Al-Qur'an Surat Ad-Duha Ayat 6
Ad-Duha Ayat ke-6 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ ( الضحى : ٦)
- alam
- أَلَمْ
- Did not
- apakah tidak/bukanlah
- yajid'ka
- يَجِدْكَ
- He find you
- Dia mendapatimu
- yatīman
- يَتِيمًا
- an orphan
- seorang yatim
- faāwā
- فَـَٔاوَىٰ
- and gave shelter?
- lalu Dia melindungi
Transliterasi Latin:
A lam yajidka yatīman fa āwā(QS. 93:6)
English Sahih:
Did He not find you an orphan and give [you] refuge? (QS. [93]Ad-Duhaa verse 6)
Arti / Terjemahan:
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (QS. Ad-Duha ayat 6)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim ketika kedua orang tuamu wafat, lalu Dia melindungimu dalam asuhan kakek dan pamanmu? Ayah Nabi wafat ketika beliau dalam kandungan dan ibunya wafat ketika beliau berumur 6 tahun. Allah melindungi Nabi dalam asuhan kakeknya, ‘Abdul Muttalib, sampai usia 8 tahun, dilanjutkan oleh pamannya, Abù Tàlib, hingga sang paman wafat.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Dalam ayat ini, Allah mengingatkan nikmat yang pernah diterima Nabi Muhammad dengan mengatakan, "Bukankah engkau hai Muhammad seorang anak yatim, tidak mempunyai ayah yang bertanggung jawab atas pendidikanmu, menanggulangi kepentingan serta membimbingmu, tetapi Aku telah menjaga, melindungi, dan membimbingmu serta menjauhkanmu dari dosa-dosa perilaku orang-orang Jahiliah dan keburukan mereka, sehingga engkau memperoleh julukan Manusia sempurna."
Nabi saw hidup dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia sedangkan ia masih dalam kandungan ibunya. Ketika lahir, Allah memelihara Muhammad saw dengan cara menjadikan kakeknya, Abdul Muththalib, mengasihi dan menyayanginya. Nabi Muhammad berada dalam asuhan dan bimbingannya sampai Abdul Muththalib wafat, sedang umur Nabi ketika itu delapan tahun. Dengan meninggalnya Abdul Muththalib, Nabi Muhammad menjadi tanggungan paman beliau, Abu thalib, berdasarkan wasiat dari Abdul Muththalib. Abu thalib telah mengerahkan semua perhatiannya untuk mengasuh Nabi saw, sehingga beliau meningkat dewasa dan diangkat menjadi rasul. Setelah Muhammad diangkat menjadi rasul, orang-orang Quraisy memusuhi dan menyakitinya, tetapi Abu thalib terus membelanya dari semua ancaman orang musyrik hingga Abu thalib wafat.
Dengan wafatnya Abu thalib, bangsa Quraisy mendapat peluang untuk menyakiti Nabi dengan perantaraan orang-orang jahat di kalangan mereka yang menyebabkan beliau terpaksa hijrah.
Betapa hebatnya penggemblengan Allah dan asuhan-Nya terhadap Nabi Muhammad. Biasanya keyatiman seorang anak menjadi sebab kehancuran akhlaknya karena tidak ada pengasuh dan pembimbing yang bertanggung jawab. Apalagi suasana dan sikap penduduk Mekah lebih dari cukup untuk menyesatkan Nabi saw. akan tetapi, perlindungan Allah yang sangat rapi dapat mencegah beliau menemani mereka. Dengan demikian, jadilah beliau seorang pemuda yang sangat jujur, terpercaya, tidak pernah berdusta, dan tidak pernah berlumur dengan dosa orang-orang Jahiliah.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Bukankah Dia mendapatimu) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir atau menetapkan (sebagai seorang yatim) karena ayahmu telah mati meninggalkan kamu sebelum kamu dilahirkan, atau sesudahnya (lalu Dia melindungimu) yaitu dengan cara menyerahkan dirimu ke asuhan pamanmu Abu Thalib.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (Adh-Dhuha: 5)
Yakni kelak di negeri akhirat Allah akan memberinya hingga ia merasa puas tentang umatnya dan juga kemuliaan yang telah disediakan oleh Allah untuk dirinya. Yang antara lain ialah Telaga Kautsar yang kedua tepinya berupa kubah-kubah dari mutiara yang berongga, sedangkan tanahnya bibit minyak kesturi, sebagaimana yang akan diterangkan kemudian.
