Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-An'am Ayat 44

Al-An'am Ayat ke-44 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ ( الانعام : ٤٤)

falammā
فَلَمَّا
So when
maka setelah
nasū
نَسُوا۟
they forgot
mereka melupakan
مَا
what
apa
dhukkirū
ذُكِّرُوا۟
they were reminded
diperingatkan kepada mereka
bihi
بِهِۦ
of [it]
dengannya
fataḥnā
فَتَحْنَا
We opened
Kami bukakan
ʿalayhim
عَلَيْهِمْ
on them
atas mereka
abwāba
أَبْوَٰبَ
gates
pintu-pintu
kulli
كُلِّ
(of) every
segala
shayin
شَىْءٍ
thing
sesuatu
ḥattā
حَتَّىٰٓ
until
sehingga
idhā
إِذَا
when
tatkala
fariḥū
فَرِحُوا۟
they rejoiced
mereka bergembira
bimā
بِمَآ
in what
dengan apa
ūtū
أُوتُوٓا۟
they were given
mereka diberi
akhadhnāhum
أَخَذْنَٰهُم
We seized them
Kami siksa mereka
baghtatan
بَغْتَةً
suddenly
dengan tiba-tiba
fa-idhā
فَإِذَا
and then
maka ketika itu
hum
هُم
they
mereka
mub'lisūna
مُّبْلِسُونَ
(were) dumbfounded
orang-orang yang putus asa

Transliterasi Latin:

Fa lammā nasụ mā żukkirụ bihī fataḥnā 'alaihim abwāba kulli syaī`, ḥattā iżā fariḥụ bimā ụtū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisụn (QS. 6:44)

English Sahih:

So when they forgot that by which they had been reminded, We opened to them the doors of every [good] thing until, when they rejoiced in that which they were given, We seized them suddenly, and they were [then] in despair. (QS. [6]Al-An'am verse 44)

Arti / Terjemahan:

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al-An'am ayat 44)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, atas respons mereka tersebut Kami pun membukakan semua pintu kesenangan duniawi untuk mereka dan mereka pun lalu bersikap sombong, merasa tidak butuh pihak lain, termasuk kepada Tuhan. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba sehingga tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk bertobat, maka ketika itu mereka terdiam tidak berkutik karena diliputi penyesalan dan putus asa.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Manakala orang-orang yang sesat hatinya dan telah dipalingkan setan melupakan segala peringatan dan ancaman Allah, dan keingkaran mereka bertambah, maka Allah menguji mereka dengan mendatangkan kebaikan dan menambah rezeki, menyehatkan jasmani mereka, menjaga keamanan diri mereka dan membukakan pintu kesenangan, sehingga mereka lupa bahwa nikmat yang mereka terima dan rasakan itu datang dari Allah. Mereka beranggapan bahwa semua itu semata karena hasil usaha mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka bertambah sombong dan takabur, tidak bersyukur kepada Allah, bahkan nikmat itu mereka jadikan sebagai alat untuk menambah kekuasaan dan kebesaran mereka.
Bila orang-orang yang ingkar itu telah bergembira dan bersenang hati dengan nikmat yang telah diberikan Allah, dan beranggapan bahwa yang mereka peroleh itu benar-benar merupakan hak mereka, maka Allah menimpakan azab kepada mereka dengan tiba-tiba, sehingga mereka berduka cita dan putus asa dari rahmat Allah.
Rasulullah saw bersabda:
"Apabila kamu melihat Allah memberikan kepada seorang hamba kenikmatan dunia yang disukainya, sementara ia tetap bermaksiat kepadanya, maka itu adalah istidraj ) (pembiaran)." (Riwayat Ahmad, ath-thabrani dan al-Baihaqi)

