Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Kahf Ayat 70

Al-Kahf Ayat ke-70 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

قَالَ فَاِنِ اتَّبَعْتَنِيْ فَلَا تَسْـَٔلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ حَتّٰٓى اُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا ࣖ ( الكهف : ٧٠)

qāla
قَالَ
He said
(Khaidir) berkata
fa-ini
فَإِنِ
"Then if
maka jika
ittabaʿtanī
ٱتَّبَعْتَنِى
you follow me
kamu mengikuti aku
falā
فَلَا
(do) not
maka janganlah
tasalnī
تَسْـَٔلْنِى
ask me
kamu menanyakan kepadaku
ʿan
عَن
about
dari
shayin
شَىْءٍ
anything
sesuatu
ḥattā
حَتَّىٰٓ
until
sehingga
uḥ'ditha
أُحْدِثَ
I present
aku ceritakan
laka
لَكَ
to you
kepadamu
min'hu
مِنْهُ
of it
daripadanya
dhik'ran
ذِكْرًا
a mention"
pelajaran

Transliterasi Latin:

Qāla fa inittaba'tanī fa lā tas`alnī 'an syai`in ḥattā uḥdiṡa laka min-hu żikrā (QS. 18:70)

English Sahih:

He said, "Then if you follow me, do not ask me about anything until I make to you about it mention [i.e., explanation]." (QS. [18]Al-Kahf verse 70)

Arti / Terjemahan:

Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". (QS. Al-Kahf ayat 70)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Nabi Khidr memperkenankan permintaan Nabi Musa, tetapi dengan sebuah syarat. Dia berkata, "Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun yang aku lakukan walaupun engkau tidak mengerti atau tidak menyetujuinya, sampai aku menerangkannya kepadamu bagaimana sebenarnya peristiwa itu terjadi menurut pengetahuan yang diberitahukan Allah kepadaku."

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini, Khidir dapat menerima Musa a.s. dengan pesan, "Jika kamu (Nabi Musa) berjalan bersamaku (Khidir) maka janganlah kamu bertanya tentang sesuatu yang aku lakukan dan tentang rahasianya, sehingga aku sendiri menerangkan kepadamu duduk persoalannya. Jangan kamu menegurku terhadap sesuatu perbuatan yang tidak dapat kau benarkan hingga aku sendiri yang mulai menyebutnya untuk menerangkan keadaan yang sebenarnya."
Nabi Musa mau menerima syarat itu, memang sebenarnya sikap Nabi Musa yang demikian itu merupakan sopan-santun orang yang terpelajar terhadap cendekiawan, sikap sopan-santun murid dengan gurunya atau sikap pengikut dengan yang diikutinya. Kadang-kadang rahasia guru atau orang yang diikuti belum tentu dipahami oleh murid atau pengikutnya ketika itu juga, tetapi baru dapat dipahami kelak di kemudian hari.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dia mengatakan, "Jika kamu ingin mengikuti saya, maka janganlah kamu menanyakan kepada saya) Dalam satu qiraat dibaca dengan Lam berbaris fatah dan Nun bertasydid (tentang sesuatu) yang kamu ingkari menurut pengetahuanmu dan bersabarlah kamu jangan menanyakannya kepadaku (sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu)" hingga aku menuturkan perihalnya kepadamu berikut sebab musababnya. Lalu Nabi Musa menerima syarat itu, yaitu memelihara etika dan sopan santun murid terhadap gurunya.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

Dia berkata, "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun."

Yakni memulai menanyakannya.

s...ampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.

Yaitu aku sendirilah yang akan menjelaskannya kepadamu, sebelum itu kamu tidak boleh mengajukan suatu pertanyaan pun kepadaku.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Jubair, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, dari Harun, dari Ubaidah, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Musa a.s. bertanya kepada Tuhannya, "Wahai Tuhanku, hamba-hamba-Mu yang manakah yang paling disukai olehmu?" Allah Swt. menjawab, "Orang yang selalu ingat kepada-Ku dan tidak pernah melupakan Aku." Musa bertanya, "Siapakah di antara hamba-hamba-Mu yang paling adil?" Allah menjawab, "Orang yang memutuskan (perkara) dengan hak dan tidak pernah memperturutkan hawa nafsunya." Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, siapakah di antara hamba-hamba-Mu yang paling alim?" Allah berfirman, "Orang yang rajin menimba il­mu dari orang lain dengan tujuan untuk mencari suatu kalimah yang da­pat memberikan petunjuk ke jalan hidayah untuk dirinya, atau menyelamat­kan dirinya dari kebinasaan." Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah di bumi-Mu ini ada sese­orang yang lebih alim daripada aku?" Allah berfirman, "Ya, ada." Musa bertanya, "Siapakah dia?" Allah berfirman, "Dialah Khidir." Musa berta­nya, "Di manakah saya harus mencarinya?" Allah berfirman, "Di pantai di dekat sebuah batu besar tempat kamu akan kehilangan ikan padanya." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Musa berangkat men­carinya, dan kisah selanjutnya adalah seperti apa yang telah disebutkan oleh Allah Swt. di dalam kitab-Nya, hingga akhirnya sampailah Musa di dekat batu besar itu. Ia bersua dengan Khidir, masing-masing dari kedua­nya mengucapkan salam kepada yang lainnya. Musa berkata kepadanya, "Sesungguhnya saya suka menemanimu." Khidir menjawab, "Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup sabar bersa­maku." Musa berkata, "Tidak, saya sanggup." Khidir berkata, "Jika ka­mu menemaniku:

...maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.”
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Khidir membawa Musa be­rangkat menempuh jalan laut, hingga sampailah ke tempat bertemunya dua buah lautan, tiada suatu tempat pun yang airnya lebih banyak daripada tempat itu. Kemudian Allah mengirimkan seekor burung pipit, lalu burung pipit itu menyambar seteguk air dengan paruhnya. Khidir berkata kepada Musa, Berapa banyakkah air yang disambar oleh burung pipit ini menurut­mu?" Musa menjawab, "Sangat sedikit." Khidir berkata, "Hai Musa, sesungguhnya ilmuku dan ilmumu dibandingkan dengan ilmu Allah, sama dengan apa yang diambil oleh burung pipit itu dari lautan ini." Sebelum peristiwa ini pernah terdetik di dalam hati Musa bahwa tiada seorang pun yang lebih alim daripada dia. Atau Musa pernah me­ngatakan demikian. Karena itulah maka Allah memerintahkan kepadanya untuk mendatangi Khidir. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya ini menyang­kut pelubangan perahu, pembunuhan terhadap seorang anak muda, dan pembetulan dinding yang akan runtuh, serta takwil dari semua perbuatan tersebut.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Hamba saleh itu berkata lagi, "Kalau kamu mengikuti aku, lalu melihat sesuatu yang tidak kau sukai, jangan bertanya tentang hal itu sebelum aku sendiri menjelaskannya kepadamu."