Al-Qur'an Surat An-Naml Ayat 18
An-Naml Ayat ke-18 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ( النمل : ١٨)
- ḥattā
- حَتَّىٰٓ
- Until
- sehingga
- idhā
- إِذَآ
- when
- tatkala
- ataw
- أَتَوْا۟
- they came
- mereka sampai
- ʿalā
- عَلَىٰ
- to
- atas/di
- wādi
- وَادِ
- (the) valley
- lembah
- l-namli
- ٱلنَّمْلِ
- (of) the ants
- semut
- qālat
- قَالَتْ
- said
- berkatalah
- namlatun
- نَمْلَةٌ
- an ant
- seekor semut
- yāayyuhā
- يَٰٓأَيُّهَا
- "O
- hai
- l-namlu
- ٱلنَّمْلُ
- ants!
- semut
- ud'khulū
- ٱدْخُلُوا۟
- Enter
- masuklah
- masākinakum
- مَسَٰكِنَكُمْ
- your dwellings
- tempat tinggalmu/sarang-sarangmu
- lā
- لَا
- lest not crush you
- tidak
- yaḥṭimannakum
- يَحْطِمَنَّكُمْ
- lest not crush you
- menginjak kamu
- sulaymānu
- سُلَيْمَٰنُ
- Sulaiman
- Sulaiman
- wajunūduhu
- وَجُنُودُهُۥ
- and his hosts
- dan bala tentaranya
- wahum
- وَهُمْ
- while they
- dan/sedang mereka
- lā
- لَا
- (do) not perceive"
- tidak
- yashʿurūna
- يَشْعُرُونَ
- (do) not perceive"
- mereka menyadari
Transliterasi Latin:
Hattā iżā atau 'alā wādin-namli qālat namlatuy yā ayyuhan-namludkhulụ masākinakum, lā yahṭimannakum sulaimānu wa junụduhụ wa hum lā yasy'urụn(QS. 27:18)
English Sahih:
Until, when they came upon the valley of the ants, an ant said, "O ants, enter your dwellings that you not be crushed by Solomon and his soldiers while they perceive not." (QS. [27]An-Naml verse 18)
Arti / Terjemahan:
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"; (QS. An-Naml ayat 18)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Para prajurit tersebut mulai bergerak maju. Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut kepada teman-temannya, “Wahai semut-semut! Nabi Sulaiman dan bala tentaranya sudah mendekati perkampungan kita, selamatkanlah diri kalian. Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari akan keberadaan kita.” Jika semut yang kecil saja Nabi Sulaiman mampu mendengar dan memahami bahasanya, apalagi hewan yang lebih besar lagi. Inilah salah satu anugerah Allah kepadanya.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Ayat ini menerangkan bahwa pada suatu ketika Sulaiman berjalan dengan tentaranya pada suatu daerah, yang menurut Qatadah, merupakan suatu daerah di lembah Syam. Dalam keadaan yang demikian, tiba-tiba Sulaiman mendengar suara raja semut yang memerintahkan kepada rakyatnya agar segera memasuki liangnya masing-masing, agar tidak terinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya. Sulaiman dan tentaranya bisa menginjak mereka tanpa menyadarinya, karena semut makhluk yang amat kecil, sehingga Sulaiman dan bala tentaranya tidak melihatnya.
Ayat ini memperlihatkan adanya komunikasi di antara semut dan kehidupan sosial di bawah kepemimpinan rajanya. Penelitian mengungkapkan bahwa untuk melaksanakan kehidupan sosial yang sangat terorganisasi ini, semut mempunyai kemampuan komunikasi yang canggih. Di bagian kepala semut terdapat seperangkat alat peraba yang dapat mengenali sinyal kimia maupun visual. Otaknya terdiri atas sekitar setengah juta simpul syaraf, mempunyai mata yang berfungsi baik, dan sungut yang berfungsi sebagai hidung untuk mencium atau ujung jari untuk meraba. Tonjolan-tonjolan yang terletak di bawah mulutnya berfungsi sebagai pencecap. Sedang rambut-rambut yang ada di tubuhnya bereaksi terhadap sentuhan.
Walaupun banyak organ yang dimiliki semut untuk berkomunikasi, namun komunikasi utama yang dilakukan adalah komunikasi kimiawi. Mereka berkomunikasi dengan menggunakan feromon, suatu senyawa kimia seperti hormon yang mengeluarkan bau dan dihasilkan oleh salah satu kelenjar di dalam tubuh semut itu. Dengan menggunakan hormon inilah semut berkomunikasi. Apabila seekor semut mengeluarkan feromon, maka semut lainnya akan menerimanya dengan cara mencium baunya atau menyentuhnya, dan bereaksi terhadapnya.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Sehingga apabila mereka sampai di lembah semut) yaitu di kota Thaif atau di negeri Syam; yang dimaksud adalah semut-semut kecil dan semut-semut besar (berkatalah seekor semut) yaitu raja semut, sewaktu melihat bala tentara Nabi Sulaiman, ("Hai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak) yakni tidak terinjak-injak (oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari") semut dianggap sebagai makhluk yang dapat berbicara, mereka melakukan pembicaraan sesama mereka.
