Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Hijr Ayat 8

Al-Hijr Ayat ke-8 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

مَا نُنَزِّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةَ اِلَّا بِالْحَقِّ وَمَا كَانُوْٓا اِذًا مُّنْظَرِيْنَ ( الحجر : ٨)

مَا
Not
tidak
nunazzilu
نُنَزِّلُ
We send down
Kami turunkan
l-malāikata
ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ
the Angels
malaikat
illā
إِلَّا
except
melainkan
bil-ḥaqi
بِٱلْحَقِّ
with the truth;
dengan benar
wamā
وَمَا
and not
dan tidak
kānū
كَانُوٓا۟
they would be
adalah mereka
idhan
إِذًا
then
tiba-tiba/ketika itu
munẓarīna
مُّنظَرِينَ
given respite
orang-orang yang diberi tangguh

Transliterasi Latin:

Mā nunazzilul-malā`ikata illā bil-ḥaqqi wa mā kānū iżam munẓarīn (QS. 15:8)

English Sahih:

We do not send down the angels except with truth; and they [i.e., the disbelievers] would not then be reprieved. (QS. [15]Al-Hijr verse 8)

Arti / Terjemahan:

Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh. (QS. Al-Hijr ayat 8)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Menjawab permintaan kaum kafir tersebut, Allah berfirman, "Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan kebenaran, yaitu sesuatu yang pasti dari Allah, seperti wahyu, azab bagi pendurhaka, dan keselamatan bagi penaat, dan mereka ketika para malaikat itu diturunkan untuk membawa azab, tidak diberikan penangguhan sedikit pun.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah menjawab olok-olok dan ejekan orang musyrik Mekah itu dengan ayat ini, bahwa Dia tidak akan menurunkan malaikat karena tidak ada hikmah dan faedahnya. Hal tersebut berarti seandainya pun Allah swt menurunkan para malaikat dari langit dan mengangkatnya sebagai rasul yang menyampaikan agama-Nya, hal itu tidak ada manfaatnya dan tidak akan dapat meyakinkan serta meluruskan akidah orang musyrik itu. Sebagaimana diketahui bahwa malaikat adalah makhluk yang gaib dan halus sehingga mata manusia tidak akan sanggup melihatnya. Seandainya Allah swt menghendaki dan menjadikan malaikat itu berbentuk manusia, sehingga mata manusia dapat melihatnya, kemudian Allah mengutusnya sebagai nabi dan rasul kepada mereka, malaikat itu makan dan minum seperti mereka, berjalan dan bergaul bersama mereka, maka akan timbul pula dalam pikiran mereka bahwa malaikat yang diberi tugas sebagai seorang rasul itu adalah manusia juga seperti mereka, bukan malaikat. Artinya, keraguan dalam diri mereka akan terus ada. Hal ini diterangkan dalam firman Allah swt:

Dan sekiranya rasul itu Kami jadikan (dari) malaikat, pastilah Kami jadikan dia (berwujud) laki-laki, dan (dengan demikian) pasti Kami akan menjadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu. (al-An'am/6: 9)

Dari sikap dan cara mereka seperti yang dikemukakan dalam firman Allah di atas, terbuktilah bahwa sebenarnya hati mereka telah tertutup menerima kebenaran. Bukti apa pun yang dikemukakan kepada mereka, mereka tetap tidak akan beriman, Allah swt berfirman:

Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka, dan orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran). (al-An'am/6: 111)

Karena sikap mereka yang demikian itu, maka Allah memberikan peringatan keras kepada mereka bahwa jika ada malaikat yang diturunkan, maka itu merupakan tanda bahwa mereka akan ditimpa malapetaka yang besar, dan dihancurleburkan sehingga riwayat mereka akan berakhir. Ketentuan ini sesuai dengan sunatullah yang telah berlaku bagi umat-umat terdahulu yang telah memperolok-olokkan para rasul Allah yang telah diutus kepada mereka. Sebelum azab ditimpakan, diutuslah kepada mereka malaikat, seperti yang pernah terjadi pada kaum Luth, sebagaimana firman Allah swt:

Mereka (para malaikat) berkata, "Wahai Lut! Sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah beserta keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia (juga) akan ditimpa (siksa) yang menimpa mereka. Sesungguhnya saat terjadinya siksa kepada mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?" (Hud/11: 81)

Mujahid dalam penafsiran ayat ini mengatakan bahwa Allah menurunkan malaikat hanya sebagai rasul Allah, tanda datangnya azab, atau pembawa azab Allah.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

Allah berfirman (Kami tidak menurunkan) dan menurut suatu qiraat dibaca tanazzalu dengan membuang salah satu huruf ta-nya (malaikat melainkan dengan benar) untuk membawa azab (dan tiadalah mereka ketika itu) sewaktu malaikat turun dengan membawa azab (diberi tangguh) ditangguhkan azabnya.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.:

Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar. untuk membawa risalah dan azab.

Kemudian Allah Swt. menetapkan bahwa Dialah yang menurunkan Al-qur'an, dan Dia pulalah yang memeliharanya dari perubahan dan penggantian. Di antara ulama tafsir ada yang merujukkan damir yang ada dalam firman-Nya, "Lahu Lahafizun," kepada Nabi Muhammad Saw., bukan kepada Al-Qur'an. Yakni sama dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al Maidah:67)

Tetapi makna yang pertama lebih utama karena bersesuaian dengan makna lahiriah konteks ayat.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Allah telah menjawab tuntutan mereka itu melalui firman-Nya yang suci, "Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan membawa kebenaran yang kuat dan jelas, yang tak mungkin dapat dipungkiri. Maka jika mereka tetap mengingkarinya, mereka tidak akan diberi kesempatan lagi. Bahkan mereka akan segera mendapatkan azab di dunia ini.