Al-Qur'an Surat Al-Anfal Ayat 55
Al-Anfal Ayat ke-55 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَۖ ( الانفال : ٥٥)
- inna
- إِنَّ
- Indeed
- sesungguhnya
- sharra
- شَرَّ
- (the) worst
- seburuk-buruk
- l-dawābi
- ٱلدَّوَآبِّ
- (of) the living creatures
- binatang melata
- ʿinda
- عِندَ
- near
- di sisi
- l-lahi
- ٱللَّهِ
- Allah
- Allah
- alladhīna
- ٱلَّذِينَ
- (are) those who
- orang-orang yang
- kafarū
- كَفَرُوا۟
- disbelieve
- kafir/ingkar
- fahum
- فَهُمْ
- and they
- maka mereka
- lā
- لَا
- (will) not
- tidak
- yu'minūna
- يُؤْمِنُونَ
- believe
- beriman
Transliterasi Latin:
Inna syarrad-dawābbi 'indallāhillażīna kafarụ fa hum lā yu`minụn(QS. 8:55)
English Sahih:
Indeed, the worst of living creatures in the sight of Allah are those who have disbelieved, and they will not [ever] believe– (QS. [8]Al-Anfal verse 55)
Arti / Terjemahan:
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (QS. Al-Anfal ayat 55)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan sikap orang-orang kafir Mekah pada Perang Badar dan menyifatinya sebagai orang-orang yang zalim, maka ayat ini menjelaskan kelompok lain yang juga memusuhi Nabi Muhammad, yakni Yahudi Bani Quraidhah, yang disifati sebagai makhluk terburuk. Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman, yakni mereka terus-menerus melakukan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah dan merusak perjanjian yang sudah dikuatkan dengan sumpah, sebagaimana yang dilakukan oleh Yahudi Bani Quraizah.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Sesungguhnya sejahat-jahat binatang yang melata di bumi menurut pandangan Allah ialah orang-orang kafir yang mempunyai sifat suka membangkang, sehingga keadaan mereka terus-menerus dalam kekafiran dan berada dalam keingkaran kepada Nabi, sehingga tidak dapat diharapkan iman dari mereka. Mereka itu ada yang kedudukannya sebagai pemimpin yang selalu dengki kepada Rasulullah, membantah setiap ayat yang juga tertulis dalam Taurat yang menjadi saksi atas kebenarannya, padahal mereka dalam hati kecilnya meyakini bahwa Muhammad itu betul-betul utusan Allah, sehingga mengenal Nabi Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Yang menjadi pengikut-pengikut mereka adalah orang-orang yang dalam keadaan membabi buta mengikuti saja pemimpin-pemimpinnya dan tidak mau melihat bukti-bukti yang disebutkan dalam kitab mereka. Dalam ayat ini Allah menyamakan mereka itu dengan binatang, bahkan lebih sesat dari binatang, karena binatang-binatang itu ada manfaatnya bagi manusia, sedang mereka itu sama sekali tidak ada manfaatnya bagi dirinya maupun bagi orang lain. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya. (al-Furqan/25: 44)
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Sesungguhnya binatang/makhluk yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman).
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah Swt. menyebutkan bahwa seburuk-buruk makhluk hidup di atas bumi ini ialah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman. Yaitu mereka yang apabila membuat suatu perjanjian, maka mereka mengingkari (merusak)nya. Dan setiap kali mereka bersumpah untuk meyakinkan, maka mereka melanggarnya.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Seburuk-buruk makhluk yang berjalan di muka bumi ini, dalam pandangan Allah dan sesuai dengan hukum dan keadilan-Nya, adalah orang-orang kafir yang bersikukuh mempertahankan kekafiran mereka.
Asbabun Nuzul
Surat Al-Anfal Ayat 55
Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Said bin Jubair bahwa turunnya ayat ini (al-Anfaal: 55) berkenaan dengan enam suku kaum Yahudi yang sangat kufur, di antaranya Ibnut Tabut.