Skip to content

Al-Qur'an Surat Ar-Ra'd Ayat 22

Ar-Ra'd Ayat ke-22 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَالَّذِيْنَ صَبَرُوا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً وَّيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِۙ ( الرّعد : ٢٢)

wa-alladhīna
وَٱلَّذِينَ
And those who
dan orang-orang yang
ṣabarū
صَبَرُوا۟
(are) patient
(mereka)bersabar
ib'tighāa
ٱبْتِغَآءَ
seeking
mencari
wajhi
وَجْهِ
(the) Face
wajah/keridhaan
rabbihim
رَبِّهِمْ
(of) their Lord
Tuhan mereka
wa-aqāmū
وَأَقَامُوا۟
and establish
dan mereka mendirikan
l-ṣalata
ٱلصَّلَوٰةَ
the prayer
sholat
wa-anfaqū
وَأَنفَقُوا۟
and spend
dan mereka menafkahkan
mimmā
مِمَّا
from what
dari sebagian apa
razaqnāhum
رَزَقْنَٰهُمْ
We have provided them
Kami beri rezki mereka
sirran
سِرًّا
secretly
sembunyi
waʿalāniyatan
وَعَلَانِيَةً
and publicly
dan terang-terangan
wayadraūna
وَيَدْرَءُونَ
and they repel
dan mereka menolak
bil-ḥasanati
بِٱلْحَسَنَةِ
with the good
dengan kebaikan
l-sayi-ata
ٱلسَّيِّئَةَ
the evil -
kejahatan
ulāika
أُو۟لَٰٓئِكَ
those
mereka itu
lahum
لَهُمْ
for them
bagi mereka
ʿuq'bā
عُقْبَى
(is) the final attainment
kesudahan
l-dāri
ٱلدَّارِ
(of) the Home -
tempat

Transliterasi Latin:

Wallażīna ṣabarubtigā`a waj-hi rabbihim wa aqāmuṣ-ṣalāta wa anfaqụ mimmā razaqnāhum sirraw wa 'alāniyataw wa yadra`ụna bil-ḥasanatis-sayyi`ata ulā`ika lahum 'uqbad-dār (QS. 13:22)

English Sahih:

And those who are patient, seeking the face [i.e., acceptance] of their Lord, and establish prayer and spend from what We have provided for them secretly and publicly and prevent evil with good – those will have the good consequence of [this] home – (QS. [13]Ar-Ra'd verse 22)

Arti / Terjemahan:

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (QS. Ar-Ra'd ayat 22)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

