Skip to content

Al-Qur'an Surat Taha Ayat 124

Taha Ayat ke-124 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى ( طٰهٰ : ١٢٤)

waman
وَمَنْ
And whoever
dan barangsiapa
aʿraḍa
أَعْرَضَ
turns away
ia berpaling
ʿan
عَن
from
dari
dhik'rī
ذِكْرِى
My remembrance
peringatan-Ku
fa-inna
فَإِنَّ
then indeed
maka sesungguhnya
lahu
لَهُۥ
for him
baginya
maʿīshatan
مَعِيشَةً
(is) a life
penghidupan
ḍankan
ضَنكًا
straitened
sulit/sempit
wanaḥshuruhu
وَنَحْشُرُهُۥ
and We will gather him
dan Kami akan mengumpulkannya
yawma
يَوْمَ
(on the) Day
hari
l-qiyāmati
ٱلْقِيَٰمَةِ
(of) the Resurrection
kiamat
aʿmā
أَعْمَىٰ
blind"
buta

Transliterasi Latin:

Wa man a'raḍa 'an żikrī fa inna lahụ ma'īsyatan ḍangkaw wa naḥsyuruhụ yaumal-qiyāmati a'mā (QS. 20:124)

English Sahih:

And whoever turns away from My remembrance – indeed, he will have a depressed [i.e., difficult] life, and We will gather [i.e., raise] him on the Day of Resurrection blind." (QS. [20]Taha verse 124)

Arti / Terjemahan:

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Taha ayat 124)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Pada ayat ini Allah memberi peringatan dan ancaman bagi mereka yang berpaling dari petunjuk-Nya. Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku dan enggan mengikuti petunjuk-Ku, maka sungguh dia akan mendapat balasan dengan menjalani kehidupan yang sempit sehingga selalu merasa kurang meski sudah memperoleh banyak rezeki di dunia, dan Kami akan mengumpulkannya kelak pada hari kiamat dalam keadaan buta sehingga tidak dapat meniti jalan ke surga.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah menerangkan bahwa orang-orang yang berpaling dari ajaran Al-Qur'an tidak mengindahkannya dan menentang petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya maka sebagai hukumannya dia akan selalu hidup dalam kesempitan dan kesulitan. Dia akan selalu bimbang dan gelisah walaupun dia memiliki kekayaan, pangkat dan kedudukan karena selalu diganggu oleh pikiran dan khayalan yang bukan-bukan mengenai kekayaan dan kedudukannya itu. Dia akan selalu dibayangi oleh momok kehilangan kesenangan yang telah dicapainya, sehingga ia melakukan tindakan-tindakan yang menimbulkan kebencian dan kerugian dalam masyarakatnya. Kemudian di akhirat nanti ia akan dikumpulkan Allah bersama manusia lain dalam keadaan buta mata hatinya. Sebagaimana dia di dunia selalu menolak petunjuk-petunjuk Allah yang terang benderang dan memicingkan matanya agar petunjuk itu jangan terlihat olehnya sehingga ia berlarut-larut dalam kesesatan, demikian pula di akhirat ia tidak dapat melihat suatu alasan pun untuk membela dirinya dari ketetapan Allah Yang Mahaadil.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa orang yang berpaling dari ajaran Allah itu memang menjadi buta panca indera tidak melihat suatu apapun sebagai tambahan siksaan atasnya. Seseorang yang buta di kala terjadi huru-hara dan melapetaka akan lebih kalang-kabut pikirannya karena tidak tahu apa yang akan dibuat dan tidak tentu arah yang akan dituju untuk menyelamatkan dirinya karena tidak melihat dari mana datangnya bahaya yang mengancam. Tetapi sesudah itu matanya akan menjadi terang kembali karena melihat sendiri buku catatan amalnya dan bagaimana hebat dan dahsyatnya siksaan neraka sebagaimana tersebut dalam ayat:
Dan orang yang berdosa melihat neraka, lalu mereka menduga, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya, dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (al-Kahf/18: 53)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku) yakni Alquran, yaitu dia tidak beriman kepadanya (maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit) lafal Dhankan ini merupakan Mashdar artinya sempit. Ditafsirkan oleh sebuah hadis, bahwa hal ini menunjukkan tentang diazabnya orang kafir di dalam kuburnya (dan Kami akan mengumpulkannya) orang yang berpaling dari Alquran (pada hari kiamat dalam keadaan buta") penglihatannya.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku.

Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari selainnya.

maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.

Yakni kehidupan yang sempit di dunia. Maka tiada ketenangan baginya dan dadanya tidak lapang, bahkan selalu sempit dan sesak karena kesesatannya, walaupun pada lahiriahnya ia hidup mewah dan memakai pakaian apa saja yang disukainya, memakan makanan apa saja yang disukainya, dan bertempat tinggal di rumah yang disukainya. Sekalipun hidup dengan semua kemewahan itu, pada hakikatnya hatinya tidak mempunyai keyakinan yang mantap dan tidak mempunyai pegangan petunjuk, bahkan hatinya selalu khawatir, bingung, dan ragu. Dia terus-menerus tenggelam di dalam keragu-raguannya. Hal inilah yang dimaksudkan dengan penghidupan yang sempit.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:

maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.
Yaitu kesengsaraan.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.
Segala sesuatu yang Aku berikan kepada seorang hamba, sedikit atau banyak, ia tidak bertakwa kepada-Ku karenanya, maka tiada kebaikan pada sesuatu itu, inilah yang dimaksud dengan kehidupan yang sempit.

Ibnu Abbas mengatakan pula bahwa sesungguhnya bila ada suatu kaum yang sesat, mereka berpaling dari kebenaran, padahal kehidupan mereka makmur dan mudah lagi bersikap sombong, maka itulah yang dinamakan kehidupan yang sempit. Dikatakan demikian karena mereka memandang bahwa tidaklah Allah menentang prinsip kehidupan mereka yang berburuk sangka kepada Allah dan mendustakan-Nya. Apabila seorang hamba mendustakan Allah dan berburuk sangka terhadap-Nya serta tidak percaya kepada-Nya, maka kehidupannya menjadi keras, dan kehidupan yang keras inilah yang dimaksud dengan kehidupan yang sempit dalam ayat ini.

Ad-Dahhak mengatakan, kehidupan yang sempit ialah pekerjaan yang buruk dan rezeki yang kotor. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan Malik ibnu Dinar.

Sufyan ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Abu Hazim, dari Abu Salamah, dari Abu Sa'id sehubungan dengan makna firman-Nya:

kehidupan yang sempit.
Bahwa kuburannya menjepitnya (mengimpitnya) sehingga tulang-tulang iganya berantakan (bila ia telah mati nanti). Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa An-Nu'man ibnu Abu Iyasy nama julukannya adalah Abu Salamah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaahaa:124) Bahwa makna yang dimaksud ialah kuburan mengimpitnya.

Predikat mauquf hadis ini lebih dibenarkan (daripada predikat marfu -nya).

Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Sa'd, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Ibnu Hujairah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya:

maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.
Nabi Saw. bersabda: Penghidupan yang sempit yang disebutkan oleh Allah ialah Dia menguasakan si orang kafir kepada sembilan puluh sembilan ular, yang semuanya menggerogoti dagingnya sampai hari kiamat terjadi.

Al-Bazzar mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya:

maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.
Bahwa yang dimaksud ialah azab kubur. Sanad hadis berpredikat jayyid.

Firman Allah Swt.:

dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.

Menurut Mujahid, Abu Saleh, dan As-Saddi, makna yang dimaksud ialah bahwa orang yang bersangkutan tidak mempunyai alasan kelak di hari kiamat untuk membela dirinya. Ikrimah mengatakan bahwa orang kafir dibutakan matanya dari segala sesuatu, kecuali neraka Jahanam. Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud ialah orang kafir dibangkitkan atau digiring ke neraka dalam keadaan buta penglihatan, juga buta hatinya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. (Al Israa':97), hingga akhir ayat.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Tetapi, sebaliknya, siapa saja yang tidak mau menerima petunjuk Allah dan tidak pula menaati-Nya, ia tak akan mendapat kebahagiaan hidup di dunia, sehingga tak akan pernah merasa puas dengan pemberian Allah dan tak akan pasrah dengan qadlâ' dan qadar-Nya. Sehingga, begitu hari kiamat tiba, ia akan datang ke tempat perhitungan untuk dibalas atas dosa-dosanya, dalam keadaan tidak mampu berkilah dan beralasan. Ia bagai orang buta, seperti ia buta terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah ketika hidup di dunia dulu.