Dari ayat ini dipahami bahwa cobaan Allah kepada manusia ada yang berupa kesengsaraan dan penderitaan dan ada pula yang berupa kesenangan dan kemewahan. Orang-orang yang beriman dan diberi cobaan kesengsaraan dan penderitaan biasanya mereka sabar dan tabah, serta mendekatkan diri kepada Allah dan mohon pertolongan kepada-Nya. Bila mereka diberi cobaan kesenangan dan kemewahan mereka bersyukur kepada Allah, ingat akan hak-hak orang fakir dan miskin yang ada di sekelilingnya dan menafkahkan sebagian harta mereka di jalan Allah. Mereka yakin bahwa kesenangan dan kemewahan itu hanyalah sementara, sedang kesenangan dan kemewahan yang sebenarnya dan yang kekal ialah di akhirat nanti.
Sebaliknya, bila orang-orang yang ingkar kepada Allah diberi cobaan kesengsaraan dan penderitaan, mereka putus asa dan bertambah ingkar kepada Allah. Bila mereka diberi kesenangan dan kemewahan, mereka mengatakan bahwa semua yang mereka dapat, mereka peroleh dari hasil usaha mereka sendiri, tanpa pertolongan seorang pun.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa manusia itu pada umumnya banyak yang tabah dan sabar bila diberi cobaan penderitaan dan kesengsaraan, tetapi banyak yang lupa diri dan bertambah ingkar bila diberi cobaan kesenangan dan kemewahan.
Ayat ini merupakan peringatan dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman, bahwa segala macam yang didatangkan Allah kepada mereka baik berupa malapetaka dan penderitaan ataupun yang berupa kesenangan dan kemewahan, semuanya itu adalah cobaan bagi mereka, agar iman mereka bertambah kuat, karena itu mereka harus tabah dan sabar menghadapinya.
Rasulullah saw bersabda:
Sungguh mengagumkan keadaan orang-orang yang beriman, karena semua yang menimpanya adalah baik baginya, dan yang demikian itu tidak terdapat pada seorang pun, kecuali bagi orang-orang beriman. Jika kegembiraan menimpanya, ia bersyukur, dan itu adalah baik baginya. Jika kesukaran menimpanya, ia bersabar, dan itu adalah baik pula baginya. (Riwayat Muslim dari shuhaib)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Maka tatkala mereka melupakan) mereka mengabaikan (peringatan yang telah diberikan kepada mereka) nasihat dan ancaman yang telah diberikan kepada mereka (melaluinya) yaitu dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan, mereka tetap tidak mau mengambil pelajaran dan nasihat darinya (Kami bukakan) dengan dibaca takhfif dan tasydid (kepada mereka semua pintu-pintu) yakni kesenangan-kesenangan sebagai istidraj untuk mereka (sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka) gembira yang diwarnai rasa sombong (Kami siksa mereka) dengan azab (dengan tiba-tiba) secara sekonyong-konyong (maka ketika itu mereka terdiam berputus-asa) mereka merasa berputus asa dari segala kebaikan.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Maksudnya mereka berpaling dari peringatan itu dan melupakannya serta menjadikannya terbuang di belakang punggung mereka.

...Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka.

Yakni Kami bukakan bagi mereka semua pintu rezeki dari segala jenis yang mereka pilih. Hal itu merupakan istidraj dari Allah buat mereka dan sebagai pemenuhan terhadap apa yang mereka inginkan, kami berlindung kepada Allah dari tipu muslihat-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

...sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka.

Yakni berupa harta benda yang berlimpah, anak yang banyak, dan rezeki melimpah ruah.

...Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong.

Yaitu di saat mereka sedang lalai.

...maka ketika itu mereka terdiam putus asa.

Artinya putus harapan dari semua kebaikan. Al-Walibi telah meriwayat­kan dari Ibnu Abbas, bahwa al-mublis artinya orang yang putus asa. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Barang siapa yang diberi keluasan oleh Allah. lalu ia tidak memandang bahwa hal itu merupakan ujian baginya, maka dia adalah orang yang tidak mempunyai pandangan. Dan barang siapa yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak memandang bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia adalah orang yang tidak mempunyai pandangan." Kemudian Al-Hasan Al-Basri membacakan firman-Nya:

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Kaum itu telah teperdaya. Demi Tuhan Ka'bah, mereka diberi, kemudian disiksa.' Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Qatadah mengatakan bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba merupakan urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta sedang tenggelam di dalam kesenangan­nya. Karena itu, janganlah kalian teperdaya oleh ujian Allah, karena sesungguhnya tidaklah teperdaya oleh ujian Allah kecuali hanya kaum yang fasik (durhaka). Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Malik telah meriwayatkan dari Az-Zuhri sehubungan dengan makna firman-Nya:

Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka.
Bahwa makna yang dimaksud ialah kemakmuran dan kesenangan duniawi.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Rasyidin (yakni Ibnu Sa'd alias Abul Hajjaj Al-Muhri), dari Harmalah ibnu Imran At-Tajibi, dari Uqbah ibnu Muslim, dari Uqbah ibnu Amir, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apabila kamu lihat Allah memberikan kesenangan duniawi kepa­da seorang hamba yang gemar berbuat maksiat terhadap-Nya sesuka hatinya, maka sesungguhnya hal itu adalah istidraj (membinasakannya secara perlahan-lahan). Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya:

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Harmalah dan Ibnu Luhai'ah, dari Uqbah ibnu Muslim, dari Uqbah ibnu Amir dengan lafaz yang sama.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Irak ibnu Khalid ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ibrahim ibnu Abu Ablah, dari Ubadah ibnus Samit, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah menghendaki kelestarian atau kemakmuran suatu kaum, maka Dia memberi mereka rezeki berupa sifat ekonomis dan memelihara kehormatan. Dan apabila Dia menghendaki perpecahan suatu kaum, maka Dia membukakan bagi mereka atau dibukakan untuk mereka pintu khianat.

sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa

Seperti apa yang disebutkan oleh firman selanjutnya:

Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al An'am:45)

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan lain-lainnya.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Ketika mereka tidak mengambil pelajaran dari kemiskinan dan sakit yang Kami timpakan kepada mereka, Kami uji mereka dengan rezeki yang banyak. Kami bukakan semua pintu untuk memperoleh rezeki tersebut. Hingga, pada saat mereka senang dan tidak bersyukur dengan apa yang Kami berikan kepada mereka, datanglah azab dengan tiba-tiba. Maka mereka lalu bingung, putus asa, dan tidak mendapatkan jalan keselamatan.