Imam Abu Amr Al-Auza'i telah meriwayatkan dari Ismail ibnu Abdullah ibnu Abul Muhajir Al-Makhzumi, dari Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ditampakkan kepada Rasulullah Saw. Apa yang bakal dibukakan buat umatnya sesudah ia tiada perbendaharaan demi perbendaharaan. Maka beliau merasa senang dengan hal tersebut, lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (Adh-Dhuha: 5)
Dan Allah Swt. memberikan kepada beliau Saw. di dalam surga sejuta gedung, dalam tiap gedung terdapat istri-istri dan para pelayan yang layak baginya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim melalui jalur Abu Amr Al-Auza'i. Sanad ini sahih sampai kepada Ibnu Abbas, dan hal yang semisal dengan ini tiada lain kecuali berpredikat mauquf.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa untuk memuaskan hati Nabi Muhammad Saw., Allah tidak akan memasukkan seorang pun dari kalangan ahli baitnya ke dalam neraka. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Al-Hasan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hal tersebut ialah syafaat (diizinkan untuk memberi syafaat). Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Ja'far Al-Baqir.
Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Hisyam, dari Ali ibnu Saleh, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya kami adalah suatu ahli bait, Allah telah memilihkan akhirat di atas dunia bagi kami. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan dalam firman berikutnya bilangan nikmat-nikmat yang telah Dia karuniakan kepada hamba dan Rasul-Nya Nabi Muhammad Saw.:
Bukanlah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. (Adh-Dhuha: 6)
Demikian itu karena ayah beliau wafat sejak beliau masih berada dalam kandungan ibunya. Menurut pendapat yang lain, ayah beliau wafat ketika beliau baru dilahirkan. Kemudian ibunya (yaitu Aminah binti Wahb) wafat pula saat beliau berusia enam tahun. Sesudah itu beliau berada dalam pemeliharaan kakeknya (yaitu Abdul Muttalib) hingga kakeknya wafat saat beliau masih berusia delapan tahun.
Kemudian beliau dipelihara oleh pamannya yang bernama Abu Talib, yang bersikap terus-menerus melindunginya, menolongnya, meninggikan kedudukannya, dan mengagungkannya serta membentenginya dari gangguan kaumnya sesudah Allah mengangkatnya menjadi seorang rasul dalam usia empat puluh tahun.
Perlu diketahui bahwa Abu Talib adalah pengikut agama kaumnya yang menyembah berhala-berhala, dan Nabi Saw. tidak terpengaruh, yang hal ini tiada lain berkat takdir Allah dan pengaturan-Nya yang baik. Dan ketika Abu Talib meninggal dunia sebelum Nabi Saw. akan melakukan hijrah dalam waktu yang tidak lama, maka orang-orang yang kurang akalnya dan orang-orang yang bodoh dari kalangan kaum Quraisy mulai berani mengganggunya.
Maka Allah Swt. memilihkan hijrah baginya dari kalangan mereka menuju negeri kaum Aus dan Khazraj, sebagaimana yang telah digariskan oleh suratan takdir-Nya yang lengkap lagi sempurna. Ketika beliau Saw. sampai di negeri mereka, mereka memberinya tempat, menolongnya, melindunginya, dan membelanya dengan jiwa dan harta mereka; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka semuanya. Dan semuanya itu berkat pemeliharaan dan penjagaan serta perhatian dari Allah kepada Nabi Saw.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Bukankah Allah mendapatimu dalam keadaan yatim dan membutuhkan seseorang untuk memeliharamu, lalu Dia melindungimu dengan menyerahkan dirimu kepada orang yang dapat mengurusmu dengan baik?