Al-Qur'an Surat Al-Hadid Ayat 27
Al-Hadid Ayat ke-27 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَاٰتَيْنٰهُ الْاِنْجِيْلَ ەۙ وَجَعَلْنَا فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ رَأْفَةً وَّرَحْمَةً ۗوَرَهْبَانِيَّةَ ِۨابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنٰهَا عَلَيْهِمْ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ رِضْوَانِ اللّٰهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۚفَاٰتَيْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْهُمْ اَجْرَهُمْ ۚ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ ( الحديد : ٢٧)
- thumma
- ثُمَّ
- Then
- kemudian
- qaffaynā
- قَفَّيْنَا
- We sent
- Kami ikutkan/iringi
- ʿalā
- عَلَىٰٓ
- on
- atas
- āthārihim
- ءَاثَٰرِهِم
- their footsteps
- jejak/belakang mereka
- birusulinā
- بِرُسُلِنَا
- Our Messengers
- dengan rasul-rasul Kami
- waqaffaynā
- وَقَفَّيْنَا
- and We followed
- dan Kami ikutkan/iringkan
- biʿīsā
- بِعِيسَى
- with Isa
- dengan Isa
- ib'ni
- ٱبْنِ
- son
- anak
- maryama
- مَرْيَمَ
- (of) Maryam
- Maryam
- waātaynāhu
- وَءَاتَيْنَٰهُ
- and We gave him
- dan Kami berikannya
- l-injīla
- ٱلْإِنجِيلَ
- the Injeel
- Injil
- wajaʿalnā
- وَجَعَلْنَا
- And We placed
- dan Kami jadikan
- fī
- فِى
- in
- dalam
- qulūbi
- قُلُوبِ
- (the) hearts
- hati
- alladhīna
- ٱلَّذِينَ
- (of) those who
- orang-orang yang
- ittabaʿūhu
- ٱتَّبَعُوهُ
- followed him
- mengikutinya
- rafatan
- رَأْفَةً
- compassion
- rasa satun
- waraḥmatan
- وَرَحْمَةً
- and mercy
- dan kasih sayang
- warahbāniyyatan
- وَرَهْبَانِيَّةً
- But monasticism
- dan rahbaniyah/kependetaan
- ib'tadaʿūhā
- ٱبْتَدَعُوهَا
- they innovated -
- mereka adakan
- mā
- مَا
- not
- apa-apa
- katabnāhā
- كَتَبْنَٰهَا
- We prescribed it
- Kami mewajibkannya
- ʿalayhim
- عَلَيْهِمْ
- for them -
- atas mereka
- illā
- إِلَّا
- only
- kecuali
- ib'tighāa
- ٱبْتِغَآءَ
- seeking
- mencari
- riḍ'wāni
- رِضْوَٰنِ
- (the) pleasure
- keridaan
- l-lahi
- ٱللَّهِ
- (of) Allah
- Allah
- famā
- فَمَا
- but not
- maka tidak
- raʿawhā
- رَعَوْهَا
- they observed it
- memeliharanya
- ḥaqqa
- حَقَّ
- (with) right
- sebenar-benarnya
- riʿāyatihā
- رِعَايَتِهَاۖ
- observance
- pemeliharaan
- faātaynā
- فَـَٔاتَيْنَا
- So We gave
- maka Kami berikan
- alladhīna
- ٱلَّذِينَ
- those who
- orang-orang yang
- āmanū
- ءَامَنُوا۟
- believed
- beriman
- min'hum
- مِنْهُمْ
- among them
- diantara mereka
- ajrahum
- أَجْرَهُمْۖ
- their reward
- pahala mereka
- wakathīrun
- وَكَثِيرٌ
- but most
- dan kebanyakan
- min'hum
- مِّنْهُمْ
- of them
- dari mereka
- fāsiqūna
- فَٰسِقُونَ
- (are) defiantly disobediently
- orang-orang fasik
Transliterasi Latin:
ṡumma qaffainā 'alā āṡārihim birusulinā wa qaffainā bi'īsabni maryama wa ātaināhul-injīla wa ja'alnā fī qulụbillażīnattaba'ụhu ra`fataw wa raḥmah, wa rahbāniyyatanibtada'ụhā mā katabnāhā 'alaihim illabtigā`a riḍwānillāhi fa mā ra'auhā ḥaqqa ri'āyatihā, fa ātainallażīna āmanụ min-hum ajrahum, wa kaṡīrum min-hum fāsiqụn(QS. 57:27)
English Sahih:
Then We sent following their footsteps [i.e., traditions] Our messengers and followed [them] with Jesus, the son of Mary, and gave him the Gospel. And We placed in the hearts of those who followed him compassion and mercy and monasticism, which they innovated; We did not prescribe it for them except [that they did so] seeking the approval of Allah. But they did not observe it with due observance. So We gave the ones who believed among them their reward, but many of them are defiantly disobedient. (QS. [57]Al-Hadid verse 27)
Arti / Terjemahan:
Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (QS. Al-Hadid ayat 27)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Sesudah Nabi Nuh dan Ibrahim, kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami untuk mengikuti jejak mereka, yaitu dengan mengajak umatnya beriman dan mentaati perintah-Nya, dan Kami susulkan pula Isa putra Maryam, dan Kami berikan Injil kepadanya sebagai pedoman bagi umatnya, dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang kepada sesama manusia dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Sebagian dari mereka mengada-adakan rahbàniyyah, yaitu hidup membujang dan mengurung diri dalam biara, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. Ka-mi hanya mewajibkan mereka untuk mencari keridaan Allah, tetapi tuntunan itu tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka, kepada orang-orang yang beriman di antara mereka dan berbuat kebajikan, Kami berikan pahalanya. Dan banyak di antara mereka yang fasik dengan mengingkari atau mengubah ajaran itu.28. Allah menerangkan keingkaran Ahli Kitab pada kenabian Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah. Laksa-nakan semua perintah-Nya dan jauhilah semua larangan-Nya, dan berimanlah kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad yang diutus untuk melengkapi dan meluruskan syariat terdahulul. Jika kamu melaksanakannya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, yaitu kebahagiaan di dunia dan kemuliaan di akhirat, dan menjadikan cahaya terang untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dengan tenang tanpa takut tersesat, serta Dia akan mengampuni semua dosa kamu bila kamu bertobat dengan sungguh-sungguh. Dan Allah Maha Pengampun atas dosamu dan dosa seluruh manusia yang bertobat, Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Demikianlah Allah mengutus para rasul, kemudian diiringi pula oleh rasul-rasul yang sesudahnya, untuk menyampaikan agamaNya kepada manusia, sehingga tidak ada alasan bagi manusia di akhirat untuk mengatakan, mengapa mereka diazab padahal kepada mereka tidak diutus seorang rasul pun. Dalam ayat ini Allah mengkhususkan keterangan tentang Isa karena banyak pengikut-pengikutnya yang fasik, yaitu mengubahubah, menambah dan mengurangi ajaran-ajaran yang disampaikan Isa. Diterangkan bahwa Isa adalah putra Maryam, diberikan kepadanya Kitab Injil, berisi pokok ajaran yang agar dijadikan petunjuk oleh kaumnya dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dan sebagai penyempurnaan ajaran Allah yang terdapat dalam kitab Taurat yang telah diturunkan kepada Nabi Musa sebelumnya. Kemudian diterangkan sifat-sifat pengikut Nabi Isa: 1. Allah swt menjadikan dalam hati mereka rasa saling menyantuni sesama mereka, mereka berusaha menghindarkan kebinasaan yang datang kepada mereka dan saudara-saudara mereka serta berusaha memperbaiki kebinasaan yang terjadi pada mereka. 2. Antara sesama mereka terdapat hubungan kasih sayang dan menginginkan kebaikan pada diri mereka. Sekalipun mereka telah mempunyai sifat-sifat terpuji dan baik seperti yang diajarkan Nabi Isa, tetapi mereka melakukan kefasikan, yaitu mengada-adakan rahbaniyyah, dengan menetapkan ketentuan larangan kawin bagi pendeta-pendeta mereka, padahal perkawinan termasuk sunah Allah yang ditetapkan bagi makhluk-Nya. Mereka menetapkan rabbaniyah itu dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah, tetapi Allah tidak pernah menetapkannya. Karena itu mereka adalah orang yang suka mengada-adakan sesuatu yang bertentangan dengan sunatullah, yaitu tidak mensyariatkan perkawinan bagi pendeta-pendeta mereka yang tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan menjaga kelangsungan hidup manusia. Perbuatan fasik lain yang mereka lakukan, ialah mereka telah mengubah, menambah dan mengurangi agama yang dibawa Nabi Isa, yang terdapat dalam Injil, karena memperturutkan hawa nafsu mereka. Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia akan memberikan pahala yang berlipat-ganda kepada orang-orang yang beriman, mengikuti syariat yang dibawa para rasul, tidak mengadaadakan yang bukan-bukan dan tidak pula menambah dan mengubah kitab-kitab-Nya. Sedang kepada orang-orang fasik itu akan ditimpakan azab yang sangat berat.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi pula dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan kerahbaniyahan) yakni tidak mau kawin dan hidup membaktikan diri di dalam gereja-gereja (yang mereka ada-adakan) oleh diri mereka sendiri (padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka) Kami tidak memerintahkan hal itu kepada mereka (tetapi) melainkan mereka mengerjakannya (untuk mencari keridaan) demi mencari kerelaan (Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya) karena kebanyakan di antara mereka meninggalkannya dan kafir kepada agama Nabi Isa, lalu mereka memasuki agama raja mereka. Akan tetapi masih banyak pula di antara mereka yang berpegang teguh kepada ajaran Nabi Isa, lalu mereka beriman kepada Nabi Muhammad. (Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman) kepada Nabi Isa (di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik).
