Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-An'am Ayat 53

Al-An'am Ayat ke-53 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَكَذٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِّيَقُوْلُوْٓا اَهٰٓؤُلَاۤءِ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنْۢ بَيْنِنَاۗ اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَعْلَمَ بِالشّٰكِرِيْنَ ( الانعام : ٥٣)

wakadhālika
وَكَذَٰلِكَ
And thus
dan demikianlah
fatannā
فَتَنَّا
We try
Kami menguji
baʿḍahum
بَعْضَهُم
some of them
sebagian mereka
bibaʿḍin
بِبَعْضٍ
with others
dengan sebagian lain
liyaqūlū
لِّيَقُولُوٓا۟
that they say
supaya mereka mengatakan
ahāulāi
أَهَٰٓؤُلَآءِ
"Are these
inikah orang-orang yang
manna
مَنَّ
(whom has been) favored
telah menganugerahi
l-lahu
ٱللَّهُ
(by) Allah
Allah
ʿalayhim
عَلَيْهِم
[upon them]
atas mereka
min
مِّنۢ
from
dari/di
bayninā
بَيْنِنَآۗ
among us?"
antara kita
alaysa
أَلَيْسَ
is not
bukankah/tidakkah
l-lahu
ٱللَّهُ
Allah
Allah
bi-aʿlama
بِأَعْلَمَ
most knowing
lebih mengetahui
bil-shākirīna
بِٱلشَّٰكِرِينَ
of those who are grateful?
terhadap orang-orang yang bersyukur

Transliterasi Latin:

Wa każālika fatannā ba'ḍahum biba'ḍil liyaqụlū a hā`ulā`i mannallāhu 'alaihim mim baininā, a laisallāhu bi`a'lama bisy-syākirīn (QS. 6:53)

English Sahih:

And thus We have tried some of them through others that they [i.e., the disbelievers] might say, "Is it these whom Allah has favored among us?" Is not Allah most knowing of those who are grateful? (QS. [6]Al-An'am verse 53)

Arti / Terjemahan:

Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (QS. Al-An'am ayat 53)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Orang-orang musyrik menganggap bahwa kemuliaan hidup dinilai dari sisi materi, seperti dalam kasus yang menjadi sebab turunnya ayat 52 surah ini, maka ayat 53 ini menegaskan bahwa demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka, yaitu orang yang kaya dengan berbagai macam kesuksesannya, dengan sebagian yang lain, yaitu orang yang miskin dengan segala kekurangannya, sehingga mereka, orang yang kaya dan berkuasa itu, berkata dengan penuh kesombongan, "Orang-orang semacam inikah yang status sosialnya rendah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah, yaitu beriman dan mengikutimu?" Allah berfirman untuk meluruskan kekeliruan mereka, "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur kepada-Nya?" Benar adanya, bahwa Allah menganugerahkan berbagai nikmat kepada siapa yang dikehendakiNya. Dengan demikian, kekayaan materi yang dianugerahkan kepada seseorang bukanlah pertanda Allah meridai-Nya.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Perumpamaan yang diterangkan pada ayat yang lalu adalah semacam cobaan dan ujian Allah kepada orang-orang yang beriman. Cobaan itu sengaja diberikan Allah untuk menguji dan memperkuat iman seseorang yang benar-benar beriman, tabah dan sabar menghadapi cobaan-cobaan itu, sebaliknya orang yang kurang atau tidak beriman pasti tidak akan tabah dan sabar menghadapinya.
Cobaan dan ujian itu diberikan Allah beraneka bentuk. Adakalanya cobaan itu berupa perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara manusia; ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang berkuasa dan ada yang dikuasai, ada yang menindas dan ada yang tertindas dan sebagainya. Demikian pula ada yang bodoh dan ada yang pandai, ada yang sehat dan ada yang sakit dan sebagainya.
Orang-orang yang lemah imannya akan merasa terhina dengan perkataan orang-orang kafir, "Orang-orang yang memeluk agama Islam itu hanyalah orang-orang bodoh, orang-orang miskin dan orang-orang yang berasal dari kasta yang rendah." Atau perkataan orang-orang kafir, "Bahwa kamilah yang dicintai Allah karena kami diberi rezeki yang banyak dan pengetahuan yang tinggi oleh Allah." Dan sebagainya. Sedangkan orang yang kuat imannya tidak terpengaruh sedikit pun oleh perkataan yang demikian itu, bahkan imannya bertambah kuat karenanya.
Allah-lah yang menetapkan pemberian dan penambahan nikmat kepada seorang hamba-Nya. Pemberian nikmat tersebut untuk menguji siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar. Bila manusia bersyukur akan ditambah nikmatnya. Tetapi, yang ingkar akan diazab.
Allah swt berfirman:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, " Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim/14: 7)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan demikianlah telah Kami uji) Kami telah coba (sebagian mereka dengan sebagian lainnya) yakni orang yang mulia dengan orang yang rendah, orang kaya dengan orang miskin, untuk Kami lombakan siapakah yang berhak paling dahulu kepada keimanan (supaya mereka berkata) orang-orang yang mulia dan orang-orang yang kaya yaitu mereka yang ingkar ("Orang-orang semacam inikah) yakni orang-orang miskin (di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?") hidayah. Artinya jika apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang miskin dan orang-orang rendahan itu dinamakan hidayah, niscaya orang-orang mulia dan orang-orang kaya itu tidak akan mampu mendahuluinya. Allah berfirman, ("Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur?") kepada-Nya lalu Dia memberikan hidayah kepada mereka. Memang betul.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt.:

Dan demikianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian yang lain. (Al An'am:53)

Yakni Kami coba dan Kami uji sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain.

...supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?”

Demikian itu terjadi karena Rasulullah Saw. pada masa permulaan risalahnya banyak diikuti oleh kaum duafa sebagai mayoritas dari pengikut-pengikut beliau, baik dari kalangan kaum laki-lakinya, kaum wanitanya, budak-budak lelaki, maupun budak-budak perempuan, tidak ada yang mengikuti beliau Saw. dari kalangan orang-orang yang terpandang kecuali hanya sedikit. Perihal Rasulullah Saw. saat itu sama dengan apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh kepada nabinya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Huud:27), hingga akhir ayat.

Sama pula dengan apa yang ditanyakan oleh Heraklius —Raja Romawi—kepada Abu Sufyan. Heraklius bertanya, "Apakah orang-orang yang mengikutinya (Nabi Saw.) adalah dari kalangan orang-orang yang terhormat, ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak, bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah." Heraklius berkata, "Mereka adalah pengikut para rasul".

Pada garis besarnya kaum kafir Quraisy menghina orang-orang dari kalangan kaum duafa yang beriman kepada Nabi Saw. Mereka tak segan-segan menyiksa siapa saja dari kalangan kaum duafa itu yang berada di bawah wewenangnya.

Orang-orang musyrik Quraisy tersebut sering mengatakan, "Orang-orang seperti inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?" Dengan kata lain, "Tidaklah layak bagi Allah memberi petunjuk kebaikan kepada orang-orang seperti ini, sekiranya apa yang mereka ikuti itu baik, lalu kami dibiarkan." Perihalnya semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu:

Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami (beriman) kepadanya. (Al Ahqaaf:11)

Sama pula dengan firman-Nya:

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuannya)?" (Maryam:73)

Allah Swt. menjawab perkataan tersebut dalam firman selanjutnya:

Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata. (Maryam:74)

Sedangkan dalam surat ini Allah Swt. menjawab mereka ketika mereka mengatakan:

Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka? (Allah berfirman menjawab mereka), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?

Dengan kata lain, bukankah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur kepada-Nya dengan ucapan, perbuatan, dan segenap hati mereka. Karena itulah Allah memberi mereka taufik dan petunjuk ke jalan keselamatan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju kepada cahaya dengan seizin-Nya, dan Allah memberi mereka petunjuk ke jalan yang lurus. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (Al-'Ankabut: 69)

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:

Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk kalian, dan tidak (pula) kepada warna kulit kalian, tetapi Allah memandang kepada kalbu dan amal perbuatan kalian.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al An'am:51), hingga akhir ayat. Bahwa Atabah ibnu Rabi'ah, Syaibah ibnu Rabi'ah, Mut'im ibnu Addi, Al-Haris ibnu Naufal, Qurazah ibnu Abdu Amr ibnu Naufal bersama sejumlah orang dari Bani Abdu Manaf, dari kalangan orang-orang kafir mereka, semuanya datang kepada Abu Talib, lalu mereka berkata, "Hai Abu Talib, mengapa anak saudaramu —yaitu Muhammad— tidak mengusir semua maula kita dan teman-teman sepakta kita, karena sesungguhnya mereka semua hanyalah bekas budak-budak dan pelayan-pelayan kita. Apabila dia mau mengusir mereka, maka hal itu sangat kami hargai, dan kami hormati dia di kalangan kami, lebih mendekati untuk diikuti oleh kami, dan kami akan percaya kepadanya karena itu." Maka Abu Talib datang kepada Nabi Saw. dan membicarakan hal tersebut kepadanya. Umar ibnul Khattab r.a. berkata memberikan sarannya, "Jangan dahulu engkau melakukan hal itu sebelum engkau teliti benar apa yang mereka kehendaki dan apa yang mereka maksudkan dari ucapan mereka itu." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al An'am:51) Sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya). (Al An'am:53)

Yang dimaksudkan oleh pemuka-pemuka Bani Abdu Manaf itu adalah Bilal, Ammar ibnu Yasir, Salim maula Abu Huzaifah, Sabih maula Usaid, dan yang dimaksud dengan teman sepakta mereka adalah Ibnu Mas'ud, Al-Miqdad ibnu Amr, Mas'ud, Ibnul Qari, Waqid ibnu Abdullah Al-Hanzali, Amr ibnu Abdu Amr, Zusy Syimalain, Marsad ibnu Abu Marsad, dan Abu Marsad Al-Ganawi teman sepakta Hamzah ibnu Abdul Muttalib serta teman-teman sepakta lainnya.

Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan para pemimpin kafir dari kalangan Quraisy dan para mawali serta para hulafa (teman-teman sepakta), yaitu firman-Nya:

Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?”, hingga akhir ayat.

Ketika ayat ini diturunkan, Umar bangkit dan datang kepada Nabi Saw., lalu ia meminta maaf kepada Nabi Saw. atas ucapan yang telah dikeluarkannya. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

Apabila datang orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al An'am:54), hingga akhir ayat.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Seperti cobaan yang telah ditetapkan dalam ketentuan Kami ini, Kami menguji orang-orang yang sombong dengan membuat kaum lemah lebih dulu memeluk Islam, sehingga mereka mengatakan, dengan nada mengejek, "Apakah orang-orang miskin itu golongan kita yang mendapatkan karunia dari Allah yang telah dijanjikan oleh Muhammad?" Orang-orang miskin itu memahami bahwa karunia Allah adalah petunjuk kepada keimanan, maka mereka lalu menyucikan-Nya. Allah Maha Mengetahui orang-orang yang mensyukuri nikmat dan karunia-Nya.