dan orang yang sabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya karena mengharap keridaan Tuhannya, melaksanakan salat dengan konsisten, menginfakkan seacara wajib atau sunah sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, baik secara sembunyi atau terang-terangan, serta menolak kejahatan secara sungguh-sungguh tetapi penuh hikmah dengan cara membalas kejahatan dengan kebaikan; orang yang dalam diri mereka terdapat pada sifat-sifat itulah orang yang mendapat tempat kesudahan yang baik di akhirat.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah swt menyifati ulul albab dari kalangan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah suatu kebenaran yang berlaku, sebagai berikut:
a. Sifat pertama: bahwa orang-orang tersebut senantiasa memenuhi janji Allah, dan tidak mau mengingkari perjanjian itu. Yang dimaksud dengan "janji Allah" di sini ialah janji-janji yang telah mereka ikrarkan atas diri mereka, baik mengenai hubungan mereka dengan Allah, maupun hubungan mereka dengan orang lain. Fitrah mereka yang suci, dan hati mereka yang murni mengakui adanya perjanjian itu dan wahyu Allah pun mengharuskan adanya perjanjian tersebut.
Mereka tidak mau mengingkari atau pun memungkiri perjanjian yang telah mereka kukuhkan, karena mereka sangat menjauhi sifat-sifat kemunafikan.
Betapa pentingnya sifat memenuhi janji ini, oleh Qatadah telah disebutkan bahwa dalam Al-Quran, Allah swt telah menyebutnya sebanyak lebih dua puluh kali.
b.Sifat kedua: mereka memelihara semua perintah Allah dan tidak melanggarnya, baik hak-hak Allah maupun hak-hak hamba-Nya, termasuk memelihara silaturrahim.
Hubungan antara sesama manusia ialah menjalin hubungan tolong-menolong, menjalin cinta dan kasih-sayang, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
Dari Abi Hurairah r.a. bahwasanya ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa senang dilapangkan rezekinya dan selalu disebut-sebut kebaikannya, maka hendaklah pelihara hubungan silaturrahim." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Dan hadis Nabi saw:
Dari Ibnu Abbas ia berkata, "Bersabda Rasulullah saw, "Sesungguh-nya kebajikan dan menghubungkan silaturrahim itu, kedua-duanya benar-benar meringankan hisab yang buruk di hari kiamat." Kemudian Rasulullah saw membaca ayat ini." (Riwayat al-Khatib dan Ibnu Asakir)
c. Sifat ketiga: mereka benar-benar takut kepada Allah swt. Sifat takut kepada Allah adalah perasaan takut yang dilandasi dengan rasa hormat yang mendorong orang untuk taat kepada-Nya. Sifat ini dimiliki oleh para ulama, dan ciri dari orang-orang "muqarrabin". Dalam hubungan ini Allah swt telah berfirman:
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. (Fathir/35: 28)
d. Sifat keempat: mereka senantiasa takut kepada hisab yang sifatnya merugikan mereka pada hari kiamat, yaitu hasil yang buruk dari amalan mereka di hari kiamat, karena banyaknya kejahatan yang dilakukannya selagi hidup di dunia ini. Oleh sebab itu, mereka senantiasa mawas diri, sebelum dihisab amalannya di akhirat kelak. Mereka selalu membandingkan antara amal-amal mereka yang baik dengan yang buruk, selalu berusaha agar amal yang baik lebih banyak dari perbuatan yang buruk, agar neraca kebajikan mereka di akhirat kelak lebih berat daripada neraca keburukan. Dalam hal ini, Allah telah berfirman:
Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (al-Qariah/101: 6 - 9)
e.Sifat kelima: mereka senantiasa sabar dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan, demi mengharapkan rida Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan diri terhadap segala hal yang tidak disenanginya, baik dengan cara melakukan ketaatan dan menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan agama maupun dengan jalan menjauhi hal-hal yang dilarang agama. Bisa juga berarti bersikap rela menerima segala ketentuan Allah yang telah berlaku berupa musibah dan lain sebagainya.
Kesabaran yang diminta dari setiap orang yang berakal dan beriman ialah kesabaran yang dilakukan semata-mata karena mengharapkan keridaan Allah dan ganjaran-Nya, bukan kesabaran yang dibuat-buat karena ingin dipuji dan disebut-sebut. Itulah kesabaran yang sejati, yang menjadi sifat bagi orang-orang yang berakal dan beriman.
f. Sifat keenam: mereka senantiasa mendirikan salat. Arti "mendirikan salat" ialah menunaikan dengan cara yang sebaik-baiknya, dengan menyempurnakan rukun dan syaratnya, disertai rasa khusyuk dan tawaduk menghadapkan wajah dan hati kepada Allah semata, tidak dibarengi dengan ria, serta memelihara waktu yang telah ditetapkan untuknya. Hal ini hanya dapat dilakukan bila pada saat-saat melakukan salat, kita merasa sedang berdiri sendiri di hadapan Allah swt, Pencipta dan Penguasa semesta alam. Dengan demikian, maka tak ada sesuatu pun yang dipikirkan pada saat itu, kecuali semata-mata bermunajah kepada Allah.
g. Sifat ketujuh: mereka senantiasa menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah dilimpahkan Allah kepada mereka, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan, baik infak wajib seperti terhadap istri, anak, dan karib kerabat maupun infak sunah seperti terhadap fakir miskin. Kenyataan dapat memberikan pengertian kepada kita tentang rahasia yang tersimpan di dalamnya. Al-Quran berulang kali menganjurkan kepada orang-orang mukmin untuk menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah diperolehnya kepada yang memerlukan pertolongan, dan untuk menyokong kepentingan umum. Jika mereka mau melakukannya, niscaya kemiskinan dan kemelaratan dapat dilenyapkan dari kehidupan masyarakat.
h. Sifat kedelapan: mereka senantiasa menolak kejahatan dengan kebajikan, karena kebajikan itu dapat menolak kejahatan. Kenyataan menunjukkan bahwa apabila seseorang dapat bergaul dengan orang lain dengan akrab dan kasih sayang serta menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, ia tidak akan dimusuhi atau dibenci oleh masyarakatnya. Apabila ia mendapat musibah, maka orang yang pernah mendapat pertolongannya akan segera pula mengulurkan pertolongan kepadanya. Sebaliknya orang yang suka menyakiti orang lain, atau enggan memberikan bantuan dan pertolongan adalah orang yang egois dan tidak menggunakan akalnya. Sikap dan perbuatannya itu hanyalah mempersempit ruang lingkup kehidupannya sendiri, serta menimbulkan kebencian dan kedengkian orang lain terhadap dirinya.
Berbuat kebaikan untuk menghindari kejahatan, atau sedapat mungkin membalas perbuatan jahat orang lain dengan berbuat kebajikan atau dengan diam adalah tanda orang yang mau menggunakan akalnya dan bijaksana. Firman Allah:
"... dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam." (al-Furqan/25: 63)
Dari sini dapat dipahami, betapa tingginya nilai ajaran agama Islam dalam membina hubungan baik antara sesama manusia guna menciptakan kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.
Pada akhir ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut pasti akan memperoleh tempat kediaman terakhir yang baik, yaitu surga Jannatun Naim di akhirat kelak di samping kebahagiaan, ketenangan, dan kesejahteraan di dunia ini.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan orang-orang yang sabar) di dalam menjalankan ketaatan dan menghadapi musibah serta teguh di dalam menjauhi kemaksiatan (karena mencari) demi karena (Rabbnya) bukan karena mengharapkan kebendaan (dan mendirikan salat dan menafkahkan) di jalan ketaatan (sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak) menghadapi (kejahatan dengan kebaikan) seperti menghadapi kebodohan dengan sifat penyantun dan menghadapi perlakuan yang menyakitkan dengan bersabar diri (orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan yang baik) yakni mendapat akibat yang terpuji di kampung akhirat, yaitu:

