Skip to content

Al-Qur'an Surat Yasin Ayat 39

Yasin Ayat ke-39 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ ( يٰسۤ : ٣٩)

wal-qamara
وَٱلْقَمَرَ
And the moon -
dan bulan
qaddarnāhu
قَدَّرْنَٰهُ
We have ordained for it
telah Kami tetapkannya
manāzila
مَنَازِلَ
phases
tempat-tempat(nya)
ḥattā
حَتَّىٰ
until
sehingga
ʿāda
عَادَ
it returns
ia kembali
kal-ʿur'jūni
كَٱلْعُرْجُونِ
like the date stalk
seperti tandan
l-qadīmi
ٱلْقَدِيمِ
the old
yang tua

Transliterasi Latin:

Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm (QS. 36:39)

English Sahih:

And the moon – We have determined for it phases, until it returns [appearing] like the old date stalk. (QS. [36]Ya-Sin verse 39)

Arti / Terjemahan:

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. (QS. Yasin ayat 39)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Dan telah Kami tetapkan pula jarak-jarak tertentu sebagai tempat peredaran bagi bulan, sehingga setiap saat jarak tersebut mengalami perubahan. Sesampainya ke tempat peredaran yang terakhir, kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Mula-mula penampakan bulan muncul dalam keadaan kecil dan cahaya yang lemah, beralih menjadi bulan sabit dengan sinar yang terang, berubah menjadi bulan purnama, kemudian perlahan kembali mengecil dan kembali ke bentuk semula.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah telah menetapkan jarak-jarak tertentu bagi peredaran bulan, sehingga pada setiap jarak tersebut ia mengalami perubahan, baik dalam bentuk dan ukurannya, maupun dalam kekuatan sinarnya. Mula-mula bulan itu timbul dalam keadaan kecil dan cahaya yang lemah. Kemudian ia menjadi bulan sabit dengan bentuk melengkung serta sinar yang semakin terang. Selanjutnya bentuknya semakin sempurna bundarnya, sehingga menjadi bulan purnama dengan cahaya yang amat terang. Tetapi kemudian makin menyusut, sehingga pada akhirnya ia menyerupai sebuah tandan kering yang berbentuk melengkung dengan cahaya yang semakin pudar, kembali kepada keadaan semula.
Jika diperhatikan pula benda-benda angkasa lainnya yang bermiliar-miliar banyaknya, dengan jarak dan besar yang berbeda-beda, serta kecepatan gerak yang berlainan pula, semua berjalan dengan teratur rapi, semua itu akan menambah keyakinan kita tentang tak terbatasnya ruang alam ini dan betapa besarnya kekuasaan Allah yang menciptakan dan mengatur makhluk-Nya.
Dengan memperhatikan semua itu, tak akan ada kata-kata lain yang ke luar dari mulut orang yang beriman, selain ucapan "Allahu Akbar, Allah Mahabesar, lagi Mahabesar kekuasaan-Nya."

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Dan bagi bulan) dapat dibaca Wal Qamaru atau Wal Qamara, bila dibaca nashab yaitu Wal Qamara berarti dinashabkan oleh Fiil sesudahnya yang berfungsi menafsirkannya yaitu (telah Kami tetapkan) bagi peredarannya (manzilah-manzilah) sebanyak dua puluh delapan manzilah selama dua puluh delapan malam untuk setiap bulannya. Kemudian bersembunyi selama dua malam, jika bilangan satu bulan tiga puluh hari, dan satu malam jika bilangan satu bulan dua puluh sembilan hari (sehingga kembalilah ia) setelah sampai ke manzilah yang terakhir, menurut pandangan mata (sebagai bentuk tandan yang tua) bila sudah lanjut masanya bagaikan ketandan, lalu menipis, berbentuk sabit dan berwarna kuning.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Kemudian Allah Swt. berfirman:

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah. (Yaa Siin:39)

Yakni Kami menjadikannya beredar pada garis edar yang lain, yang melaluinya dapat diketahui berlalunya bulan-bulan, sebagaimana melalui matahari dapat diketahui berlalunya malam dan siang hari. Seperti apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.” (Al Baqarah:189)

