُوا۟
they did
mereka kerjakan/amalkan
min
مِنْ
of
dari
ʿamalin
عَمَلٍ
(the) deed(s)
amal-amal
fajaʿalnāhu
فَجَعَلْنَٰهُ
and We will make them
lalu Kami jadikannya
habāan
هَبَآءً
(as) dust
debu
manthūran
مَّنثُورًا
dispersed
beterbangan

Transliterasi Latin:

Wa qadimnā ilā mā 'amilụ min 'amalin fa ja'alnāhu habā`am manṡụrā (QS. 25:23)

English Sahih:

And We will approach [i.e., regard] what they have done of deeds and make them as dust dispersed. (QS. [25]Al-Furqan verse 23)

Arti / Terjemahan:

Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqan ayat 23)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Kemudian Allah menjelaskan tentang nasib dari amal kebajikan yang telah diperbuat oleh orang kafir di akhirat nanti. Dan Kami akan perlihatkan segala amal kebajikan yang mereka kerjakan, seperti membantu orang miskin dan amal sosial lainnya. lalu Kami akan jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan. Sebab, perbuatan baik tidak akan diterima Allah jika pelakunya kafir. Hasil dari kebajikan itu hanya bermanfaat di dunia saja seperti mendapat pujian dan penghargaan dari masyarakat.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan sebab-sebab kemalangan dan kerugian orang kafir. Allah akan memperlihatkan segala perbuatan yang mereka anggap baik yang pernah dikerjakan selama hidup di dunia, seperti silaturrahim, menolong orang yang menderita, memberikan derma untuk meringankan bencana alam, memberi bantuan kepada rumah sakit dan yatim piatu, membebaskan atau menebus tawanan, dan sebagainya. Sebanyak apa pun kebaikan mereka, tidak akan memperoleh imbalan apa pun di sisi Allah. Mereka hanya dapat memandang kebaikan itu tanpa dapat mengambil manfaatnya sedikit pun. Kebaikan-kebaikan mereka itu lalu dijadikan Allah bagaikan debu yang beterbangan di angkasa karena tidak dilandasi iman yang benar kepada Allah. Mereka hanya bisa duduk termenung penuh dengan penyesalan. Itulah yang mereka rasakan sebagai akibat kekafiran dan kesombongan mereka.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

("Dan Kami hadapi) kami hadapkan (segala amal yang mereka kerjakan) amal kebaikan seperti sedekah, menghubungkan silaturahmi, menjamu tamu dan menolong orang yang memerlukan pertolongan sewaktu di dunia (lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.") amal perbuatan mereka tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu, tidak ada pahalanya sebab syaratnya tak terpenuhi, yaitu iman, akan tetapi mereka telah mendapatkan balasannya selagi mereka di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan (Al Furqaan:23).

Ini terjadi pada hari kiamat di saat Allah menghisab amal perbuatan yang telah dilakukan oleh semua hamba, amal yang baik dan amal yang buruk. Maka Allah memberitahukan bahwa orang-orang musyrik itu tidak akan memperoleh sesuatu imbalan pun dari amal-amal perbuatan yang telah mereka lakukan, padahal mereka menduga bahwa amal perbuatannya itu dapat menyelamatkan diri mereka. Demikian itu karena amal perbuatannya tidak memenuhi syarat yang diakui oleh syariat, yaitu ikhlas dalam beramal karena Allah atau mengikuti syariat Allah. Setiap amal perbuatan yang dilakukan tidak secara ikhlas dan tidak sesuai dengan tuntunan syariat yang diridai adalah batil. Amal perbuatan orang-orang kafir itu tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat tersebut, dan adakalanya kedua syarat tersebut tidak terpenuhi sehingga lebih jauh dari diterima. Untuk itu.Allah Swt. berfirman: Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kamijadi­kan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23)

Mujahid dan As'-Sauri mengatakan bahwa makna qadimna ialah Kami hadapi. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi, sedangkan sebagian lain ada yang mengatakannya 'Kami datangi'.

Firman Allah Swt.:

lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23)

Sufyan As-Sauri mengatakan dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23) Yaitu sinar matahari apabila memasuki sebuah lubang dinding.

Hal yang sama diriwayatkan dari perawi lainnya yang bukan hanya seorang, dari Ali r.a. Hal yang semisal diriwayatkan-pula dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id Ibnu Jubair, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.

Hal yang sama dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, yaitu sinar matahari yang memasuki lubang dinding rumah seseorang di antara kalian, seandainya dia meraupkan tangannya pada sinar itu, ia tidak dapat menangkapnya.

Ali ibnu AbuTalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23) Yang dimaksud ialah air yang ditumpahkan.

Abul Ahwas meriwayatkan dari Abu Ishaq. dari Al-Haris, dari Ali, “haba 'amansuran" bahwa makna al-haba ialah laratnya hewan. Hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak, juga dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al Furqaan:23) Tidakkah engkau melihat pohon yang kering bila tertiup angin? Makna yang dimaksud adalah seperti dedaunannya yang berguguran itu.

Abdullah Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Hakim, dari Abu Sari' At-Ta-i,dari Ubaid ibnu Ya'la yang mengatakan bahwa sesungguhnya al-haba itu adalah debu yang diterbangkan oleh angin.

Kesimpulan dari semua pendapat di atas mengisyaratkan kepada makna yang dikandung oleh ayat. Demikian itu karena mereka telah melakukan banyak amal perbuatan yang menurut dugaan mereka benar. Tetapi ketika ditampilkan di hadapan Raja, Hakim Yang Mahaadil, yang tidak pernah kelewat batas dan tidak pernah menganiaya seseorang (Dialah Allah), ternyata kosong belaka, tiada artinya sama sekali. Kemudian hal itu diumpamakan dengan sesuatu yang tiada artinya lagi berserakan, yang oleh pemiliknya tidak ada artinya sama sekali. Hal yang sama telah diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras. (Ibrahim:18), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan. (Al Baqarah: 264)

Juga firman Allah Swt.:

Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang- orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An Nuur:39)

Tafsir mengenainya telah disebutkan di dalam tafsir surat An-Nur.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Pada hari kiamat akan Kami beberkan perbuatan mereka yang berbentuk kebaikan dan kebaktian di dunia. Kemudian Kami hapuskan semua itu dan mereka tidak Kami beri pahala. Sebabnya adalah karena mereka tidak beriman. Padahal keimanan itulah yang membuat suatu amal perbuatan dapat diterima.