Skip to content

Al-Qur'an Surat Asy-Syura Ayat 41

Asy-Syura Ayat ke-41 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ مَا عَلَيْهِمْ مِّنْ سَبِيْلٍۗ ( الشورى : ٤١)

walamani
وَلَمَنِ
And surely whosoever
dan sungguh orang-orang
intaṣara
ٱنتَصَرَ
defends himself
menolong/membela diri
baʿda
بَعْدَ
after
sesudah
ẓul'mihi
ظُلْمِهِۦ
he has been wronged
teraniayanya
fa-ulāika
فَأُو۟لَٰٓئِكَ
then those
maka mereka itu
مَا
not
tidak ada
ʿalayhim
عَلَيْهِم
(is) against them
atas mereka
min
مِّن
any
dari
sabīlin
سَبِيلٍ
way
jalan

Transliterasi Latin:

Wa lamanintaṣara ba'da ẓulmihī fa ulā`ika mā 'alaihim min sabīl (QS. 42:41)

English Sahih:

And whoever retaliates after having been wronged – those have not upon them any cause [for blame]. (QS. [42]Ash-Shuraa verse 41)

Arti / Terjemahan:

Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka. (QS. Asy-Syura ayat 41)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Tetapi orang-orang yang telah berusaha membela diri mereka setelah di zalimi, tidak ada alasan untuk menyalahkan dan mengecam mereka.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang yang berbuat sesuatu karena membela diri dari satu penganiayaan atau suatu kejahatan yang menimpanya, tidak ada jalan untuk menuntutnya dari sisi hukum dan ia tidak berdosa karena dia melakukannya berdasarkan hak. Tetapi orang-orang yang berbuat zalim, berbuat kejahatan di muka bumi dan melampaui batas dalam memberikan pembalasan, mereka itulah yang dapat dituntut dan akan mendapat azab dan siksa yang pedih di akhirat kelak.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya) sesudah ia menerima penganiayaan dari orang lain (tidak ada suatu dosa pun atas mereka) maksudnya, mereka tidak berdosa bila menuntut.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Kemudian dalam firman berikutnya di sebutkan:

Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. (Asy-Syura: 41)

Tiada dosa atas mereka dalam melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang telah berbuat aniaya terhadap dirinya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi', telah menceritakan kepada kami Muaz ibnu Mu'az, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aun yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya tentang pembelaan diri yang terdapat di dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah ter­aniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. (Asy-Syura: 41) Maka Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an menceritakan kepadanya sebuah hadis dari Ummu Muhammad, istri ayahnya. Ibnu Aun mengatakan bahwa mereka menduga Ummu Muhammad pernah masuk menemui Siti Aisyah r.a. Lalu Siti Aisyah bercerita kepadanya, "Pada suatu hari Rasulullah Saw. masuk menemui kami, sedangkan di antara kami terdapat Zainab binti Jahsy r.a. Maka Nabi Saw. berisyarat dengan tangannya kepadaku, sedangkan beliau tidak mengetahui bahwa di rumahku ada Zainab. Kemudian aku memberikan isyarat kepada Beliau Saw. bahwa ada Zainab hingga beliau mengetahui isyaratku, lalu beliau menghentikan isyaratnya." Tetapi rupanya Zainab mengetahui hal itu, maka ia langsung mencaci Aisyah r.a. Rasulullah Saw. melarangnya, tetapi Zainab tetap terus mencaci Aisyah. Lalu Nabi Saw. bersabda kepada Aisyah, "Balas cacilah dia!" Kemudian aku (Aisyah) mencacinya hingga aku dapat membungkamnya. Zainab pergi dan mendatangi Ali r.a, lalu mengadu kepadanya, "Sesungguhnya Aisyah telah mencacimu dan menjatuhkan namamu." Maka Fatimah r.a. datang, tetapi Nabi Saw. bersabda kepadanya, "Sesungguhnya Aisyah adalah kekasih ayahmu, demi Tuhan yang memiliki Ka'bah." Akhirnya Fatimah pergi dan mengadu kepada suaminya bahwa sesungguhnya ia telah mengatakan hal tersebut kepada Nabi Saw, tetapi Nabi Saw. menjawabnya dengan jawaban anu dan anu. Maka Ali datang kepada Nabi Saw, dan Nabi Saw. menerangkan duduk perkaranya kepada Ali.

Demikianlah bunyi riwayat yangdikemukakan oleh Ibnu Aun, tetapi Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an dalam riwayatnya sering mendatangkan hal-hal yang mungkar; ini menjadi kebiasaannya, dan riwayat ini mengandung hal yang mungkar.

Riwayat yang sahih adalah yang berbeda dengan konteks ini seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Khalid ibnu Salamah Al-Fa'fa, dari Abdullah Al-Bahi, dari Urwah yang menceritakan bahwa Siti Aisyah r.a. pernah mengatakan, bahwa tanpa ia sadari dirinya memasuki rumah Zainab tanpa izin, saat itu Zainab sedang marah. Kemudian Zainab berkata kepada Rasulullah Saw.”Cukuplah bagimu bila kusingkapkan baju kurung anak perempuan Abu Bakar ini." Lalu Zainab meluapkan emosinya kepadaku, tetapi aku berpaling darinya, hingga Rasulullah Saw. bersabda, "Hai kamu, belalah dirimu!" Akhirnya aku hadapi Zainab, hingga kulihat dia terbungkam tidak dapat menjawab sepatah kata pun terhadapku, dan saat itu kulihat wajah Nabi Saw. cerah.

Demikianlah menurut lafaz hadis yang diketengahkan oleh Imam Nasai.

Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Abu Hamzah, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang berdoa untuk (kemudaratan) orang yang telah menganiaya dirinya, maka sesungguhnya ia telah membela dirinya.

Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abul Ahwas, dari Abu Hamzah yang nama aslinya Maimun. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan, "Kami tidak mengenal hadis ini kecuali melalui riwayatnya (Abu Hamzah), padahal mengenai hafalannya masih diragukan."

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Barangsiapa membalas orang-orang yang berbuat aniaya dengan perbuatan yang semisal, tidak akan dikenai sanksi dan tidak dianggap bersalah.