Dialah Yang Menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (Yunus:5), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (Al Israa':12)

Maka Allah menjadikan matahari mempunyai sinar yang khusus baginya dan bulan mempunyai cahaya yang khusus baginya, dan Dia membedakan perjalanan antara matahari dan bulan. Matahari terbit setiap hari dan tenggelam di penghujung harinya dengan cahaya yang sama. Akan tetapi, tempat terbit dan tempat tenggelamnya berpindah-pindah dalam musim panas dan musim dinginnya, yang seiring dengan perbedaan musim tersebut, maka siang hari lebih panjang daripada malam hari dalam musim panas, kemudian dalam musim dingin malam lebih panjang ketimbang siang hari. Dan Allah menjadikan kemunculan matahari di siang hari, maka matahari adalah bintang siang hari.

Adapun bulan, Allah telah menetapkan baginya manzilah-manzilah bagi perjalanannya. Pada permulaan bulan ia muncul dalam bentuk yang kecil lagi cahayanya redup, kemudian cahayanya makin bertambah pada malam yang kedua, dan manzilahnya pun makin tinggi. Setiap kali manzilahnya bertambah tinggi, maka cahayanya pun bertambah terang, sekalipun pada kenyataannya cahaya yang dipancarkannya itu merupakan pantulan dari sinar matahari. Hingga pada akhirnya cahayanya menjadi sempurna di malam yang keempat belas. Sesudah itu ia mulai berkurang hingga akhir bulan dan bentuknya seperti tandan yang tua.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa 'urjunil qadim adalah asal mula ketandan kurma.

Mujahid mengatakan, 'urjunil qadim ialah ketandan yang telah kering.

Ibnu Abbas r.a. bermaksud bahwa yang dikatakan dengan 'urjunil qadim ialah asal mula ketandan buah kurma apabila terbuka dan kering serta melengkung bentuknya. .

Hal yang sama dikatakan oleh selain keduanya.

Setelah itu Allah Swt. kembali menampakkannya di permulaan bulan lainnya. Orang-orang Arab menamakan setiap tiga malam dari satu bulan dengan nama yang tersendiri sesuai dengan keadaan bulan. Mereka menamakan ketiga malam pertama dengan istilah gurar, sedangkan ketiga malam berikutnya dinamakan nufal, dan tiga malam berikutnya dinamakan tusa', karena malam yang terakhirnya jatuh pada malam kesembilan yang kemudian disusul oleh malam yang kesepuluh sesudahnya, yang dalam peristilahan mereka dinamakan 'usyar (sampai malam ketiga belas). Setelah itu dinamakan malam bid, karena di malam-malam tersebut cahaya rembulan tampak sempurna dan mencapai puncaknya. Lalu berikutnya dinamakan dura’ bentuk jamak dari dar’a, dikatakan demikian karena malam pertamanya gelap disebabkan keterlambatan munculnya rembulan. Oleh karena itulah maka kambing yang bulunya hitam di kepalanya dinamakan dar’a. Kemudian tiga malam berikutnya dinamakan zulam, lalu berikutnya lagi dinamakan hanadis, selanjutnya da'da, dan yang terakhir dinamakan mahaq karena lenyapnya bulan di penghujung bulan dan mulai memasuki permulaan bulan berikutnya. Abu Ubaidah r.a. mengingkari adanya tusa' dan 'usyar, demikianlah menurut apa yang tertulis di dalam kitab Garibul Musannaf.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Dan bulan--dengan pemeliharaan Kami--Kami jadikan menempati posisi-posisi tertentu. Dengan sebab itulah, pada awalnya, bulan terlihat kecil yang malam demi malam semakin bertambah besar hingga sempurna membentuk bulan purnama. Setelah itu bulan--secara berangsur-angsur pula--mengecil kembali hingga terlihat seperti pertama kali muncul, bagaikan tandan yang segar kemudian menua dan mulai melengkung, layu dan menguning.