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Firman Allah Swt.:
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut. (An Naml:18)
Yakni manakala Nabi Sulaiman beserta bala tentaranya yang mengiringinya sampai di lembah semut.
berkatalah seekor semut, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (An Naml:18)
Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui jalur Ishaq Ibnu Bisyr, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Al-Hasan, bahwa nama semut yang berbicara itu adalah Haras. Ia berasal dari kelompok semut yang dikenal dengan nama Bani Syisan. Disebutkan bahwa besar semut itu sama dengan seekor serigala, sedangkan semut yang berbicara itu pincang kakinya. Ia merasa khawatir makhluk jenisnya akan binasa karena terinjak-injak oleh teracak kuda-kuda pasukan Nabi Sulaiman, maka ia menyerukan kepada makhluk jenisnya agar memasuki sarang-sarang mereka. Sulaiman a.s. mengerti pembicaraan itu.
Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai.” (An Naml:19)
Yakni berilah aku kekuatan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku sehingga aku dapat memahami bahasa burung dan bahasa semua hewan berkat pengajaran-Mu kepadaku, juga kepada kedua orang tuaku, agar diriku menjadi orang yang tunduk patuh dan beriman kepada-Mu.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Hingga, katika Sulaymân dan balatentaranya tiba di lembah semut, salah seekor semut itu berkata, "Wahai semut-semut sekalian, masuklah ke tempat persembunyian kalian, agar tidak binasa oleh Sulaymân dan balatentaranya karena mereka tidak merasakan keberadaan kalian!"(1). (1) Dari ayat ini dapat dipahami bahwa semut adalah jenis hewan yang hidup bermasyarakat dan berkelompok. Di antara hal-hal unik yang merupakan keistimewaan hewan jenis ini, antara lain, adalah ketajaman indera dan sikapnya yang sangat berhati-hati. Pada masyarakat semut dikenal etos kerja dan disiplin hidup berkelompok yang tinggi. Semut juga mempunyai tingkat kecerdasan dan kekuatan ingatan yang cukup tinggi, gemar bekerja keras dengan tingkat kesabaran yang tinggi pula, di samping merupakan hewan yang sangat cerdik dalam bekerja. Hal ini terbukti bahwa masyarakat semut merupakan satu-satunya jenis binatang yang berpikir untuk menguburkan anggotanya yang mati, persis seperti manusia. Kelompok-kelompok semut sangat mementingkan untuk dapat saling bertemu di satu tempat dan dari waktu ke waktu. Untuk keperluan itu, mereka menentukan hari-hari tertentu yang sengaja dikhususkan untuk mengadakan pasar bersama, sebagai kesempatan untuk saling mengenal dan tukar menukar bahan makanan. Kelompok-kelompok semut itu, pada saat bertemu, saling bertukar omongan dengan penuh perhatian dan saling bertanya tentang keadaan masing-masing. Di antara fenomena sosial lainnya dari kehidupan masyarakat semut, adalah bahwa mereka seringkali mengadakan semacam "proyek gabungan" untuk membangun, seperti membangun jalan yang panjang, misalnya, dengan penuh keuletan yang mengundang rasa kagum. "Proyek" semacam itu tidak hanya mereka lakukan pada siang hari, tetapi juga dilanjutkan pada malam-malam bulan purnama. Sedangkan pada malam-malam lainnya yang tak bercahaya rembulan, masyarakat semut tetap berada di sarangnya. Dalam hal mengumpulkan, mengangkut dan menyimpan bahan makanan, semut memiliki cara yang amat unik. Jika seekor semut tidak kuat untuk mengangkat bawaannya dengan mulut seperti kebiasannya karena terlalu berat, dia akan menggerakkan barang bawaan itu dengan kaki belakang dan mengangkatnya dengan lengan. Di antara kebiasaan lainnya yang unik bagi semut, apabila hendak menyimpan makanan berupa biji-bijian, dia akan memecahkan atau melobangi biji agar tidak dapat melembaga. Semut-semut akan memecahkan terlebih dahulu biji yang berukuran besar, agar gampang diangangkut dan dimasukkan dalam gudang penyimpanan. Dan jika stok makanan mereka basah oleh hujan, semut-semut itu membawanya keluar agar mengering.