Al-Qur'an Surat Taha Ayat 87
Taha Ayat ke-87 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
قَالُوْا مَآ اَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلٰكِنَّا حُمِّلْنَآ اَوْزَارًا مِّنْ زِيْنَةِ الْقَوْمِ فَقَذَفْنٰهَا فَكَذٰلِكَ اَلْقَى السَّامِرِيُّ ۙ ( طٰهٰ : ٨٧)
- qālū
- قَالُوا۟
- They said
- mereka berkata
- mā
- مَآ
- "Not
- tidak
- akhlafnā
- أَخْلَفْنَا
- we broke
- kami menyalahi/melanggar
- mawʿidaka
- مَوْعِدَكَ
- promise to you
- perjanjianmu
- bimalkinā
- بِمَلْكِنَا
- by our will
- dengan kemauan kami
- walākinnā
- وَلَٰكِنَّا
- but we
- akan tetapi kami
- ḥummil'nā
- حُمِّلْنَآ
- [we] were made to carry
- kami disuruh membawa
- awzāran
- أَوْزَارًا
- burdens
- beban-beban
- min
- مِّن
- from
- dari
- zīnati
- زِينَةِ
- ornaments
- perhiasan
- l-qawmi
- ٱلْقَوْمِ
- (of) the people
- kaum
- faqadhafnāhā
- فَقَذَفْنَٰهَا
- so we threw them
- maka kami melemparkan
- fakadhālika
- فَكَذَٰلِكَ
- and thus
- maka demikian itu
- alqā
- أَلْقَى
- threw
- melemparkan
- l-sāmiriyu
- ٱلسَّامِرِىُّ
- the Samiri"
- Samiri
Transliterasi Latin:
Qālụ mā akhlafnā mau'idaka bimalkinā wa lākinnā ḥummilnā auzāram min zīnatil-qaumi fa qażafnāhā fa każālika alqas-sāmiriyy(QS. 20:87)
English Sahih:
They said, "We did not break our promise to you by our will, but we were made to carry burdens from the ornaments of the people [of Pharaoh], so we threw them [into the fire], and thus did the Samiri throw." (QS. [20]Taha verse 87)
Arti / Terjemahan:
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya", (QS. Taha ayat 87)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Dengan penuh penyesalan mereka berkata, “Wahai Nabi Musa, kami memang bersalah, namun kami tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami harus membawa beban berat ketika meninggalkan Mesir yang terdiri dari perhiasan kaum itu, yaitu orang-orang Mesir, kemudian kami melemparkannya ke dalam api, dan demikian pula Samiri melemparkannya ke api itu.”
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Kaumnya menjawab, "Kami melanggar janji itu bukanlah dengan kemauan dan kehendak kami, karena kami tidak dapat menguasai diri kami. Andaikata kami dibiarkan saja menurut kemauan kami, tentulah kami tidak akan berbuat seperti ini. Tetapi Samiri telah memperdayakan kami yang bodoh ini sehingga kami tertarik oleh kata-kata dan bujuk rayunya yang mempesona hati kami. Samiri telah memaksa kami memikul beban yang berat yang terdiri dari perhiasan-perhiasan yang dipinjamkannya dari bangsa Mesir sewaktu kami akan berangkat meninggalkan Mesir. Dia mengatakan bahwa nanti akan diadakan hari raya, karena perhiasan-perhiasan itu harus dibawa dan kamilah yang diperintahkan untuk memikulnya. Hal ini disembunyikannya terhadapmu hai Musa karena dia takut akan dilarang membawanya. Sepeninggal engkau kami disuruhnya menggali lubang yang besar di tanah dan menyalakan api untuk membakar perhiasan itu, maka kami lemparkan semua perhiasan yang kami bawa."
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri) lafal Bimalkinaa dapat pula dibaca Bimilkinaa atau Bimulkinaa, artinya dengan kehendak kami sendiri, atau dengan kemauan kami sendiri (tetapi kami disuruh membawa) dapat dibaca Hammalnaa atau Hummilnaa (beban-beban) yakni beban yang berat-berat (dari perhiasan kaum itu) yakni perhiasan milik kaum Firaun, yang mereka pinjam dahulu untuk keperluan pengantin, kini perhiasan itu masih berada di tangan mereka (maka kami telah melemparkannya) kami mencampakkannya ke dalam api atas perintah Samiri (dan demikian pula) sebagaimana kami melemparkannya (Samiri melemparkannya") yakni ia pun ikut melemparkan perhiasan kaum Firaun yang masih ada padanya dan ia melemparkan pula tanah Yang ia ambil dari bekas teracak kuda malaikat Jibril dengan cara seperti berikut ini.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Firman Allah Swt.:
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati.
