Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Qasas Ayat 56

Al-Qasas Ayat ke-56 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ ( القصص : ٥٦)

innaka
إِنَّكَ
Indeed you
sesungguhnya kamu
لَا
(can) not
tidak
tahdī
تَهْدِى
guide
kamu dapat memberi petunjuk
man
مَنْ
whom
siapa/orang
aḥbabta
أَحْبَبْتَ
you love
kamu cintai/sukai
walākinna
وَلَٰكِنَّ
but
akan tetapi
l-laha
ٱللَّهَ
Allah
Allah
yahdī
يَهْدِى
guides
memberi petunjuk
man
مَن
whom
siapa/orang
yashāu
يَشَآءُۚ
He wills
Dia kehendaki
wahuwa
وَهُوَ
And He
dan Dia
aʿlamu
أَعْلَمُ
(is) most knowing
lebih mengetahui
bil-muh'tadīna
بِٱلْمُهْتَدِينَ
(of) the guided ones
dengan/kepada orang-orang yang mau menerima petunjuk

Transliterasi Latin:

Innaka lā tahdī man aḥbabta wa lākinnallāha yahdī may yasyā`, wa huwa a'lamu bil-muhtadīn (QS. 28:56)

English Sahih:

Indeed, [O Muhammad], you do not guide whom you like, but Allah guides whom He wills. And He is most knowing of the [rightly] guided. (QS. [28]Al-Qasas verse 56)

Arti / Terjemahan:

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qasas ayat 56)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Hidayah yang mengantar seseorang menerima dan melaksanakan tuntunan Allah bukanlah wewenang manusia, atau dalam batas kemampuannya, tetapi semata-mata wewenang dan hak prerogatif Allah. Di sini Allah menjelaskan hakikat tersebut dengan penegasan, "Sungguh, engkau wahai Nabi Muhammad, tidak dapat memberi petunjuk dalam bentuk hidayah taufìq yang menjadikan seseorang menerima dengan baik dan melaksanakan ajaran Allah kepada orang yang engkau kasihi, meski engkau sangat berhasrat untuk memberi petunjuk kepada kaummu. Engkau hanya mampu memberi hidayah irsyàd, dalam arti memberi petunjuk dan memberitahu tentang jalan kebahagiaan, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk keimanan hidayah kepada orang yang Dia kehendaki-Nya bila dia bersedia menerima hidayah dan membuka hatinya untuk itu, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan kaumnya untuk taat dan menganut agama yang dibawanya, sekalipun ia berusaha sekuat tenaga. Ia hanya berkewajiban menyampaikan dan hanya Allah yang akan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dia yang mempunyai kebijaksanaan yang mendalam dan alasan yang cukup. Hal tersebut ditegaskan pula pada ayat lain di dalam Al-Qur'an.
Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272)

Dan firman-Nya:
Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12:103)

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui siapa orang-orang yang bersedia dan pantas menerima hidayah itu. Di antara mereka ialah orang-orang Ahli Kitab yang pernah dikisahkan peristiwanya pada ayat-ayat yang lalu. Sebaliknya orang-orang yang tidak bersedia menerima hidayah seperti beberapa kerabat Nabi, maka hidayah tidak akan diberikan kepada mereka.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan keinginan Nabi saw. akan keimanan pamannya yaitu Abu Thalib. (Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi) supaya ia mendapat hidayah (tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui) yakni mengetahui (orang-orang yang mau menerima petunjuk).

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, bahwa sesungguhnya kamu, hai Muhammad:

tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. (Al Qashash:56)

Yakni masalah petunjuk bukanlah merupakan urusan kamu. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, sedangkan Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Bagi-Nya hikmah yang tak terperikan dan hujah yang mengalahkan, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al Baqarah:272)

Dan firman Allah Swt.:

Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf:103)

Tetapi ayat dalam surat Al-Qashash ini lebih khusus daripada ayat lainnya yang semakna, karena sesungguhnya disebutkan di dalamnya:

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al Qashash:56)

Artinya, Dia lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan.

Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib, paman Rasulullah Saw. Padahal Abu Talib adalah orang yang melindunginya, membantunya dan berdiri di pihaknya, serta mencintainya dengan kecintaan yang sangat secara naluri, bukan secara syar'i. Tatkala ajal menjelang dan sudah tiba saat ajalnya, Rasulullah Saw. menyerunya untuk beriman dan masuk Islam. Tetapi takdir telah mendahuluinya dan nyawanya telah meregang, sedangkan ia masih tetap berada di dalam kekafirannya. Hanya bagi Allah-lah hikmah yang sempurna.