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya.

Yaitu sabar terhadap hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa. Mereka memutuskan diri dari perbuatan-perbuatan tersebut karena mengharapkan rida Allah dan pahala-Nya yang berlimpah.

mendirikan salat.

dengan memelihara batasan-batasannya, waktu-waktunya, rukuk, sujud, dan khusyuknya sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh syariat.

dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Artinya, mereka memberikan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka kepada orang-orang yang wajib mereka biayai, yaitu anak, istri, dan kaum kerabat, mereka juga memberi orang lain dari kalangan kaum fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan bantuannya.

secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.

Yakni baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan, tiada suatu keadaan pun yang menghambat mereka untuk menginfakkannya, baik di malam ataupun siang harinya.

...serta menolak kejahatan dengan kebaikan

Maksudnya, mereka membalas perbuatan jahat dengan perbuatan yang baik. Untuk itu, apabila seseorang menyakiti mereka, maka mereka membalasnya dengan kebaikan sebagai pengejawantahan dari sikap sabar dan memaafinya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah­ olah teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Al Fushilat:34-35)

Karena itulah maka Allah Swt. memberitahukan tentang mereka yang berbahagia yang menyandang sifat-sifat yang baik itu, bahwasanya mereka akan memperoleh tempat kesudahan yang baik. Dalam ayat selanjutnya hal itu dijelaskan oleh firman-Nya:

(yaitu) surga 'Adn. (Ar Ra'du:23)

Al- 'Adn artinya tempat bermukim, yakni surga-surga tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Mereka pun sabar akan cobaan yang diberikan dengan penuh mengharap perkenan dan rida Allah dalam menegakkan kebenaran. Mereka juga melaksanakan salat pada waktu dan dalam bentuk yang tepat, demi menyucikan jiwa mereka dan demi mengingat Allah. Selain itu, mereka juga menginfakkan sebagian kekayaan yang diberikan Allah, baik secara diam-diam maupun secara terang-terangan, tanpa riyâ'. Dengan sifat-sifat seperti ini, mereka akan memperoleh akibat yang baik dengan tinggal di tempat yang paling baik di hari kiamat, yaitu surga.