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah Swt. menceritakan bahwa sejak Dia mengutus Nuh a.s. tidaklah Dia mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabi sesudahnya melainkan dari keturunannya. Demikian pula Ibrahim a.s. kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, tiada suatu kitab pun yang diturunkan dari langit dan tiada pula seorang rasul diutus serta tiada pula diwahyukan kepada seseorang manusia sesudahnya melainkan dia berasal dari keturunannya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al' Ankabut: 27)
hingga akhir nabi dari kalangan kaum Bani Israil, yaitu Isa putra Maryam, yang menyampaikan berita gembira akan kelahiran Nabi Muhammad Saw. sesudahnya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil. (Al-Hadid: 27)
Injil adalah kitab yang diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Isa a.s.
dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya. (Al-Hadid: 27)
Mereka dikenal dengan sebutan kaum Hawariyyin.
rasa santun. (Al-Hadid: 27)
Yakni kelembutan hati, alias rasa takut kepada Allah Swt.
dan kasih sayang. (Al-Hadid: 27)
kepada sesama makhluk. Dan firman Allah Swt.:
Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. (Al-Hadid: 27)
Maksudnya, umat Nasrani mengada-adakan peraturan rahbaniyyah ini.
padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. (Al-Hadid: 27)
Yaitu padahal Kami tidak memerintahkan hal itu, sesungguhnya hanya mereka sendirilah yang mewajibkannya atas diri mereka.
Firman Allah Swt.:
untuk mencari keridaan Allah. (Al-Hadid: 27)
Ada dua pendapat sehubungan dengan makna ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa mereka bermaksud dengan hal itu untuk mendapat rida Allah; ini menurut apa yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa padahal Kami tidak mewajibkan hal itu kepada mereka, sesungguhnya yang Kami wajibkan kepada mereka hanyalah mencari rida Allah.
Firman Allah Swt.:
lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid: 27)
Yakni mereka tidak memelihara apa yang mereka wajibkan atas diri mereka dengan pemeliharaan yang semestinya. Ini mengandung celaan terhadap mereka dipandang dari dua segi. Pertama, karena mereka telah mengada-adakan sesuatu peraturan di dalam agama Allah, padahal Allah tidak memerintahkannya. Kedua, karena mereka tidak mengerjakan apa yang mereka wajibkan atas diri mereka sendiri, yang mereka anggap sebagai amal taqarrub yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah Swt.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abu Hamzah alias Abu Ya'qub Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Abdi Rabbihi, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Ma'ruf, dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Mas'ud, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu Ibnu Mas'ud) yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya, "Hai Ibnu Mas'ud!" Aku menjawab, "Labbaika, ya Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda: Tahukah kamu bahwa orang-orang Bani Israil telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan? Tiada suatu golongan pun yang selamat kecuali tiga golongan, yang hidup di antara para raja dan orang-orang yang melampaui batas sesudah Isa putra Maryam a.s. Mereka menyeru kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam, lalu mereka memerangi orang-orang yang melampaui batas, tetapi akhirnya mereka terbunuh dan tetap bersabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang tidak mempunyai kekuatan untuk berperang, mereka bangkit di antara para raja dan orang-orang yang lalim dan menyeru mereka kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam. Tetapi akhirnya mereka sendirilah yang dibunuh dan dipotong dengan memakai gergaji serta dibakar, mereka sabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang juga tidak mempunyai kekuatan untuk berperang. Dan mereka tidak mampu untuk menegakkan keadilan, akhirnya mereka mengasingkan diri ke gunung-gunung (daerah pedalaman), lalu mereka menyembah Allah dan mengadakan rahbaniyah. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya, "Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka.” (Al-Hadid: 27)
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dengan lafaz yang lain melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar, telah menceritakan kepada kami As-Sa'q ibnu Jarir, telah menceritakan kepada kami Uqail Al-Ja'di, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, dari Suwaid ibnu Gaflah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Orang-orang sebelum kita telah bercerai-berai menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya ada tiga golongan dari mereka yang selamat, sedangkan yang lainnya binasa. Lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas, yang antara lain disebutkan di dalamnya firman Allah Swt.:
Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka yang beriman kepadaku dan membenarkanku. dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka yang mendustakan aku dan menentangku.
