Al-Qur'an Surat Al-Hajj Ayat 31
Al-Hajj Ayat ke-31 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
حُنَفَاۤءَ لِلّٰهِ غَيْرَ مُشْرِكِيْنَ بِهٖۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَكَاَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاۤءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ اَوْ تَهْوِيْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ مَكَانٍ سَحِيْقٍ ( الحج : ٣١)
- ḥunafāa
- حُنَفَآءَ
- Being upright
- lurus/ikhlas
- lillahi
- لِلَّهِ
- to Allah
- bagi/kepada Allah
- ghayra
- غَيْرَ
- not
- bukan/tidak
- mush'rikīna
- مُشْرِكِينَ
- associating partners
- mempersekutukan
- bihi
- بِهِۦۚ
- with Him
- dengan-Nya/Dia
- waman
- وَمَن
- And whoever
- dan barangsiapa
- yush'rik
- يُشْرِكْ
- associates partners
- mempersekutukan
- bil-lahi
- بِٱللَّهِ
- with Allah
- dengan Allah
- faka-annamā
- فَكَأَنَّمَا
- then (it is) as though
- maka seakan-akan
- kharra
- خَرَّ
- he had fallen
- dia tersungkur/jatuh
- mina
- مِنَ
- from
- dari
- l-samāi
- ٱلسَّمَآءِ
- the sky
- langit
- fatakhṭafuhu
- فَتَخْطَفُهُ
- and (had) snatched him
- maka/lalu menyambarnya
- l-ṭayru
- ٱلطَّيْرُ
- the birds
- burung
- aw
- أَوْ
- or
- atau
- tahwī
- تَهْوِى
- had blown
- menerbangkan
- bihi
- بِهِ
- him
- dengannya/kepadanya
- l-rīḥu
- ٱلرِّيحُ
- the wind
- angin
- fī
- فِى
- to
- dalam
- makānin
- مَكَانٍ
- a place
- tempat
- saḥīqin
- سَحِيقٍ
- far off
- jauh
Transliterasi Latin:
Hunafā`a lillāhi gaira musyrikīna bih, wa may yusyrik billāhi fa ka`annamā kharra minas-samā`i fa takhṭafuhuṭ-ṭairu au tahwī bihir-rīḥu fī makānin saḥīq(QS. 22:31)
English Sahih:
Inclining [only] to Allah, not associating [anything] with Him. And he who associates with Allah – it is as though he had fallen from the sky and was snatched by the birds or the wind carried him down into a remote place. (QS. [22]Al-Hajj verse 31)
Arti / Terjemahan:
Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj ayat 31)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Menunaikan ibadah haji ke Baitullah hendaklah dengan landasan tauhid yang lurus, niat beribadah dengan ikhlas kepada Allah, semata-mata mengharapkan keridaan-Nya, tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Barang siapa mempersekutukan Allah, kapan dan di mana pun, selama menunaikan ibadah haji maupun sebelumnya, maka seakan-akan dia jatuh dari langit, karena terputus dari tali Allah hingga ibadahnya tidak diterima, lalu disambar oleh burung hingga dirinya makin jauh dari Allah, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh seperti layang-layang putus.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Ayat ini menegaskan bahwa manusia harus menjauhi berhala dan perkataan dusta dengan memurnikan ketaatan kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya. Kemudian Allah menjelaskan tentang besarnya dosa akibat mengerjakan perbuatan syirik. Siapa yang menyekutukan Allah, berarti telah membinasakan dirinya sendiri, karena orang yang berbuat syirik itu akan memperoleh malapetaka yang besar di dunia dan akhirat, tidak ada lagi harapan untuk memperoleh keselamatan bagi dirinya.
Ayat ini menyerupakan orang yang berbuat syirik dengan seorang yang jatuh dari langit yang tinggi, kemudian tubuhnya disambar oleh burung-burung buas yang beterbangan di angkasa, burung-burung itu memperebutkan tubuhnya, sehingga terkoyak-koyak menjadi bagian-bagian yang kecil, lalu dagingnya dimakan oleh burung-burung itu, atau tubuhnya itu diterbangkan angin sampai terlempar ke tempat yang jauh, ada yang jatuh ke dalam laut, ada yang jatuh ke dalam jurang yang dalam dan sebagainya. Maka tidak ada sesuatu pun yang dapat diharapkan lagi dari orang itu, kecuali menerima kesengsaraan dan azab yang kekal.
Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya. (an-Nisa`/4: 167)
Dan firman Allah:
Katakanlah (Muhammad), "Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan." (al-An'am/6: 71)
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Dengan ikhlas kepada Allah) yakni berserah diri kepada-Nya serta berpaling dari semua agama selain dari agama-Nya (tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia) kalimat ayat ini mengukuhkan makna kalimat yang sebelumnya dan keduanya itu merupakan Hal atau kata keterangan dari dhamir Wawu. (Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah terjungkal) yakni jatuh (dari langit lalu disambar oleh burung) diambil dengan cepat (atau diterbangkan oleh angin yang melemparkannya) yang menjatuhkannya (ke tempat yang jauh sekali) sangat jauh sehingga tidak dapat diharapkan lagi keselamatannya.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Firman Allah Swt.:
dengan ikhlas kepada Allah.
Yakni dengan mengikhlaskan niat dalam beragama karena Allah, menyimpang dari kebatilan menuju ke jalan yang hak. Karena itulah dalam firman Allah Swt. selanjutnya disebutkan:
tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia.
Kemudian Allah Swt. membuatkan tamsil (perumpamaan) perihal orang musyrik dalam hal kesesatannya dan kebinasaannya dan kejauhannya dari jalan hidayah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung.
Maksudnya, terjatuh dari ketinggian, lalu disambar oleh burung selagi masih di udara.
atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.
Yaitu jauh lagi membinasakan setiap orang yang terjatuh padanya. Karena itu, telah disebutkan di dalam hadis Al-Barra yang menyebutkan bahwa sesungguhnya orang kafir itu apabila dimatikan oleh malaikat pencabut nyawa, mereka langsung membawa naik rohnya ke langit. Akan tetapi, semua pintu langit tidak dibukakan untuknya. Akhirnya rohnya dilemparkan dari langit (ke tempat yang jauh). Kemudian Al-Barra membaca ayat ini. Hadis ini telah disebutkan berikut semua teks dan jalur-jalur periwayatannya di dalam tafsir surat Ibrahim.
Allah Swt. telah membuat perumpamaan lainnya bagi orang-orang musyrik di dalam surat Al-An'am, yaitu melalui firman-Nya:
Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain dari Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan, dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan), 'Marilah ikuti kami, Katakanlah, 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk' (Al An'am:71), hingga akhir ayat."
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Jadilah kalian orang-orang yang ikhlas kepada Allah, haus untuk mengikuti kebenaran dan tidak menyekutukan Allah dalam beribadah. Barangsiapa yang menyekutukan Allah, maka ia benar-benar telah terjatuh dari benteng keimanan, diburu berbagai macam kesesatan, dan memasrahkan dirinya kepada suatu bentuk kehancuran yang paling menyeramkan. Keadaan mereka pada saat itu seperti seseorang yang badannya hancur berkeping-keping karena terjatuh dari langit. Badan yang hancur itu kemudian dipatuki oleh burung hingga habis atau diterpa angin hingga bercerai berai di tempat-tempat yang berjauhan.