Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-An'am Ayat 129

Al-An'am Ayat ke-129 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ࣖ ( الانعام : ١٢٩)

wakadhālika
وَكَذَٰلِكَ
And thus
dan demikianlah
nuwallī
نُوَلِّى
We make friends
Kami jadikan pemimpin
baʿḍa
بَعْضَ
some (of)
sebagian
l-ẓālimīna
ٱلظَّٰلِمِينَ
the wrongdoers
orang-orang yang zalim
baʿḍan
بَعْضًۢا
(to) others
sebagian yang lain
bimā
بِمَا
for what
dengan apa disebabkan
kānū
كَانُوا۟
they used to
adalah mereka
yaksibūna
يَكْسِبُونَ
earn
mereka usahakan

Transliterasi Latin:

Wa każālika nuwallī ba'ḍaẓ-ẓālimīna ba'ḍam bimā kānụ yaksibụn (QS. 6:129)

English Sahih:

And thus will We make some of the wrongdoers allies of others for what they used to earn. (QS. [6]Al-An'am verse 129)

Arti / Terjemahan:

Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (QS. Al-An'am ayat 129)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Jika pada ayat sebelumnya diinformasikan bahwa antara jin dan manusia terdapat hubungan saling memanfaatkan, maka pada ayat ini dijelaskan hubungan antara orang-orang yang berbuat zalim. Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya, karena seseorang akan mencari teman sesama yang sejiwa dan seirama dalam hidup, atau orang yang zalim akan dikuasai oleh pelaku kezaliman lainnya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan yaitu kekafiran dan kemaksiatan.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Pada ayat ini ditegaskan bahwa hidup berkelompok antara orang yang sama tujuan, cita-cita dan kepentingannya terutama dalam hal yang jahat dan menyesatkan telah menjadi kebiasaan dari sebagian makhluk hidup, tidak ada bedanya antara jin dan manusia. Mereka selalu tolong menolong dan bantu membantu dalam berbagai usaha dan upaya agar keinginan dan usaha mereka terpenuhi sesuai dengan rencana mereka. Mereka tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan, kezaliman dan penganiayaan serupa dan tidak menghiraukan norma-norma kemanusiaan, keadilan, dan sifat kasih sayang, asal mereka dapat memenuhi nafsu mereka dalam menikmati kehidupan dunia ini dengan sepuas-puasnya. Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai peristiwa dalam sejarah sejak zaman dahulu kala sampai sekarang ini. Betapa banyak nabi dan rasul pembawa kebenaran, penyeru kepada akidah tauhid, mendapat tantangan yang hebat dan keras dari penyembah berhala dan pembela kebatilan dan kesesatan karena para nabi dan rasul itu tetap dalam pendiriannya, mantap dalam dakwahnya sehingga Allah memberi hukuman kaumnya yang sesat dan durhaka seperti kaum 'Ad dan samud. Betapa banyak bangsa-bangsa yang merasa dirinya kuat dan perkasa dengan terang-terangan merampas hak bangsa-bangsa yang lemah tanpa memperdulikan rasa keadilan dan perikemanusiaan. Tetapi bangsa yang tertindas dan terjajah itu tidak tinggal diam, mereka berjuang dengan berbagai cara untuk merebut kembali kemerdekaannya. Memang telah menjadi sunatullah bahwa kebenaran pasti menang selama kebenaran itu tetap dibela dan diperjuangkan.
Allah berfirman:
Dan katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap." Sungguh, yang batil itu pasti lenyap. (al-Isra'/17: 81)
Allah tidak menyuruh manusia atau jin bersatu dan berkelompok untuk berbuat kejahatan, melakukan yang batil dan berbuat yang mungkar, tetapi hal ini adalah tabiat manusia dan masyarakat sendiri, mereka lebih tertarik untuk bergabung dan bertolong-tolongan dengan kelompok yang sama arah dan tujuan hidupnya, walaupun hal itu ditujukan untuk melakukan kezaliman dan bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat yang lain. Allah berfirman:
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. (at-Taubah/9: 67)
Dalam menafsirkan ayat ini, Qatadah berkata, "Sesungguhnya Allah menjadikan manusia berteman akrab karena masing-masing memiliki kecenderungan yang sama; seorang mukmin adalah wali (teman akrab) bagi orang mukmin lain, kapan dan dimana dia berada. Seorang kafir adalah wali orang kafir lainnya, kapan dan di manapun ia berada. Iman itu bukan hanya dengan angan-angan dan bukan pula hanya berupa simbol atau tanda. Demi Allah yang memiliki umurku! Bila engkau berbuat taat kepada Allah, sedang engkau tidak mengenal seorang pun diantara orang yang taat kepada-Nya, maka hal itu tidak membahayakan kepadamu. Dan bila engkau berbuat durhaka dan maksiat yang dilarang Allah sedang engkau berteman akrab dengan orang yang taat dan takwa kepada-Nya, maka hal itu tidak akan berguna sedikit pun bagimu."
Abu Syaikh meriwayatkan dari Mansur bin Abi al-Aswad ia berkata, "Aku bertanya kepada al-A'masy tentang maksud ayat 129 ini: 'Apakah yang engkau dengar dari para sahabat dan ulama tabi'in?" Al-A'masy menjawab, "Aku dengar mereka berkata, "Apabila akhlak manusia telah rusak, maka mereka akan mudah diperintah oleh manusia-manusia yang jahat." Allah berfirman:
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu). (al-Isra'/17: 16)
Di pihak lain, orang-orang mukmin bersatu dan memiliki pemimpin dan orang kepercayaan yang terdiri dari orang-orang yang baik, jujur dan bertakwa kepada Allah.
Firman Allah:
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (at-Taubah/9: 71)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan demikianlah) sebagaimana yang telah Kami berikan nikmat kepada orang-orang yang maksiat dari golongan manusia dan jin sebagian mereka melalui sebagian lainnya (Kami jadikan berteman) saling bantu-membantu (sebagian orang-orang yang lalim itu dengan sebagian lainnya) atas sebagian lainnya (disebabkan apa yang mereka usahakan) berupa perbuatan-perbuatan maksiat.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Sa'id meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan takwil ayat ini, bahwa sesungguhnya Allah mempertemankan manusia berdasarkan amal perbuatan mereka. Dengan kata lain, orang mukmin adalah teman orang mukmin lainnya di masa kapan pun dan di mana saja. Orang kafir adalah teman orang kafir, di mana saja dan kapan pun berada. Iman bukanlah hanya sekadar angan-angan, bukan pula sebagai perhiasan (melainkan harus disertai dengan amal perbuatan). Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.