Dengan adanya tambahan ini perlu diteliti ulang mengenai keadaan Daud ibnul Muhabbar, karena sesungguhnya dia adalah salah seorang pemalsu hadis. Akan tetapi, Abu Ya'la telah mengisnadkannya dari Syaiban ibnu Farukh, dari As-Sa'q ibnu Hazn dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal sehingga kedudukan hadis ini kuat bila ditinjau dari jalur ini.
Ibnu Jarir dan Abu Abdur Rahman An-Nasai yang lafaz hadis berikut menurut apa yang ada padanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hurayyis, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Musa, dari Sufyan ibnu Sa'id, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu para raja sesudah masa Isa a.s. telah mengubah Taurat dan Injil, sedangkan di kalangan mereka masih ada sejumlah orang-orang yang beriman dan membaca kitab Taurat dan kitab Injil yang asli. Lalu dikatakan kepada raja-raja mereka, "Kami belum pernah menemukan sesuatu yang lebih memberatkan kami selain dari cacian yang dilancarkan oleh mereka (yang beriman), karena sesungguhnya mereka selalu membaca: 'Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir' (Al-Maidah: 44) Yakni ayat-ayat yang semakna dengannya. Selain itu mereka pun mencaci maki sebagian dari amal perbuatan kita dalam bacaan mereka. Maka panggillah mereka dan suruhlah mereka membaca sebagaimana kita membaca, dan suruhlah mereka beriman sebagaimana kita beriman." Lalu raja mereka memanggil orang-orang yang beriman itu dan menawarkan kepada mereka dua alternatif dibunuh atau membaca kitab seperti bacaan yang dilakukan olehnya (yang telah diubah). Mereka menjawab, "Apakah yang kamu maksud dengan semua ini, biarkanlah kami." Segolongan dari mereka (yang beriman) mengatakan, "Bangunkanlah untuk kami bangunan yang tinggi, kemudian naikkanlah kami ke atasnya, tetapi berikanlah sesuatu kepada kami agar kami dapat mengangkat makanan dan minuman kami, setelah itu kami tidak akan lagi datang kepada kamu." Golongan lainnya mengatakan, "Biarkanlah kami mengembara di muka bumi, kami akan makan dan minum sebagaimana hewan-hewan liar minum dan makan. Maka jika kamu dapat menangkap kami di negerimu, silakan bunuh kami." Golongan lainnya mengatakan, "Bangunkanlah untuk kami biara-biara di padang pasir, maka kami akan menggali sumur sendiri dan kami akan bercocok tanam sayur-mayur, lalu kami tidak akan lagi datang kepada kamu dan tidak pula lewat kepadamu." Dan tiada suatu kabilah pun melainkan mempunyai hubungan yang erat dengan mereka, dan hal tersebut diberlakukan terhadap mereka. Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid: 27) Dan orang-orang yang selain mereka mengatakan, "Kami beribadah sebagaimana si Fulan beribadah, dan kami mengembara sebagaimana si Fulan mengembara, dan kami membangun biara sebagaimana si Fulan membangun biara." Mereka dalam kemusyrikannya tidak mempunyai pengetahuan apa pun tentang keimanan orang-orang yang dijadikan panutan oleh mereka. Ketika Allah Swt. mengutus Nabi Saw., tiada yang tersisa dari kalangan mereka yang beriman itu kecuali hanya sejumlah kecil saja. Lalu turunlah seseorang dari mereka dari biaranya dan datanglah seorang pengembara dari mereka, dan keluarlah seseorang dari mereka dari gerejanya, lalu mereka beriman kepada Nabi Saw. dan membenarkannya. Maka Allah Swt. berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian. (Al-Hadid: 28) Dua pahala, yang satu karena keimanan mereka kepada Isa putra Maryam dan jerih payah mereka dalam memelihara kitab Taurat dan Injil. Sedangkan yang kedua karena berkat keimanan mereka kepada Nabi Saw. dan kepercayaan mereka kepadanya. Firman Allah Swt: dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan. (Al-Hadid: 28) Yakni Al-Qur'an dan disebabkan mereka mengikuti Nabi Saw. supaya Ahli Kitab mengetahui. (Al-Hadid: 29) Yaitu orang-orang yang menyerupai kamu. bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah (j ika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan kekuasaan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 29)
Tetapi konteks riwayat ini mengandung hal-hal yang garib, dan nanti akan diterangkan tafsir kedua ayat ini di tempat yang lain, insya Allah.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abdur Rahman ibnu Abul Amya. Sahl ibnu Abu Umamah pernah menceritakan kepadanya bahwa dia dan ayahnya pernah mengunjungi Anas ibnu Malik di Madinah di masa pemerintahan Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, yang saat itu Anas menjabat sebagai Amir Madinah. Anas saat itu sedang mengerjakan suatu salat yang ringan yang seakan-akan salatnya itu seperti salat orang yang sedang musafir atau mendekati itu. Setelah Anas bersalam, Abu Umamah berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Bagaimanakah menurutmu, apakah salat ini adalah salat fardu ataukah salat sunat?" Anas menjawab, bahwa sesungguhnya salat yang baru saja ia kerjakan adalah salat fardu, dan sesungguhnya salat tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Ia tidak akan keliru kecuali bila ia lupa sesuatu yang ia terima dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Janganlah kamu memperberat dirimu sendiri, maka akibatnya kamu akan diperberat. Karena sesungguhnya pernah ada suatu kaum yang memperberat terhadap dirinya sendiri, maka akibatnya mereka diperberat. Dan itulah sisa-sisa mereka berada di biara-biara dan gereja-gereja; mereka telah mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka.
