Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Isra' Ayat 83

Al-Isra' Ayat ke-83 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَاِذَآ اَنْعَمْنَا عَلَى الْاِنْسَانِ اَعْرَضَ وَنَاٰ بِجَانِبِهٖۚ وَاِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَـُٔوْسًا ( الاسراۤء : ٨٣)

wa-idhā
وَإِذَآ
And when
dan apabila
anʿamnā
أَنْعَمْنَا
We bestow favor
Kami beri kesenangan
ʿalā
عَلَى
on
atas/kepada
l-insāni
ٱلْإِنسَٰنِ
man
manusia
aʿraḍa
أَعْرَضَ
he turns away
dia berpaling
wanaā
وَنَـَٔا
and becomes remote
dan dia menjauhkan diri
bijānibihi
بِجَانِبِهِۦۖ
on his side
disampingnya
wa-idhā
وَإِذَا
And when
dan apabila
massahu
مَسَّهُ
touches him
menimpanya
l-sharu
ٱلشَّرُّ
the evil
kejahatan/kesusahan
kāna
كَانَ
he is
adalah dia
yaūsan
يَـُٔوسًا
(in) despair
berputus asa

Transliterasi Latin:

Wa iżā an'amnā 'alal-insāni a'raḍa wa na`ā bijānibih, wa iżā massahusy-syarru kāna ya`ụsā (QS. 17:83)

English Sahih:

And when We bestow favor upon man [i.e., the disbeliever], he turns away and distances himself; and when evil touches him, he is ever despairing. (QS. [17]Al-Isra verse 83)

Arti / Terjemahan:

Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (QS. Al-Isra' ayat 83)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Dan apabila Kami berikan kenikmatan kepada manusia, seperti kesehatan atau kekayaan niscaya dia berpaling tidak bersyukur kepada Allah dan menjauhkan diri dari mengingat Allah dengan sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan, seperti sakit atau kemiskinan niscaya dia berputus asa kehilangan harapan dari rahmat Allah.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan sifat umum manusia, yaitu apabila diberi kenikmatan, seperti harta, kekuasaan, kemenangan dan sebagainya, mereka tidak mau lagi tunduk dan patuh kepada-Nya, bahkan mereka menjauhkan diri. Sebaliknya, apabila ditimpa kesukaran, kesengsara-an, kemiskinan, dan kekalahan, mereka berputus asa dan merasa tidak akan memperoleh apa-apa lagi. Seharusnya mereka tidak berputus asa, melainkan tetap beramal dan berusaha untuk mendapatkan pertolongan Allah, karena menurut ajaran Al-Qur'an, orang yang berputus asa dari rahmat Allah berarti telah mengingkari rahmat-Nya.
Ayat-ayat lain yang menerangkan keadaan manusia ketika menerima rahmat Allah, ialah firman-Nya:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus/10: 12)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia) yang kafir (niscaya berpalinglah dia) daripada bersyukur (dan membelakangkan badannya) yakni membelakangkan tubuhnya dengan sikap yang sombong (dan apabila dia ditimpa kesusahan) kemiskinan dan kesengsaraan (niscaya dia berputus asa) dari rahmat Allah.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. menyebutkan tentang kekurangan diri manusia secara apa adanya, kecuali orang-orang yang dipelihara oleh Allah Swt. dalam dua keadaan, yaitu keadaan senang dan sengsara. Karena sesungguhnya bi­la Allah memberinya nikmat berupa harta, kesehatan, kemenangan, rezeki, pertolongan, dan memperoleh apa yang diinginkannya, maka ia berpaling, tidak mau mengerjakan ketaatan kepada Allah, tidak mau menyembah-­Nya, serta berpaling membalikkan tubuhnya. Menurut Mujahid, makna membelakang dengan sikap yang sombong ialah menjauh dari Allah.

Menurut kami, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di da­lam ayat lain melalui firman-Nya:

tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah ber­doa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus:12)

maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. (Al Israa':67)

Bahwa manusia itu apabila tertimpa malapetaka dan musibah,

...niscaya dia berputus asa.

Yakni putus harapan untuk dapat kembali normal dan putus asa untuk mendapat kebaikan sesudah kesusahannya itu, sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:

Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang me­nimpanya, niscaya dia akan berkata, "Telah hilang bencana-bencana itu dariku, " sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga, kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (Huud:9-11)

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Sesungguhnya perasaan bangga dan putus asa merupakan tabiat manusia. Apabila ia Kami berikan nikmat kesehatan dan kelapangan, mereka malah tidak mau berzikir dan berdoa kepada Kami, serta menjauh dari Kami dengan sombong dan berbangga diri. Dan jika ia ditimpa kesusahan seperti sakit dan kemiskinan, mereka putus asa dari rahmat Allah.