sesudah Allah mewartakan kepadanya kisah tersebut. Musa kembali kepada kaumnya dengan rasa marah dan murka terhadap mereka, padahal saat itu Musa sedang menjalankan apa yang menjadi kebaikan bagi mereka yang karenanya ia menerima kitab Taurat. Di dalam kitab Taurat terdapat syariat buat mereka, terkandung pula kemuliaan mereka. Tetapi mereka adalah suatu kaum yang menyembah selain Allah, hal tersebut tidaklah dilakukan oleh orang yang berakal sehat. Sudah jelaslah kebatilan perbuatan mereka dan hal itu menunjukkan akan kedangkalan serta kekurangan akal dan hati mereka. Karena itulah maka disebutkan dalam ayat ini bahwa Musa kembali kepada mereka dalam keadaan marah dan murka. Yang dimaksud dengan murka ialah kemarahan yang sangat atau marah berat.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
dalam keadaan marah dan bersedih hati.
Yaitu dengan kesal hati,
Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa al-asaf artinya bersedih hati atas perbuatan kaumnya sepeninggal dia.
Berkata Musa, "Hai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah menjanjikan kepada kalian suatu janji yang baik?"
Yakni bukankah Dia telah menjanjikan kepada kalian melalui lisanku kebaikan dunia dan akhirat serta akibat yang terpuji, seperti yang telah kalian rasakan sendiri, yaitu Dia telah memberikan pertolongan-Nya kepada kalian dalam menghadapi musuh kalian sehingga kalian beroleh kemenangan atasnya, juga nikmat-nikmat lainnya yang telah diberikan oleh Dia kepada kalian.
Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagi kalian.
Yakni masa tunggu kalian terhadap apa yang dijanjikan oleh Allah untuk kalian dan kalian melupakan nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya, padahal masa itu masih hangat dan belum lama.
Atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa kalian?
Am dalam ayat ini bermakna bal yang menunjukkan arti idrab (mengenyampingkan) kalimat pertama, lalu mengalihkan pembicaraan kepada kalimat selanjutnya. Seakan-akan dikatakan bahwa 'atau kalian menghendaki dengan perbuatan kalian ini agar Tuhan menimpakan murkaNya kepada kalian, yang hal itu berarti kalian ingkar janji kepadaku'. Kaum Bani Israil menjawab apa yang diperingatkan oleh Musa kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kamauan kami sendiri. (Thaahaa:87)
Yakni dengan keinginan dan pilihan kami sendiri. Kemudian Bani Israil mengemukakan alasannya yang munafik itu yang lahiriahnya menggambarkan tentang kesucian mereka terhadap perhiasan orang Mesir yang ada di tangan niereka dari hasil pinjaman saat mereka keluar meninggalkan negeri Mesir, sedangkan perhiasan itu masih ada di tangan mereka. Mereka mengatakan, "Kami melemparkan perhiasan itu semuanya (ke dalam api itu)."
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan berkenaan dengan hadis fitnah, bahwa Harun a.s. adalah orang yang memerintahkan kepada mereka untuk melemparkan semua perhiasan itu di lubang galian yang telah dinyalakan api di dalamnya.
Kisah tersebut menurut riwayat As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Harun bermaksud agar semua perhiasan itu dikumpulkan di dalam lubang galian itu menjadi satu dan dilebur menjadi satu sambil menunggu kedatangan Musa, maka Musalah kelak yang akan memutuskannya menurut apa yang dikehendakinya.
Kemudian datanglah Samiri, lalu ia melemparkan ke dalam galian itu segenggam tanah yang telah diambilnya dari bekas telapak (kuda) Malaikat Jibril. Samiri meminta pula kepada Harun agar mendoakan kepada Allah Swt. semoga Allah memperkenankan suatu permintaannya. Harun berdoa kepada Allah, memohon perkenan bagi Samiri, sedangkan ia sendiri tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Samiri. Doa Harun diterima oleh Allah, lalu Samiri berkata saat itu juga, "Saya memohon kepada Allah agar apa yang saya lemparkan itu menjadi anak lembu." Dan jadilah anak lembu yang dimintanya itu sekaligus ada suaranya. Hal ini terjadi sebagai istidraj, penangguhan azab, ujian, dan cobaan dari Allah kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
dan demikian pula Samiri melemparkannya, kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara. (Thaahaa:87-88)
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Dengan meminta maaf, pengikut Mûsâ berkata, "Kami tidak melanggar janjimu atas kemauan kami sendiri. Ketika keluar dari Mesir, kami diberi beban membawa perhiasan-perhiasan kaum kami yang cukup berat. Kemudian kami berpendapat--karena takut barang-barang perhiasan itu akan membawa sial bagi kami--untuk membuangnya." Lalu Sâmiriy menyalakan api di sebuah lobang dan melemparkan perhiasan- perhiasan itu ke dalamnya. Sâmiriy sendiri ikut melemparkan perhiasan yang dibawanya.