Skip to content

Al-Qur'an Surat Yusuf Ayat 53

Yusuf Ayat ke-53 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ( يوسف : ٥٣)

wamā
وَمَآ
"And not
dan tidak
ubarri-u
أُبَرِّئُ
I absolve
aku membebaskan
nafsī
نَفْسِىٓۚ
myself
diriku/nafsuku
inna
إِنَّ
Indeed
sesungguhnya
l-nafsa
ٱلنَّفْسَ
the soul
nafsu
la-ammāratun
لَأَمَّارَةٌۢ
(is) a certain enjoiner
selalu menyuruh
bil-sūi
بِٱلسُّوٓءِ
of evil
dengan/pada kejahatan
illā
إِلَّا
unless
kecuali
مَا
[that]
apa
raḥima
رَحِمَ
bestows Mercy
memberi rahmat
rabbī
رَبِّىٓۚ
my Lord
Tuhanku
inna
إِنَّ
Indeed
sesungguhnya
rabbī
رَبِّى
my Lord
Tuhanku
ghafūrun
غَفُورٌ
(is) Oft-Forgiving
Maha Pengampun
raḥīmun
رَّحِيمٌ
Most Merciful"
Maha Penyayang

Transliterasi Latin:

Wa mā ubarri`u nafsī, innan-nafsa la`ammāratum bis-sū`i illā mā raḥima rabbī, inna rabbī gafụrur raḥīm (QS. 12:53)

English Sahih:

And I do not acquit myself. Indeed, the soul is a persistent enjoiner of evil, except those upon which my Lord has mercy. Indeed, my Lord is Forgiving and Merciful." (QS. [12]Yusuf verse 53)

Arti / Terjemahan:

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf ayat 53)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Setelah peristiwa yang dialami Nabi Yusuf berlalu dan ia terbukti tidak bersalah, ia pun berkata, Dan aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan apa pun, karena sesungguhnya salah satu jenis nafsu manusia itu adalah nafsu amarah, yang selalu mendorong manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku sehingga tidak membawaku kepada kejahatan. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun atas segala dosa, Maha Penyayang bagi siapa saja yang Dia kehendaki.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yusuf sebagai manusia mengakui bahwa setiap nafsu cenderung dan mudah disuruh untuk berbuat jahat kecuali jika diberi rahmat dan mendapat perlindungan dari Allah. Yusuf selamat dari godaan istri al-Aziz karena limpahan rahmat Allah dan perlindungan-Nya, meskipun sebagai manusia Yusuf juga tertarik pada istri al-Aziz sebagaimana perempuan itu tertarik kepadanya seperti diterangkan pada ayat 24:

Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. (Yusuf/12: 24)

Tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa ayat 53 ini menerang-kan pengakuan istri al-Aziz dengan terharu dan rasa penyesalan yang mendalam bahwa dia tidak dapat membersihkan dirinya dari kesalahan dan ketelanjuran. Dia juga mengakui bahwa memang dia yang hampir meng-khianati suaminya dengan merayu Yusuf ketika suaminya tidak di rumah. Untuk menjaga nama baik diri, suami, dan keluarganya, dia menganjurkan supaya Yusuf dipenjarakan, atau ditimpakan kepadanya siksaan yang pedih. Istri al-Aziz telah melakukan kesalahan ganda, yaitu berdusta dan menuduh orang yang jujur dan bersih serta menjebloskannya ke penjara.
Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

("Dan aku tidak membebaskan diriku) dari kesalahan-kesalahan (karena sesungguhnya nafsu itu) yaitu hawa nafsu (selalu menyuruh) banyak menyuruh (kepada kejahatan kecuali orang) lafal maa di sini bermakna man, yaitu orang atau diri (yang diberi rahmat oleh Rabbku) sehingga terpeliharalah ia dari kesalahan-kesalahan. (Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.").

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Istri Al-Aziz mengatakan, "Aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, sebab hawa nafsu diriku selalu membisikkan godaan dan angan-angan kepadaku. Karena itulah aku menggodanya."

...karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.

kecuali orang yang dipelihara oleh Allah Swt. dari kesalahan.

Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pendapat inilah yang terkenal, yang lebih sesuai, dan lebih serasi dengan konteks kisah dan makna-makna kalimat.

Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Mawardi di dalam kitab tafsirnya, dan pendapatnya ini didukung oleh Imam Abul Abbas ibnu Taimiyyah yang menulisnya secara tersendiri di dalam suatu pembahasan secara detail. Menurut pendapat lainnya, kalimat dalam ayat ini termasuk perkataan Nabi Yusuf a.s. Yusuf a.s. berkata:

Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya.

Yakni tidak berbuat yang tidak senonoh terhadap istrinya.

...di belakangnya.

Dengan kata lain, sesungguhnya aku menyuruh si utusan raja kembali tiada lain agar raja mengetahui kebersihan diriku dari apa yang dituduhkan kepadaku dan agar Al-Aziz (suami si wanita yang menggodanya) mengetahui.

...bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya.

Yakni dengan melakukan perbuatan itu kepada istrinya.

di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat. (Yusuf:52)

Hanya pendapat ini yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa setelah raja mengumpulkan semua wanita, lalu ia mengajukan pertanyaan kepada mereka, "Apakah kalian menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya kepada keinginan mereka?" Mahasempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan pun darinya. Berkata istri Al-Aziz, "Sekarang jelaslah kebenaran itu.” (Yusuf:51), hingga akhir ayat. Maka Yusuf berkata: Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguh­nya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya. (Yusuf:52) Lalu Malaikat Jibril berkata kepada Yusuf, "Apakah memang engkau tidak pernah merasakan keinginan itu di suatu hari pun?" Yusuf menjawab: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan). (Yusuf:53), hingga akhir ayat.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Ibnu Abu Huzail, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi.

Pendapat yang pertama adalah yang paling kuat dan paling jelas, karena konteks pembicaraan berkenaan dengan perkataan istri Al-Aziz di hadapan raja, dan Yusuf saat itu tidak ada, ia baru dipanggil oleh raja setelah itu.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Aku tidak mengklaim bahwa diriku suci dan terhindar dari kesalahan. Sebab, secara naluri, jiwa manusia selalu condong kepada kesenangan dan menganggap indah keburukan dan kejahatan, kecuali jiwa yang dijaga oleh Allah dan dihindarkan dari kejelekan. Sesungguhnya aku adalah orang yang sangat mengharapkan rahmat dan pengampunan Allah. Dia sangat luas ampunan-Nya atas dosa-dosa orang yang bertobat.