Al-Qur'an Surat Taha Ayat 1
Taha Ayat ke-1 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
طٰهٰ ۚ ( طٰهٰ : ١)
- tta-ha
- طه
- Ta Ha
- Taahaa
Transliterasi Latin:
ṭā hā(QS. 20:1)
English Sahih:
Ta, Ha. (QS. [20]Taha verse 1)
Arti / Terjemahan:
Thaahaa. (QS. Taha ayat 1)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Bila surah sebelumnya ditutup dengan berita kebinasaan umat terdahulu karena kedurhakaan mereka, surah ini diawali dengan penjelasan bahwa Al-Qur’an turun untuk kebaikan, bukan kesusahan, bagi umat. Taha.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
thaha termasuk huruf-huruf hijaiyyah yang terletak pada permulaan beberapa surah Al-Qur'an. Para Mufassirin berbeda pendapat tentang maksud huruf-huruf itu. Untuk jelasnya dipersilahkan menela`ah kembali uraian yang ada pada permulaan surah al-Baqarah jilid I "Al-Qur'an dan tafsirnya" dengan judul "Fawatihus Suwar".
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Tha Ha) hanya Allahlah yang mengetahui maksudnya
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Pembahasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surat-surat Al-Qur'an telah diterangkan di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
[[20 ~ THAHA Pendahuluan: Makkiyyah, 135 ayat ~ Seluruh ayat, yang berjumlah 135, dalam surat ini diturunkan di Mekah, kecuali ayat 130 dan 131. Surat ini dimulai dengan penyebutan dua huruf yang digunakan untuk menunjukkan kemukjizatan al-Qur'ân dan untuk menarik perhatian orang-orang yang mendengarnya. Setelah itu, dijelaskan kedudukan al-Qur'ân yang mulia dan terhormat karena diturunkan oleh Allah swt., Sang Penguasa langit dan bumi yang mengetahui semua rahasia. Selanjutnya, dijelaskan kisah Nabi Mûsâ dengan Fir'aun, awal mula diutusnya Mûsâ, permohonan Mûsâ agar Hârûn dijadikan penolong dan pembantunya, serta keadaan mereka berdua saat bertemu dengan Fir'aun setelah sebelumnya mereka merasa takut bertemu karena kezalimannya. Di sela-sela itu Allah menjelaskan perjalanan hidup Nabi Mûsâ a. s. Dalam surat ini, juga dipaparkan dialog yang terjadi antara Mûsâ dengan Fir'aun dan Mûsâ dengan para ahli sihir, kekhawatiran Mûsâ akan kalah di hadapan para penyihir, tongkat Mûsâ yang berubah menjadi ular dan menelan semua tali yang mereka lemparkan, sikap akhir para tukang sihir yang menyatakan beriman dan penyiksaan Fir'aun terhadap mereka. Selain itu, diceritakan pula kisah Mûsâ dan Banû Isrâ'îl yang selamat dari kejaran Fir'aun yang tenggelam ketika mengikuti mereka setelah air laut terbelah, sampai ke bukit Thûr. Disebutkan bahwa ketika di sana, Mûsâ meninggalkan kaumnya guna bermunajat kepada Tuhan, lalu Sâmiriy menghasut mereka agar menyembah patung anak lembu yang terbuat dari emas. Patung tersebut dapat menimbulkan suara akibat angin yang masuk ke dalam rongga patung itu. Nabi Mûsâ murka dengan kejadian itu, kemudian menarik kepala Hârûn. Kemudian, dalam surat ini diterangkan juga kesudahan nasib yang menimpa Sâmiriy. Allah mengisyaratkan agar kisah Mûsâ dan kisah-kisah lainnya dapat dijadikan pelajaran. Pada bagian akhir surat ini terdapat beberapa wasiat untuk bersabar, menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik, perintah melaksanakan salat, kerancuan tuntutan orang-orang musyrik ketika meminta mukjizat selain al-Qur'ân dan petunjuk Allah tentang hikmah diutusnya para rasul. Sebagai khatimah, surat ini ditutup dengan penjelasan bahwa orang-orang kafir akan mendapat siksa, dan orang-orang Mukmin akan mendapat pahala.]] Thâ, Hâ. Allah sengaja mengawali surat ini dengan menyebut dua huruf fonemis itu, seperti pada beberapa surat lain, untuk menantang orang-orang yang ingkar, di samping sebagai isyarat bahwa al-Qur'ân tersusun dari huruf-huruf yang mereka gunakan dalam tutur bahasa mereka sehari-hari. Kendati demikian, mereka tetap tidak mampu mendatangkan satu surat pendek atau beberapa ayat saja yang serupa dengan surat dan ayat al-Qur'ân.
Asbabun Nuzul
Surat Taha Ayat 1
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa pada permulaan turun wahyu, Nabi saw. suka shalat dengan berdiri pada kedua ujung jari kakinya (berjingkat). Maka sehubungan dengan tekanan badannya yang berganti-ganti di atas kedua ujuk jari kakinya (yang memberatkan beliau itu), turunlah ayat ini (Thaahaa: 1-2) sebagai petunjuk agar tidak tersiksa dalam melakukan shalat.
Diriwayatkan oleh Abd bin Humaid di dalam tafsir-nya, yang bersumber dari ar-Rabi bin Anas bahwa apabila Nabi saw. berdiri shalat, beliau suka berganti-ganti tekanan badannya di atas kedua kakinya untuk menghilangkan rasa penat. Maka turunlah ayat ini (Thaahaa: 1-2) sebagai petunjuk kepada beliau.
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari al-Aufi yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa kaum kafir Quraisy berkata: "Orang ini (Muhammad) telah disusahkan oleh Rabb-nya." Maka turunlah ayat ini (Thaahaa: 1-2) sebagai bantahan atas ucapan mereka.