Az-Zuhri mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnul Musayyab, dari ayahnya Al-Musayyab ibnu Hazn Al-Makhzumi r.a. yang menceritakan bahwa ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Saw. datang. Beliau Saw. menjumpai Abu Jahal ibnu Hisyam dan Abdullah ibnu Abu Umayyah ibnul Mugirah ada di sisi Abu Talib. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " yaitu suatu kalimat yang dengannya kelak aku akan membelamu di hadapan Allah! Maka Abu Jahal dan Abdullah ibnu Abu Umayyah berkata, "Hai Abu Talib, apakah kamu tidak suka dengan agama Abdul Muttalib?" Rasulullah Saw. terus-menerus menawarkan hal itu kepada Abu Talib, tetapi keduanya selalu menentangnya dengan kalimat itu terhadap Abu Talib. Sehingga di akhir kalimat yang diucapkan Abu Talib menyatakan bahwa dirinya tetap berada pada agama Abdul Muttalib, dan menolak untuk mengucapkan kalimat "Tidak ada Tuhan selain Allah." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Demi Allah, sungguh aku akan memohonkan ampun buatmu (kepada Allah) selama aku tidak dilarang memohonkannya buatmu. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya). (At-Taubah:113) Dan sehubungan dengan Abu Talib itu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. (Al Qashash:56)

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Az-Zuhri.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya dan Imam Turmuzi:

melalui hadis Yazid ibnu Kaisan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Saw. datang kepadanya, lalu bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah," maka aku akan membelamu dengannya kelak di hari kiamat. Abu Talib menjawab (dengan bahasa diplomasi), "Seandainya aku tidak merasa khawatir nanti akan dicela oleh orang-orang Quraisy karena kalimat tersebut, yang akan ditanggapi oleh mereka, bahwa tiada yang mendorongku mengatakannya melainkan karena takut mati, tentulah aku akan membuat hatimu senang, padahal aku tidak mengatakannya melainkan hanyalah untuk membuat hatimu senang." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al Qashash:56)

Imam Turmuzi menilai hadis ini hasan garib, bahwa ia tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Yazid ibnu Kaisan. Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Yazid ibnu Kaisan, bahwa telah menceritakan kepadanya Abu Hazim, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hadis yang semisal.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Mujahid, Asy-Sya'bi, dan Qatadah, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib ketika Rasulullah Saw. menawarkan kepadanya untuk mengucap­kan kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah." Abu Talib menolaknya dan mengatakan, "Wahai keponakanku, saya tetap berada pada agama orang-orang tua," dan perkataan terakhir yang diucapkan Abu Talib ialah bahwa dirinya berada pada agama Abdul Muttalib.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari Sa'id ibnu Abu Rasyid yang mengatakan, "Utusan Kaisar Romawi datang kepadaku, lalu mengatakan, 'Kaisar telah menulis sepucuk surat untuk Rasulullah Saw. melaluiku.' Maka aku datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dan kuserahkan surat itu kepadanya, lalu beliau meletakkannya di pangkuannya. Kemudian beliau bertanya, 'Dari manakah lelaki itu?' Aku menjawab, 'Dari kabilah Tanukh (kabilah Arab yang berpihak kepada Romawi).' Beliau bertanya, 'Apakah kamu memeluk agama bapak moyangmu Nabi Ibrahim yang hanif?' Aku menjawab, 'Sesungguhnya aku adalah utusan suatu kaum dan aku memeluk agama mereka, hingga aku kembali kepada mereka.' Maka Rasulullah Saw. berseri dan memandang kepada para sahabatnya seraya bersabda: 'Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.' (Al Qashash:56)."

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Wahai Rasul, sesungguhnya kamu sangat berhasrat untuk memberi petunjuk kepada kaummu, tetapi kamu tidak memiliki kemampuan untuk memasukkan semua orang yang kamu cintai ke dalam agama Islam. Allahlah yang memberi petunjuk keimanan kepada orang yang dapat menerima dan memilih petunjuk di antara mereka. Dialah yang mengetahui, dengan ilmu yang tiada bandingannya, tentang orang-orang yang akan masuk ke dalam barisan orang-orang yang diberi petunjuk.