Kemudian pada keesokan harinya mereka berkata, "Marilah kita berkendara (berangkat) untuk melihat dan mengambil pelajaran." Anas ibnu Malik menjawab, "Baiklah." Lalu mereka semua pergi dengan berkendaraan. Ternyata mereka menjumpai perkampungan yang tak berpenghuni, semua penghuninya telah binasa dan punah, temboknya telah runtuh menimpa atap rumah-rumah mereka. Lalu mereka berkata, "Tahukah kamu perkampungan ini?" Anas ibnu Malik menjawab, "Sepanjang pengetahuanku perkampungan ini dan para penghuninya telah dibinasakan oleh perbuatan keji dan dengki. Sesungguhnya dengki itu memadamkan cahaya kebaikan, dan kekejianlah yang membenarkan atau mendustakannya; mata bisa saja berzina, telapak tangan, kaki, jasad dan lisan bisa saja berzina, dan yang membenarkan atau mendustakannya adalah kemaluan yang bersangkutan."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Zaid yang tuna netra, dari Abu Iyas, dari Iyas ibnu Malik, bahwa Nabi Saw. pernah Bagi tiap-tiap nabi ada rahbaniyyahnya sendiri dan rahbaniyyah umat ini adalah berjihad di jalan Allah Swt.
Al-Hafiz Abu Ya'la telah meriwayatkan hadis ini dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Asma, dari Abdullah ibnul Mubarak, yang lafaznya berbunyi seperti berikut: Bagi tiap-tiap umat ada rahbaniyyahnya sendiri, dan rahbaniyyah umat ini adalah berjihad di jalan Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Iyasy (yakni ibnu Ismail), dari Al-Hajjaj ibnu Harun Al-Kala'i dan Uqail ibnu Mudrik As-Sulami, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata, "Berwasiatlah kepadaku." Abu Sa'id Al-Khudri r.a. menjawab, "Engkau telah bertanya mengenai hal yang pernah kutanyakan kepada Rasulullah Saw. sebelummu, (maka beliau menjawab), 'Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah, karena sesungguhnya takwa itu adalah penghulu segala sesuatu. Berjihadlah kamu, karena sesungguhnya jihad itu adalah rahbaniyyah Islam. Dan berzikirlah kamu kepada Allah dan bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya hal tersebut adalah rohmu di langit dan sebutanmu di bumi'."
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid(tunggal), hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Segera setelah Nûh dan Ibrâhîm--dan rasul-rasul yang sezaman atau yang hidup sebelum mereka--Kami mengutus rasul-rasul Kami secara berturut-turut hingga sampai kepada 'Isâ putra Maryam. Kepada 'Isâ, Kami mewahyukan kitab Injîl, dan ke dalam hati para pengikutnya Kami menitipkan sifat kasih, lemah lembut dan sayang. Lalu mereka terlalu berlebih-lebihan dalam beragama dan membuat bid'ah kerahiban yang sebetulnya tidak Kami wajibkan. Mereka melakukan hal itu untuk memperoleh perkenan Allah yang, kemudian, itu pun tidak mereka pelihara dengan baik. Kami pun kemudian memberi orang-orang yang beriman kepada Muhammad, di antara mereka, bagian ganjaran dan pahalanya. Tetapi banyak di antara mereka yang mendustakannya dan keluar dari ketaatan dan jalan yang lurus.