Ma'mar meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa Allah menjadikan teman sebagian orang-orang yang zalim dengan sebagian yang lain di dalam neraka, sebagian dari mereka mengikuti sebagian yang lainnya.

Malik ibnu Dinar mengatakan bahwa ia pernah membaca kitab Zabur yang isinya antara lain, "Sesungguhnya Aku akan membalas orang-orang munafik dengan orang-orang munafik lagi, kemudian Aku menimpakan pembalasan (azab) kepada orang-orang munafik semuanya." Yang demikian itu terdapat di dalam Al-Qur’an melalui firman-Nya: Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu berkuasa atas sebagian yang lainnya. (Al An'am:129)

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain. (Al-An,am: 129) Yang dimaksud ialah orang-orang yang zalim dari kalangan umat jin dan umat manusia, Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membacakan firman-Nya: Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan). Maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az Zukhruf:36). Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa makna ayat ini ialah: Kami jadikan jin yang zalim berkuasa atas orang-orang yang zalim dari kalangan umat manusia.

Sebagian penyair mengatakan:

Tiada suatu kekuatan pun melainkan kekuatan Allah berada di atasnya, dan tidak ada seorang zalim pun melainkan dia akan mendapat cobaan dari orang zalim lainnya.

Makna ayat ini ialah 'sebagaimana Kami kuasakan orang-orang yang merugi dari kalangan umat manusia itu kepada segolongan kaum jin yang telah menyesatkan mereka, maka Kami berbuat hal yang sama terhadap orang-orang yang zalim. Yakni Kami kuasakan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain, Kami binasakan sebagian dari mereka melalui sebagian yang lain, dan Kami timpakan pembalasan atas sebagian mereka dengan melalui sebagian yang lainnya, sebagai pem­balasan Kami atas perbuatan aniaya mereka dan kesesatan mereka.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Demikian pula, sebagaimana Kami jadikan masing-masing jin dan manusia yang berbuat maksiat untuk saling menikmati yang lain, Kami jadikan pula orang-orang zalim sebagai penguasa bagi yang lain, akibat dosa besar yang mereka lakukan.